#Ending Viola Arkan

4K 96 3
                                    

Pagi ini Viola terbangun karena Arkan sudah berada di dalam apartemennya bersama Raka. Pria itu mengatakan jika ia merindukan Viola, dan ingin menghabiskan waktu bersama Viola. Padahal semalam mereka baru saja bertemu setelah acara pertunangan diadakan di sore harinya.

"Aku laper," rengek Arkan sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Viola, tangannya memainkan jari-jari kecil milik Viola.

"Mau makan apa? Delivery ya, aku males buat masak," Viola membuka ponselnya, berniat untuk mengorder makanan secara online.

"Gak mau," Arkan merebut ponsel Viola dan menyembunyikan di belakang punggungnya.

"Mau makan kamu," dengan gemas Arkan menggigit hidung mancung Viola, membuat wanita itu berteriak kesakitan, bahkan Raka yang sedang bermain lego di karpet bawah sampai menoleh.

"Pappa!! No, no, no," Raka menatap garang Arkan jari telunjuknya ia gerakkan ke kanan dan ke kiri.

Sedangkan sang empu yang di tatap seperti itu, hanya menjulurkan lidahnya mengejek Raka. Tangan Viola dengan ringan mencubit pinggang Arkan, sampai lelaki itu mengaduh dengan keras, tentu kali ini di barengi oleh suara tawa Raka yang terlihat sangat puas.

"Seneng banget liat Papa kesakitan ya," Arkan mengangkat tubuh Raka dan menggendongnya seperti pesawat, membuat bayi itu tertawa kegirangan.

"Seneng banget liat Papa kesakitan ya," Arkan mengangkat tubuh Raka dan menggendongnya seperti pesawat, membuat bayi itu tertawa kegirangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah kasian Raka nanti muntah loh," tegur Viola membuat Arkan segera menghentikan kegiatannya yang membuat Raka merenggut kesal.

"Agiii," rengek Raka sambil melompat-lompat dalam gendongan Arkan.

"Hey, udah ya? Nanti abang muntah loh, mending dilanjut aja main legonya, atau mau bobo aja?" Pengertian Arkan membuat Raka dengan lesu menganggukkan kepalanya.

"Bobo," jawabnya sambil menguap, dilihat-lihat ini baru pukul 10 tapi anaknya sudah mengantuk.

"Siap bos, ayo kita ke kamar," masih dengan Raka yang di dalam gendongannya, Arkan membawa Raka menuju kamar Viola sambil berlari kecil.

Interaksi Arkan dan Raka tak lepas dari mata Viola, ia menatap kedua manusia itu dengan tersenyum lembut. Semakin hari Arkan semakin dekat dengan anaknya, Raka juga semakin hari bertumbuh semakin cerdas dan sehat.

Walaupun ia sangat kecewa dengan Arkan, apalagi dengan cara busuk pria itu untuk balas dendam. Bukan hanya kecewa, ia juga sakit hati mendengar orang yang dicintainya meniduri wanita lain. Tapi ia tidak bisa mengelak kalau rasa sayangnya lebih besar daripada rasa sakit yang diterimanya.

Bukan hanya itu, ia merasa hidup kembali jika bersama Arkan, ia bahagia dengan Arkan. Apalagi dengan tumbuhnya buah hati mereka di dalam perutnya, rasa bahagianya semakin berlipat ganda, dan ia tidak bisa meninggalkan Arkan.

Viola ingin anak yang dikandungnya mendapatkan kasih sayang dari orang tua aslinya, tidak ada salahnya memberi kesempatan pada Arkan. Ia berjanji pada dirinya sendiri, ini kesempatan terakhir Arkan untuk benar-benar berubah, tidak ada kesempatan lainnya, ia benar-benar sudah sampai batasnya.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang