Setelah pelepasan terakhir Arkan, dan Viola, mereka masih asik memejamkan mata sambil memeluk satu sama lain. Saat ini sudah pukul 2 siang, dan beberapa telfon dari Karin tidak membuat mereka terganggu.
Beberapa menit kemudian, gedoran pintu terdengar dan itu berhasil membuat keduanya terbangun. Viola menatap Arkan bertanya, siapa? Namun dibalas gelengan kepala oleh pria itu.
"Sebentar!" Teriak Arkan, lalu pria itu dengan segera memakai pakaian baru karena pakaiannya tadi sudah berceceran di lantai dan itu sudah kotor.
"Kamu mandi ya, itu di lemari ada baju Hani kamu pakai aja, dalamannya juga kalau gak kekecilan si," ujar Arkan diakhiri kedipan genit yang membuat Viola melotot.
Cklek
"Loh? Kalian kenapa kesini?" Tanya Arkan saat melihat Karin dan Tari yang sedang menatapnya horor.
"Viola mana?" Tanya Karin langsung, yang membuat Arkan kaku seketika.
"Lagi mandi," jawab Arkan sedikit gugup.
Tari yang mendengar jawaban Arkan melotot, lalu dengan segera menjewer pria itu.
"Kamu apain Vio?!"
"Arkan cuman buat adik Raka," jawab Arkan sambil meringis.
"ASTAGFIRULLAH ARKAN! MAMA UDAH BILANG JANGAN MACEM-MACEM SAMA VIOLA!" Teriak Tari kesal kepada anaknya, bisa-bisanya anaknya dengan santai membuat anak dengan gadis yang belum dinikahinya.
"Udah Ri, kita duduk dulu," seru Karin sambil memisahkan Tari yang tak berhenti memukuli Arkan.
"Jadi Arkan, kapan kamu menikahi anak saya?" Tanya Karin setelah mereka duduk di sofa.
"Apa-apaan? Vio gak mau nikah muda!" Potong Viola yang baru saja keluar dari kamar saat mendengar suara Karin yang bertanya kepada Arkan.
"Vio, duduk dulu," ucap Karin sabar.
"Vio gak mau nikah muda Ma!" ujar gadis itu kekeuh.
"Kamu gak mau nikah tapi kamu udah ngelakuin hubungan suami-istri, itu salah!" Bentak Karin, wanita itu sudah habis kesabaran saat mendengar penolakan dari Viola.
"Ma tapi–"
"Gak ada tapi-tapian! Sebulan lagi kalian nikah!" Putus Karin final membuat Viola menghela nafas kecewa dengan keputusan Karin.
Sedangkan Arkan, bersorak senang dalam hati namun raut wajahnya tetap datar. Sedikit rasa kecewa juga turut hadir saat mendengar penolakan keras dari Viola. Apa ia kurang tampan? Kurang berduit?
"Lo ikut gue," ujar Viola sambil menunjuk Arkan yang hanya terdiam.
Gadis itu masuk kembali ke dalam kamar Arkan sambil diikuti pria itu. Setelah menutup pintu kamar, Viola menatap tajam Arkan yang sekarang menampilkan senyum manis.
"Gue gak mau nikah muda," ujar Viola.
"Kenapa?" Tanya Arkan sambil mengerutkan keningnya.
"Gue mau pacaran dulu," ujar Viola sambil melipatkan kedua tangannya di dada.
"Gak boleh, kamu punya saya," tegas Arkan menatap Viola dengan tajam.
"Dih, sape lo?" Ejek Viola menatap remeh Arkan yang membuat pria itu geram
Dengan sekali tarikan Viola sekarang berada di dekapan Arkan, pria itu mendekap Viola begitu erat. Seolah mempertegas bahwa Viola hanya milik Arkan dan tidak ada yang boleh memilikinya.
"Gak bisa nafas," seru Viola sambil memukul punggung Arkan.
Seakan tersadar dengan tindakannya, Arkan segera mengendorkan pelukannya. Pria itu menatap Viola lekat, membuat wanita itu salah tingkah dibuatnya. Arkan mengangkat wajah Viola, lalu mencium bibir Viola lembut.
Viola memejamkan mata, menikmati gerakan bibir Arkan. Pria itu melepaskan ciuman mereka, dan bergantian dengan menyatukan dahi keduanya. Arkan menatap Viola dalam begitupun Viola, mereka saling bertatap.
"Kamu mau kan nikah sama saya?" Tanya Arkan yang langsung saja dibalas anggukan oleh Viola.
Sial, sepertinya Viola benar-benar jatuh ke dalam pesona Arkan.
Jawaban dari Viola membuat Arkan menerbitkan senyum menawannya. Viola semakin menundukkan wajahnya malu, Arkan memeluk kembali Viola sambil mengucapkannya terimakasih.
Tok Tok Tok
"Arkan? Viola?"
"Kalian ngapain?"
"Keluar!"
"Arkan jangan macem-macem ya kamu!"
Mereka berdua tertawa mendengar teriakan Tari dari luar kamar, mereka pun keluar dari kamar. Langsung di sambut oleh tatapan tajam Karin dan Tari, kedua wanita itu khawatir jika Arkan dan Viola akan berhubungan lagi.
"Kita nikah satu bulan lagi," ucap Arkan setelah duduk di depan Karin dan Tari.
"Beneran?" Seru Karin dan Tari bersama, lalu keduanya memekik senang sambil berpelukan.
"Akhirnya Vio pergi dari rumah," ujar Karin membuat Viola melotot tak percaya apa yang baru saja dikatakan ibunya.
"Ma!" Tegur Viola, dan dibalas tatapan sewot oleh Karin.
"Apa?" Tanya Karin sambil terus menatap sengit Viola membuat gadis itu menghembuskan nafasnya kesal.
"Yaudah, ayo pulang," ajak Tari pada Karin.
"Vio, kamu mau ikut?" Tanya Karin pada anaknya.
"Vio mau saya ajak ke rumah Tante," potong Arkan saat Vio akan menjawab tawaran Karin.
"Bagus deh," ucap Karin lalu menyusul Tari yang sudah berada di luar.
"Ayo lagi," ajak Arkan kepada Viola yang dibalas pukulan.
"Capek tau!" Tolak Viola sambil merebahkan dirinya di sofa.
"Mau nenen," ujar Arkan dan jangan lupakan tatapan memohon pria itu.
Bukannya terlihat menggemaskan karena janggut milik pria itu membuat Viola bergidik ngeri dan geli juga.
"Vi," rengek Arkan.
"Ck! Yaudah sini cepet," suruh Viola sambil menggeser posisi tidurnya sehingga terdapat tempat yang lumayan lebar untuk Arkan tidur.
Viola membuka kancing kemejanya, dan langsung terpampang payudara padat dan berisi milik gadis itu.
"Gak pake bra?" Tanya Arkan sambil merebahkan dirinya di sofa, dan mencari posisi nyaman untuk keduanya tidur.
"Gak cukup," ujar Viola dan hanya dibalas anggukan oleh Arkan karena pria itu sudah mulai menyedot puting milik Viola.
Entah apa yang ia sedot, susu? Ia belum melahirkan, mana bisa.
Arkan pun menyusu pada Viola dan gadis itu mengelus rambut Arkan membuat pria itu memejamkan matanya.
—
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN
Teen FictionAda beberapa part yang sudah di revisi. *** Lalu sedetik kemudian Viola membelalakkan matanya saat wajah Arkan yang semakin dekat dengan wajahnya. Lalu ia bisa merasakan lidah hangat milik Arkan menyapu bibirnya dengan lembut. Sedangkan Arkan, terke...