Dengan sedikit pusing, Viola mengendarai mobilnya dengan cepat, ia tidak perduli nanti ia akan tertabrak dan mati. Viola hanya ingin melampiaskan kemarahannya, ia kecewa, ia juga bingung, dan ragu.
Apakah ia akan melanjutkan pernikahannya?
Bagaimana reaksi kedua orangtuanya nanti?
Bagaimana jika ia akan hamil?
Tentu saja ia tak akan tega untuk mengugurkan kandungan, jika ia benar-benar hamil.
"ARGH!!" Teriak Viola frustasi, sambil terus melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
Gadis itu menangis, tangisannya terdengar pilu, mengapa kisah percintaannya tidak pernah berakhir bahagia? Ia benci laki-laki yang berselingkuh, tidak ada kata maaf untuk orang yang sudah berselingkuh.
"Gue bingung," ucap Viola sambil membenturkan kepala stir mobil.
Tin Tin Tin
Suara klakson dari samping membuat Viola mendongak dan menatap sang pelaku, Arkan. Pria itu memutuskan untuk menyusul Viola, saat gadis itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi keluar dari club.
Tentu saja, Arkan khawatir, ia takut terjadi apa-apa dengan Viola.
"Ngapain sih tuh orang," kesal Viola sambil mengusap air matanya kasar. Ia kembali melajukan mobilnya, saat lampu berubah menjadi hijau, dan tentu saja Arkan menyusul.
Pria itu berusaha menyamakan mobilnya dengan mobil Viola, Arkan menurunkan kaca mobilnya dan berteriak menyuruh Viola untuk menghentikan mobilnya.
"VIOLA! HENTIKAN MOBILNYA!" Teriak Arkan sambil terus menatap Viola di dalam mobil.
Gadis itu menurunkan kaca mobilnya, "BERHENTI NGIKUTIN GUE!" Balas Viola berteriak tak kalah kencang.
Arkan berdecak kesal, ia dengan marah melajukan mobilnya lebih cepat dari Viola dan membenturkan mobilnya dengan mobil Viola membuat mobil gadis terdorong ke pinggir.
Tentu saya membuat Viola mengerem mendadak, sungguh pria ini nekat sekali. Ia juga merasakan dahinya sakit karena tadi terantuk stir mobil. Hey bayangkan saja, tadi ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi lalu mengerem mendadak.
Dengan cepat, Arkan keluar dari mobil dan langsung menuju mobil Viola. Membuka pintu mobil yang sedari awal tidak terkunci, dengan kasar Arkan menarik tangan Viola dan memasukkannya ke dalam mobil miliknya.
"Maafkan saya," sesal Arkan sambil memegang kedua tangan Viola.
"Udah lah, nih cincin lo gue balikin ya," ucap Viola sambil melepaskan cincin yang terpasang indah di jarinya.
"Jangan," tahan Arkan mata pria itu sudah memerah.
"Saya mohon jangan batalkan pernikahan kita, saya benar-benar mencintai kamu. Tunggu sampai urusan saya selesai, saya akan undur pernikahan kita, tapi jangan pernah mencoba untuk membatalkannya," jelas Arkan.
"Keputusan gue masih tetap sama," ucap Viola.
"Saya janji, ini akan selesai lebih cepat," ujar Arkan.
Viola menatap mata Arkan dalam, mencari kebohongan, tetapi nihil. Ia tidak menemukan apapun selain ketulusan, dengan berat hati gadis itu mengangguk.
"Saya janji," ucap Arkan sambil mencium punggung tangan Viola berkali-kali.
"Dahi aku sakit," rengek Viola saat merasakan darah yang semakin banyak keluar dari luka di dahinya.
"Maaf ya," ucap Arkan sambil menatap Viola khawatir.
"Ayo ke rumah sakit."
Dalam perjalanan ke rumah sakit, hanya terdapat keheningan, jujur saya ini terasa tidak enak bagi Viola. Apalagi setelah adegan pertengkaran di parkiran club, dan adegan di jalan tadi.
"Tolong obati tunangan saya," ucap Arkan pada salah satu perawat.
Viola merona karena ucapan Arkan tadi, dia menyebutkan Viola dengan tunangan saya. Sial, ia benar-benar dibuat meleleh oleh pria itu.
"Pak Arkan?" Sapa salah satu dokter saat Arkan sedang menunggu Viola yang sedang diobati.
Pria itu mengerutkan keningnya, ia tidak kenal dengan wanita di depannya. Dilihatnya penampilan dokter itu dari atas hingga bawah, bodynya yang tidak buruk, dan wajahnya juga cantik. Tapi jujur saja, Arkan tidak tertarik dengan wanita di depannya ini.
"Lagi ngapain disini Pak? Ada yang sakit atau ingin bertemu seseorang?" Tanya dokter wanita itu ramah, jangan lupakan senyuman manisnya yang menambah kecantikannya.
Pria itu mengangkat satu alisnya, "Penting untuk anda?" Tanya Arkan tidak suka, dokter itu sedikit memudarkan senyumnya lalu kembali tersenyum lebar menatap Arkan.
"Tentu saja, saya direktur di rumah sakit ini, wajar jika saya menanyakan pertanyaan ini kepada pemilik rumah sakit ini kan? Jarang sekali anda datang untuk berkunjung ke rumah sakit," kata wanita itu sambil tersenyum ramah yang membuat Arkan muak.
"Saya akan mengganti direktur rumah sakit ini secepatnya," ucap Arkan datar lalu masuk ke dalam ruangan Viola, meninggalkan dokter wanita itu yang sedang cemas.
Baru 2 bulan ia menjadi direktur, lalu sekarang sudah akan ada pergantian direktur lagi?
Dengan kesal wanita itu pergi menuju ruangannya, dengan kesal. Di dalam ruangan sana, Arkan sedang menatap Viola yang saat ini sedang merapikan penampilan, gadis itu menutup lukanya dengan rambut.
"Masih sakit?" Tanya Arkan sambil memeluk Viola dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak Viola.
"Udah enggak," jawab Viola sambil tersenyum menatap Arkan dari cermin.
"Tadi ada dokter perempuan yang ngajak aku ngobrol," adu Arkan pada Viola membuat gadis itu mengernyit.
"Gak kamu ajak tidur bareng?" Tanya Viola pura-pura polos, menatap perubahan mimik muka Arkan dari cermin.
Tadi yang cemberut dengan bibir yang mengerucut lucu, jika ia tidak memiliki jenggot. Sekarang, sudah berubah menjadi datar, dan menatap Viola dengan tajam. Seolah Viola adalah orang yang benar-benar harus dimusuhi dan dimusnahkan di dunia ini.
Eh, tapi bukannya spesies seperti Arkan yang harus dijauhi?
—
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN
Teen FictionAda beberapa part yang sudah di revisi. *** Lalu sedetik kemudian Viola membelalakkan matanya saat wajah Arkan yang semakin dekat dengan wajahnya. Lalu ia bisa merasakan lidah hangat milik Arkan menyapu bibirnya dengan lembut. Sedangkan Arkan, terke...