Sudah pukul 4 sore dan Viola baru keluar dari gedung fakultasnya sambil mendengarkan musik lewat earphone, Viola berjalan perlahan menuju mobil hitam yang terparkir cantik di samping warung kopi seberang jalan kampusnya.
"Bidadari baru pulang nih?" Dengan lengan kemeja yang digulung hingga siku, Gavin membukakan pintu untuk Viola masuk.
"Iya, tadi dosennya lumayan bawel," jawab Viola setelah Gavin duduk disampingnya.
"Kita makan dulu ya?" Gavin mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area kampus, setelah Viola memasang seat belt dan duduk dengan nyaman.
"Boleh, kita juga udah laper banget ni," Viola mengusap perutnya yang semakin membesar, tak lama terasa sebuah gerakan yang membuat Viola terkejut.
"AW!"
Dengan panik Gavin menepikan mobilnya, dan langsung mengecek keadaan Viola dengan wajahnya yang sangat khawatir. Sedangkan Viola dengan wajah kagetnya, ia menatap Gavin yang sedang menurunkan sandaran tempat duduknya.
"Perutnya kenapa?" Tanya Gavin setelah memastikan Viola aman, tangannya terulur mengusap perut Viola yang besar.
Dug
"Kerasa gak?" Tanya Viola saat Gavin terdiam sambil terus menatapi perutnya, dengan kaku dan senang Gavin mengangguk semangat.
"Gak sabar nunggu dia lahir," ucap Gavin masih sambil tersenyum menatap perut Viola.
"Doain semoga dia sehat-sehat terus di dalam sini ya," Viola menggenggam kedua tangan Gavin dan keduanya saling melempar senyum tulus.
"Aku selalu doain yang terbaik buat kalian dan buat kita," Gavin mengecup mesra punggung tangan Viola.
"Ayo kita ke tempat makan dulu, kayaknya anak aku udah laper banget deh ini," Gavin tertawa kecil lalu mulai melajukan mobilnya.
Sampai di tempat makan, Gavin menyuruh Viola untuk duduk di bangku yang sudah tersedia disana, dan Gavin yang pergi memesan makanan untuk keduanya. Tak lama Gavin kembali dengan 2 nampan di tangannya.
"Selamat makan cantik," Gavin memberikan salah satu nampan kepada Viola dan disambut dengan senyum lebar oleh wanita hamil itu.
"Gimana kamu hari ini?" Viola membuka percakapan disela-sela aktivitas makan mereka.
"Lancar kok, tadi juga belajar tentang genetika, dan itu seru," sahut Gavin dengan semangat.
"Belajar Anatomi juga?" Viola bertanya tanpa menyadari Gavin telah siap menerkam Viola saat ini juga.
"Belajarnya sama kamu gimana?" Gavin memainkan alisnya.
"Sekali aja gak mesum bisa gak sih?" bisik Viola dengan muka garangnya, membuat Gavin tertawa.
Selanjutnya mereka lanjut menghabiskan makan mereka dengan sesekali bercanda, berbicara tentang perkuliahan, tentang bayi, dan tentang pernikahan keduanya. Setelah makanan mereka sudah habis semua, Viola dan Gavin kembali melanjutkan perjalanan menuju butik, tempat dimana di laksanakan nya fitting baju untuk pernikahan keduanya.
"Kenapa kalian baru datang, Mama udah lumutan nih nunggu kalian berdua lama banget," sambutan dari Santi ibunda Gavin, saat mereka baru saja membuka pintu butik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN
أدب المراهقينAda beberapa part yang sudah di revisi. *** Lalu sedetik kemudian Viola membelalakkan matanya saat wajah Arkan yang semakin dekat dengan wajahnya. Lalu ia bisa merasakan lidah hangat milik Arkan menyapu bibirnya dengan lembut. Sedangkan Arkan, terke...