Epilog

5.9K 89 0
                                    

"Jadi istriku ya?" Kalimat itu meluncur mulus dari bibir sexy milik Arkan, tatapan keduanya terkunci.

Hening beberapa saat, sepertinya Viola sedang mencerna situasi saat ini, ditambah tatapan tulus Arkan yang menguncinya untuk tidak berpaling. Membuat ia panas dingin, pria itu juga menggunakan kaus hitam yang sedikit ketat mencetak tubuhnya yang keras, menambah ketampanannya.

"Jawab aku," Arkan sedikit menggoyangkan tubuh Viola, menyadarkan wanita itu dari lamunannya.

"Ha?"

"Kenapa? Kaya ngeliat setan aja kamu itu," ucap Arkan sambil menoel hidung Viola.

"Kok ngelamarnya disini? Gak ada romantisnya banget," Viola menjauhkan tubuhnya dari Arkan tangannya dilipat di depan dada dan menatap sebal Arkan.

"Maaf aku bukan cowok romantis, aku lamar kamu sekarang biar kamu gak keburu diambil orang lain. Sayang banget sama cantikku ini," Arkan memeluk Viola dengan erat, tapi tidak sampai menekan kandungan wanita itu.

"Bentar aku jawab dulu lamarannya, gak niat nih ngelamarnya," Viola menjauhkan diri dari Arkan dan menatap kesal pria tersebut.

Arkan hanya tertawa pelan lalu melipat tangannya di depan dada, ia menunggu Viola menjawab lamarannya. Ditatap intens dengan Arkan membuat Viola gugup setengah mati, apa-apaan ini? Kenapa jadi mengintimidasi begini? Viola jadi takut salah menjawab.

"Ekhem," Viola pura-pura terbatuk untuk menormalkan suaranya, takut-takut suara yang keluar seperti cicitan tikus.

"Untuk lamarannya terimakasih, berarti udah sadar ya, kalau memang harus bertanggungjawab? Aku udah gak ada pilihan lain selain terima lamaran kamu kan?" Viola tiba-tiba saja menatap sendu, ia mengusap perutnya yang membuncit karena hamil.

"Disini udah ada anak kita, aku gak mau anak aku kehilangan kasih sayang. Darah lebih kental daripada air kan?"

Arkan menarik Viola kedalam pelukannya, memeluk wanita itu dengan lembut, mengusap rambut Viola dengan lembut. Berkali-kali Arkan mengucap syukur dalam hatinya, ia akan berubah menjadi lebih baik, ia juga akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.

"Terimakasih yaa," ucap Arkan dengan pelan sambil terus memeluk erat Viola.

"Sama-sama," jawab Viola dengan mengangguk pelan dalam pelukan Arkan, membuat pria itu tertawa pelan.

"Kita majuin tanggal pernikahan nya gimana?"

"Mauuu," jawab Viola dengan semangat.

"Kenapa kok excited banget? Gak sabar banget mau nikah sama aku? hm?" Arkan menggoda Viola dengan menggesek hidung keduanya.

"Gak sabar mau main sama Raka, mau tidur bareng Raka juga," jawab Viola masih dengan semangat yang menggebu.

"Gaboleh, kamu tidurnya bareng aku bukan Raka. Aku juga gak sabar kita nikah nanti, emangnya kamu ga kangen sama si Gatot?" Arkan menaik turunkan alisnya, tak lupa senyumnya yang tengil.

"Gatot siapa?" Tanya Viola dengan kening yang berkerut, tangannya digenggam oleh Arkan, dituntun menuju sesuatu yang berada diantara pahanya.

"Oh ini," Viola balik menggoda Arkan dengan meremas pelan kejantanan Arkan.

"Ahhh, enak!"

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang