29. Merelakan (?)

9.2K 443 17
                                    

Di gelapnya malam ini, kedua manusia berbeda jenis kelamin itu duduk saling bersebelahan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Deburan ombak dan hembusan angin kencang menghiasi keheningan malam.

"Ekhem," lelaki itu berdehem memecahkan keheningan antara keduanya.

Viola menoleh, menatap lelaki yang selalu menemani saat dirinya merasa susah dan kehilangan arah. Dan kali ini, lelaki itu datang lagi setelah sekian lama menghilang. Duduk di sebelahnya, menatap malu-malu ke arahnya, dan jangan lupakan wajahnya yang merah merona.

"Maaf karena tadi aku memelukmu," ucap lelaki itu membuat Viola merona.

"Aku yang seharusnya minta maaf," ucap Viola sambil menatap lelaki di sebelahnya yang saat ini menunduk dalam.

"Apa sebaiknya kamu tidak pulang saja?" Lelaki itu mengalihkan topik pembicaraan, sambil melihat jam tangannya.

"Sebentar lagi, kalau kamu mau pulang, pulang aja duluan," ucap Viola sambil kembali menatap pantai yang ada di depannya.

"Gak baik perempuan seperti kamu ditempat sepi dan gelap seperti ini, kamu harus pulang. Dua jam lagi sudah memasuki subuh, kamu-"

"Aku kristen Mi," potong Viola sambil sedikit tertawa kecil.

Lelaki bernama Fahmi itu terdiam, ini alasan mengapa ia tidak bisa meminang Viola. Karena mereka dari awal sudah berbeda, jika Viola mau ikut dengannya maka ia akan membimbing Viola dengan baik.

"Soal tadi, kamu beneran suka sama aku ya?" Tanya Viola tiba-tiba membuat Fahmi yang tadi masih terpaku langsung menundukkan kepalanya dalam.

Ia sangat malu.

"Anggap aja aku gak pernah ngomong gitu," jawab Fahmi yang saat ini memalingkan wajahnya kesamping saat Viola mendekatkan wajahnya.

"Kamu lucu deh, kalau beneran suka sama aku gak papa. Tapi kita beda, kamu gak bisa sama aku," ucap Viola.

"Bisa, kalau kamu mau ikut aku," jawab Fahmi membuat Viola terdiam.

Sebenarnya Viola tidak masalah bila ia akan masuk ke dalam Islam, tapi yang jadi masalahnya adalah keluarganya. Ia takut orang tuanya tidak akan memberikan izin, apalagi sekarang ia sudah terikat dengan lelaki brengsek seperti Arkan itu.

Lama mereka terdiam, ponsel Fahmi tiba-tiba saja berdering nyaring membuat keduanya menatap ponsel Fahmi yang saat ini berada di genggaman lelaki itu.

"Sebentar ya," Fahmi menjauh sambil menempelkan ponselnya di telinga.

Viola terdiam, menikmati keheningan malam, wanita itu memejamkan matanya menikmati angin yang berhembus. Viola menghela nafas, sepertinya keputusan untuk mengakhiri semuanya akan ia sampaikan pada Arkan.

Tapi, ia masih ragu, tentu ia mencintai Arkan.

Ia hanya ingin Arkan miliknya.

Milik Viola seorang, dan tidak akan terbagi.

"Maaf aku harus pulang sekarang," ujar Fahmi setelah kembali.

"Duluan aja," jawab Viola sambil tersenyum tipis kearah lelaki itu.

Fahmi dalam hatinya terus beristighfar, bisa-bisa semakin dosa ia jika harus berlama-lama dengan wanita di depannya ini. Tetapi Fahmi tidak bisa meninggalkan Viola sendirian ditempat gelap dan sepi ini, bagaimana jika terjadi apa-apa pada Viola.

"Kamu juga, aku ikutin dari belakang sampai rumah kamu," ucap Fahmi dengan tegas membuat Viola terkekeh namun tak urung wanita itu mengangguk dan beranjak dari duduknya.

Keduanya berjalan menuju mobil masing-masing, baru saja membuka pintu mobil Viola dikejutkan dengan mobil yang tiba-tiba saja datang dan mengerem tepat di belakang mobilnya.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang