13. Sakit

19.8K 922 8
                                    

Sudah tiga hari sejak makan malam di rumah Viola, sudah tiga hari juga Viola dan Arkan tidak bertemu. Karena Arkan yang sibuk bekerja, sedangkan si pengangguran Viola hanya berleha-leha di rumah.

"Kamu mau lanjut kuliah dimana Vi?" Tanya Karin kepada putrinya, saat ini mereka menghabiskan waktu di taman belakang sambil menikmati rujak yang dibuat oleh Karin.

"Vio lagi nunggu hasil SNMPTN," jawab Viola.

"Semoga beruntung ya, sayang."

"Ngomong-ngomong, kamu gak mau ke rumah Arkan?" Tanya Karin membuat Viola menghentikan aktivitasnya yang sedang memakan buah.

"Enggak, Arkan lagi sibuk," jawab Viola lalu melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

"Kamu gak kangen Raka emangnya?"

"Kangen banget,"

"Kamu siap nikah muda?" Tanya Karin yang membuat Viola melotot lalu menggelengkan kepalanya.

"Enggak lah, Vio mau nikmatin masa muda dulu," ujar Viola santai.

"Dih, udah mau dewasa juga."

"Ya mangkanya nikmatin masa muda sebelum jadi dewasa."

Drttttt

Viola mengambil ponselnya yang berdering, melihat layar ponselnya yang menampilkan nama Arkan. Karin menatap sekilas, lalu wanita itu tersenyum dan mengisyaratkan Viola untuk segera menjawab telfon dari Arkan.

"Halo?"

"Vio, kamu bisa ke apartemen saya?" ujar Arkan dari seberang sana, suaranya sedikit parau.

"Om kenapa?" Tanya Viola khawatir, karena suara Arkan yang parau tadi.

"Saya bukan om kamu,"

"Gue panggil lo apa?"

"Sayang? Baby? Honey? Mas?"

Viola mendengus, ia bisa mendengar suara tawa Arkan. Suara tawa Arkan pun lebih serak dari biasanya, sepertinya pria itu sakit.

"Mas sakit?"

Arkan yang mendengar panggilan Viola untuk dirinya tersenyum, coba saja Viola ada disini pasti gadis itu terpesona. Tidak tersenyum saja banyak wanita yang terpesona kepadanya.

"Mas," panggil Viola sekali lagi.

"Saya sakit, tolong ke apartemen saya. Saya sendirian disini," ujar Arkan.

"Nanti Vio kesana, mas mau titip sesuatu?"

"Enggak, kamu kesini saja," ujar Arkan.

"Mas udah makan?"

"Belum"

"Nanti Vio bawa makanan, mas kirim alamatnya ya."

"Iya," Arkan pun menutup sambungan teleponnya.

***

Viola dengan segera berlari menuju kamarnya, membersihkan badannya. Setelah siap, ia mengecek ponselnya melihat pesan dari Arkan yang mengirim alamat apartemen milik pria itu.

"Mah!" Dengan tergesa Viola turun dari tangga, Karin yang baru saja masuk ke dalam rumah langsung berteriak saat Viola dengan tergesa turun dari tangga.

"Vio! Jangan lari!"

"Mah, buatin bubur dong," pinta Viola pada Karin.

"Buat apa? Tumben kamu mau makan bubur," ujar Karin menuju dapur untuk menaruh piring bekas.

"Buat Arkan, dia sakit," ujar Viola.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang