10. Zoo

18K 1K 33
                                    

Malam ini, Arkan sedang menemani anaknya bermain, sambil bekerja pria itu terus mengawasi sang anak. Setelah kepulangan Viola sore tadi dari rumahnya, ia disibukkan dengan mengurusi Raka yang sedang aktif. Sampai langit berubah menjadi gelap total, Raka juga masih belum mengantuk, mata anak itu jernih.

Karena ia juga ada beberapa pekerjaan, yang harus diselesaikan hari ini. Sambil menemani anaknya yang sedang bermain dengan mainannya. Arkan berharap malam ini tidak ada drama tidur seperti sebelum-sebelumnya.

"Pappa,"

Arkan mengalihkan pandangannya dari laptop ke anaknya yang sedang menggigit mainannya. Dia tersenyum, lalu menutup laptopnya dan mendekatkan tubuhnya pada Raka.

"Ada apa? Hm?" Tanya Arkan sambil menggesekan hidungnya dengan perut buncit Raka, bayi itu tertawa kegelian.

"Kamu gak ngantuk? Udah malem loh," Arkan menatap wajah anaknya campuran Hani istrinya, dan tentu dirinya, ya kali tetangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu gak ngantuk? Udah malem loh," Arkan menatap wajah anaknya campuran Hani istrinya, dan tentu dirinya, ya kali tetangga.

"Besok kita jalan-jalan yuk?" Arkan bertanya pada anaknya, seolah mengerti bayi itu mengangguk sambil tertawa cerita.

"Tapi, sebelum itu ayo tidur," ajak Arkan sambil menggesekan janggutnya pada pipi Raka, membuat bayi itu kegelian.

Setelah itu, Arkan menimang Raka agar anak itu segera tidur. Benar saja, tak lama setelah itu Raka tertidur. Dengan senyum kecil Arkan membaringkan Raka di tempat tidurnya.

Tak lama, ia pun menyusul sang anak menjelajahi dunia mimpi.

Tak lama, ia pun menyusul sang anak menjelajahi dunia mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya, Arkan terbangun disampingnya terdapat sang anak yang masih pulas tertidur. Dini hari tadi, Raka terbangun, bayi itu kelaparan segera saja Arkan mengambil stok asi di dapur.

Pria itu berjalan kearah kamar mandi membersihkan diri, lalu kembali lagi ke kasur melihat sang anak. Dengan jahil Arkan menciumi wajah tampan sang anak, membuat bayi itu menggeliat, lalu mengerutkan keningnya tak nyaman.

"Ayo bangun," terus saja Arkan menciumi wajah sang anak sampai tangisan bayi itu meledak.

"HAHAHA," tawa Arkan saat melihat wajah Raka yang memerah karena menangis.

Suara tangis Raka dan tawa Arkan memenuhi kamar, saling bersahutan. Raka tanpa sengaja memukul muka Arkan membuat pria itu melotot kearah Raka yang semakin menangis keras.

"Berhenti gak? Kalau enggak, gak jadi liat Jerapah," ujar Arkan.

Seolah tahu dan paham, apa yang dibicarakan Arkan, bayi itu perlahan menghentikan tangisannya. Wajahnya masih memerah, menatap Arkan yang juga saat ini menatapnya.

"Iya tau, papa ganteng kan?" Tanya Arkan sambil memainkan kedua alisnya.

"Pappa!"

Dengan gemas Raka memukul-mukul wajah Arkan dengan tangan kecilnya sambil tertawa senang. Lalu, Arkan membalas perbuatan anaknya itu dengan menggendong dan memutar-mutarkan bayi itu.

"Hayolo, papa yang pusing," ujar Arkan sempoyongan lalu mendudukkan dirinya di kasur dengan Raka yang masih di gendongannya.

"Mandi yuk?" Ajak Arkan pada anaknya dan dibalas anggukan oleh Raka.

Saat ini Viola dan keluarganya merencanakan untuk bermain ke kebun binatang. Tiba-tiba saja tadi pagi Karin mengajak Viola dan Geral untuk ke kebun binatang.

Bahkan Geral sempat bingung dengan istrinya, kemarin Karin meminta sup gajah, dan sekarang wanita itu tiba-tiba saja mengajaknya ke kebun binatang. Ah jangan meremehkan pasutri ini, umur mereka masih tidak terlalu tua. Ditambah hampir setiap malam mereka menghabiskan malam panas bersama.

Disinilah mereka saat ini, di dalam mobil dengan suasana yang menyenangkan. Masing-masing Karin dan Viola memegang wortel untuk hewan yang akan diberikan makanan oleh mereka.

"Vio! Ini nih samping kiri banyak rusanya," ujar Karin sambil membuka lebar jendela mobil dan menyodorkan tangannya yang memegang wortel.

"Vio disebelah kanan aja," balas Viola sedikit bergidik jujur saja ia sedikit takut.

"Vio, bagi wortelnya dong. Papa mau kasih makan juga," ujar Geral sambil menyodorkan tangannya ke belakang.

"Kenapa gak minta punya Mama aja?" Tanya Viola sambil memberikan beberapa wortel kepada Geral.

"Mama kamu pelit," jawab Geral dengan sedikit berbisik membuat Viola yang mendengarnya tertawa pelan.

Mereka pun berlarut dalam kesenangan, tanpa mereka sadari. Keluarga itu kompak mengucap syukur dalam hati, berharap kebahagiaan ini akan bertahan selamanya.

Mobil itu pun berhenti, karena Karin yang terus merengek untuk naik gajah. Saat ini wanita itu tengah mengantri untuk membeli tiket, sedangkan Viola dan Geral menunggu di tempat duduk dengan Viola yang bergelayut manja di lengan sang ayah.

Sikap Viola tersebut, memancing emosi seseorang yang saat ini menatap gadis itu dengan kilat amarah. Baru kemarin ia dan Viola bertemu, bahkan gadis itu memunculkan tanda-tanda ketertarikan padanya.

Pria itu semakin melotot saat Viola menyodorkan es krim yang di pegang gadis itu untuk lelaki yang berada disebelahnya. Dengan senang hati pula lelaki itu menerimanya, dengan tak sabaran pria itu berjalan kearah Viola.

"Dia emang doyan yang udah tua-tua ya?" Gumam Arkan, ya pria yang sedari tadi memperhatikan Viola adalah Arkan.

Saat sampai di depan Viola dan lelaki itu, langsung saja Arkan duduk di tengah-tengah Viola dan lelaki itu. Hampir saja Viola mencaci maki orang yang dengan teganya duduk diantaranya dan Geral.

Setelah tau siapa pelakunya, dengan senang hati Viola menyandarkan kepalanya pada bahu Arkan. Geral yang tersadar dari keterkejutan nya, menatap tajam Arkan. Mereka saling menatap tajam satu sama lain, sampai Geral memutuskan pandangannya lalu menghembuskan nafas.

"Kamu mengacaukan acara ayah dan anak," ujar Geral sambil menyandarkan tubuhnya malas.

Sontak hal itu mengejutkan Arkan.

Jadi?

Dia adalah ayah dari Viola?

Gagal sudah menjadi suami Viola kalau gitu.

Pasti ia tidak akan mendapat restu!

Baru pertama bertemu saja sudah seperti ini.

Ah, kesan pertama yang buruk.


T

BC

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang