33. Senggol Dong!

8.7K 363 27
                                    

Setelah percintaan panas keduanya yang membuat Viola lelah dan tertidur, berbeda dengan Arkan yang masih terjaga. Pria itu tak mengalihkan pandangannya dari wajah Viola, dalam hati berdecak kagum pada ciptaan Tuhan di depannya ini.

Beberapa menit setelah asik memandangi wajah Viola, pria itu beranjak dari posisinya. Berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, dilihat tubuhnya yang kekar di cermin. Lumayan banyak bekas cupang dari Viola, membuat Arkan tersenyum.

"Engghh," Viola menggeliat dan perlahan membuka matanya. Ia melihat ke samping, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, dan tidak ada Arkan.

"Berasa jadi perempuan one night stand," gumam Viola pelan sambil duduk.

Dengan selimut yang menutupi tubuhnya, Viola berjalan menuju laci kecil yang terletak di sudut ruangan. Di bukanya laci itu, dengan satu tangan Viola mengobrak-abrik isi laci tersebut, satu tangannya lagi memegang lilitan selimut yang ada ditubuhnya agar tidak terjatuh.

Setelah menemukan apa yang ia cari, Viola kembali berjalan ke kasur dan duduk di pinggir kasur. Membuka bungkus obat tersebut, dan meminumnya tak lupa setelahnya ia meminum segelas air yang berada di atas nakas sebelah tempat tidurnya.

"Kamu minum obat apa?" Arkan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Oh ini?" Viola mengangkat bekas bungkus obat tadi, Arkan mengangguk.

"Pil KB," lanjut Viola dengan santai.

"Kamu ngapain minum itu?" Arkan berjalan tergesa menuju Viola, menatap wanita itu dengan marah.

"Biar gak hamil," jawab Viola menatap mata Arkan.

"Kenapa? Gak masalah kalau kamu hamil, kita sebentar lagi akan menikah," suara Arkan melemah, pria itu tertunduk dibawah Viola.

Tangan Viola terulur untuk mengusap rambut Arkan tak lupa senyum tipis menghiasi wajah cantiknya.

"Iya kalau kita jadi nikah, gimana kalau gak jadi?" Viola berucap dengan suara yang lemah.

"Kamu gak mau nikah sama aku?" Arkan mendongak menatap Viola dengan tatapan kecewa dan sakit hati.

"Aku mau, tapi kamunya? Kamu bisa gak jaga hati buat aku aja? Kamu bisa gak tidur sama aku aja? Kamu bisa gak setia sama aku aja?"

Arkan tertegun, pria itu menunduk matanya berkaca-kaca, selama ini ia terus menyakiti hati Viola. Setelah berbaikan dan dimaafkan, mereka berakhir bercinta panas. Seolah Arkan meminta maaf karena rindu dengan tubuhnya, itu yang berada di pikiran Viola saat ini.

"Udah, aku mau mandi dulu ya," Viola beranjak dari posisinya, dengan selimut yang membungkus tubuhnya.

"Sejak kapan?" Pertanyaan dari Arkan membuat Viola mengehentikan langkahnya, tanpa berbalik wanita itu menjawab.

"Sejak ada berita kamu dan Jovanka keluar dari salah satu hotel waktu itu," ucap Viola lalu wanita itu kembali melanjutkan langkahnya.

Arkan menggeram tertahan, seingatnya belum sampai 24 jam berita itu sudah bersih. Memang benar waktu itu ia sempat bermain dengan Jovanka, tapi ia tidak ingin kehilangan Viola.

"VIOLA SAYANG!" Suara teriakan dari lantai bawah membuat Arkan tersentak kaget.

Cklek

"Udah selesai mainnya?" Kefi menyembulkan kepalanya di pintu.

Karena tidak mendapat jawaban, Kefi membuka pintu semakin lebar, dan terlihatlah Raka yang berada di gendongan Kefi. Salah satu tangan lelaki itu membawa kresek, yang bisa Arkan tebak isinya adalah makanan.

"Nih anak lo," Kefi menyerahkan Raka kepada ayahnya itu.

"Beli apa aja?" Tanya Arkan pada Kefi yang saat ini sedang duduk di sofa sambil membuka kresek makanannya.

"Banyak," jawab Kefi singkat.

Arkan menyusul Kefi, dan duduk disamping laki-laki itu. Satu tangannya membuka kresek yang tadi Kefi bawa, ternyata ada beberapa kresek lagi didalamnya. Tangannya mengambil salah satu kresek, dan membukanya, lalu mengernyit jijik.

"Ini apa? Sangat berminyak," komentar Arkan pada gorengan yang baru saja ia buka.

"Ini gorengan, enak," ucap Kefi sambil mengambil salah satu gorengan dan memakannya.

"Pantesan kamu gak tinggi-tinggi, makannya gak sehat," komentar Arkan lagi.

"Wah ngajak ribut, tinggi gue 183 ya!" Ujar Kefi sedikit ngegas, lelaki itu menatap kesal Arkan.

"Tinggi saya 186," balas Arkan dengan nada sombongnya.

"Percuma tinggi kalau itunya kecil," ejek Kefi membuat Arkan melotot tak terima.

Arkan membenarkan Raka yang berada di gendongannya, "Kalau punya saya kecil, mana mungkin bisa puasin Viola."

"Kan Viola baru main sama lu doang, belom tau punya yang lain. Kalau udah tau, dia gak bakal terpuaskan lagi sama lo," ucap Kefi.

"Cukup Viola yang merasakan punya saya, jangan sampai dia merasakan milik orang lain. Lagian punya saya panjang," sombong Arkan.

"Gedean punya gue pasti," ucap Kefi sambil tertawa mengejek.

"Mau di—"

"Ngomongin apasi?" Viola keluar dari kamar mandi dengan baju yang rapih.

"Vi, punya dia kecil apa gak?" Tanya Kefi membuat Viola melotot.

"Gak tau," jawab Viola sambil berjalan menuju meja riasnya.

"BAHAHHAHAA!"

"Pasti gak kerasa, mangkanya Viola bilang gitu!" Ejek Kefi membuat wajah Arkan semakin memerah.

"Punya saya 16cm," sombong Arkan pada Kefi.

"Punya gue 17cm nih," balas Kefi sambil berjalan keluar kamar, tak lupa tangannya menenteng makanan yang ia beli tadi.

Setelah sampai di luar kamar, ia mengatur suaranya terlebih dahulu, lalu berteriak.

"17CM NIH BOS! SENGGOL DONG!"

***

Imagine pas waktu Arkan ngeliat tubuhnya di cermin

Imagine pas waktu Arkan ngeliat tubuhnya di cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkan waktu bicara sama Kefi dalam hati be like:

Arkan waktu bicara sama Kefi dalam hati be like:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang