Sampai di kantor, Arkan memulai pekerjaannya dari mengecek beberapa laporan, dan menghadiri rapat. Ia akan menyelesaikan pekerjaannya siang nanti, karena Arkan ingin menyiapkan kejutan untuk Viola dan calon anak mereka.
"Permisi Pak," dengan rok yang sengaja dinaikkan, kemeja yang kancing atas yang sengaja dibuka. Karyawan perempuan itu mulai masuk, jalannya berlenggak-lenggok menggoda, ditangannya terdapat laporan yang akan diserahkan kepada Arkan.
"Ini laporan tentang pembuatan konser buku," ucapnya sambil sedikit mendesah, dan tidak dilihat oleh Arkan, bahkan Arkan tidak mengalihkan pandangannya dari layar komputer.
"Kenapa kamu masih disini?" Tanya Arkan sambil melirik sinis karyawan perempuannya yang masih berdiri.
"Oh iya maaf, Pak."
Setelah pintu kembali tertutup, Arkan mengambil ponselnya memandangi wajah Viola yang dijadikan wallpaper olehnya. Foto itu diambil sebelum Viola mengandung, senyumnya masih merekah seperti remaja lainnya, wajahnya juga masih cantik.
Sampai sekarang wajah Viola semakin cantik, aura keibuannya mulai muncul, ditambah perutnya yang membuncit karena mengandung, memberikan kesan menggemaskan. Ah, jika melihat Viola lama-lama, Arkan sudah tidak sabar untuk memeluk wanita itu, mencium dan mencubit pipinya yang semakin berisi.
Buru-buru ia menaruh ponselnya kembali, lalu lanjut mengecek beberapa berkas dan laporannya.
—
Setelah memastikan Kefi, dan Raka sudah meninggalkan halaman apartemennya, Viola merebahkan tubuhnya di sofa. Diusapnya perut yang sekarang sudah tidak rata lagi, jika termenung seperti ini, ia selalu memikirkan masa depannya.
Bagaimana nanti setelah anak ini lahir, bagaimana jika ia di cap sebagai perempuan murahan. Viola mengaku ia memang salah, sejak awal kenapa ia memberikan tubuhnya cuma-cuma kepada seseorang yang menjanjikannya sebuah pernikahan.
Belum tentu ia benar-benar akan bertanggungjawab, anak yang dikandungnya butuh pengakuan, dan dirinya juga butuh kepastian tentunya. Memikirkan lamaran dari Gavin membuatnya bingung, ia menyukai Gavin hanya sekedar teman.
Suara pintu terbuka membuat Viola langsung beranjak dari posisi tidurnya, ia menatap kedua orangtuanya yang menatapnya dengan sayu. Dengan gugup, Viola mempersilakan Karin dan Geral untuk duduk di sofa.
"Viola, tolong ceritakan pada kami, apa yang sebenarnya terjadi?" Suara lembut Geral membuat Viola meneguk ludahnya susah payah, ia menggigit bibir bawahnya pelan.
"Sejak kapan?" Tanya Karin sambil menggapai tangan Viola, dan mengusapnya lembut.
"Semenjak aku tau kalau lagi hamil, itu sebabnya aku mohon-mohon ke kalian untuk minta dibelikan apartemen, dengan alasan dekat dengan kampus."
"Kenapa kamu gak cerita yang sejujurnya sama kita?"
"Mama juga lagi hamil, aku gak mau buat Papa makin kerepotan, apalagi aku hamil diluar nikah, aku gak mau kalian dengerin omongan buruk tetangga tentang aku. Jadi—" Viola balik menggenggam tangan Karin erat, dan menatap kedua orangtuanya dengan senyum manis.
"Aku bisa urus diriku sendiri disini, aku gak mau bikin kalian tambah repot." Viola mendekat kearah Geral dan menggenggam tangan Geral erat.
"Kamu gak pernah bikin Papa repot, Papa rela dibikin repot sama dua perempuan yang Papa sayang,"Geral menarik Viola kedalam pelukannya.
"Tapi aku yang gak mau Papa repot, disini ada Kefi kok yang bersedia bantu aku, Arkan juga udah tau aku hamil. Adik aku juga udah lahir ya? Siapa namanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN
Teen FictionAda beberapa part yang sudah di revisi. *** Lalu sedetik kemudian Viola membelalakkan matanya saat wajah Arkan yang semakin dekat dengan wajahnya. Lalu ia bisa merasakan lidah hangat milik Arkan menyapu bibirnya dengan lembut. Sedangkan Arkan, terke...