Setelah sampai di rumah Viola, keduanya serempak turun dan berjalan menuju pintu rumah yang tertutup rapat. Viola sudah menebak dari awal, orangtuanya akan langsung berangkat bekerja tanpa mengecek kamarnya.
"Sendiri?" Tanya Arkan saat mereka mulai memasuki rumah Viola yang terlihat sepi.
"Iya," jawab Viola singkat.
"Sini Raka biar sama saya aja, kamu bersihin badan dulu," ujar Arkan sambil mengambil alih Raka dari gendongan Viola.
Tanpa menjawab, Viola menuju kamarnya yang terletak di lantai atas meninggalkan Arkan dan Raka di ruang tengah. Gadis itu membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, lalu ia turun setelah selesai.
"Ciluk... Ba!"
Samar-samar Viola mendengar suara Arkan yang sedang asik bermain dengan Raka. Lalu, dari ujung tangga ia bisa melihat bagaimana interaksi antara ayah dan anak itu. Sangat manis, Viola jadi ingin menculik bapaknya, eh maksudnya anaknya.
Seakan tersadar dengan pikirannya yang semakin tidak waras, Viola menggelengkan kepalanya. Belum genap sehari, ia dan Arkan dekat, namun pikirannya sudah kemana-mana. Memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal baginya.
"Kenapa?" Tanya Arkan saat melihat Viola yang terdiam di ujung tangga sambil menggelengkan kepalanya.
"Eh! Gak papa," jawab Viola gugup.
"Gue masih laper, mau makan lagi. Lo mau juga?" Ujar Viola sambil berjalan ke arah Arkan dan Raka yang sedang menatapnya sambil tersenyum lucu.
Pria itu menatap horor kearah Viola, gadis ini sudah menghabiskan satu porsi nasi goreng tadi di rumahnya. Lalu sekarang? dia ingin makan lagi? Entah terbuat dari apa perutnya.
"Kenapa? Memang salah makan lagi?" Tanya Viola kesal dan pria itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Masakin, gue gak bisa masak," kata Viola sambil menatap Arkan dengan wajah melasnya.
"Apa yang kamu bisa?" Tanya pria itu kesal, dan sedikit mendengus.
"Membangun rumah tangga sama lo," jawab Viola sambil mengedipkan sebelah matanya genit kearah Arkan.
Pria itu melotot, lalu berujar sinis, "Memangnya saya mau sama kamu?"
Viola mengerucutkan bibirnya kesal sambil menghentakkan kakinya. Arkan beranjak ke dapur untuk membuatkan Viola makanan, mengabaikan teriakan kesal dari Viola.
"Raka, papa kamu jahat banget si," adu Viola pada Raka yang menatapnya lucu.
"Kamu mau jadi anak Kak Vio kan?" Tanya Viola pada Raka seolah mengerti bayi itu menganggukkan kepalanya sambil tertawa.
"Fix! Arkan harus jadi suami gue," ujarnya penuh tekad.
—
Sedangkan di dapur, Arkan menggelengkan kepalanya saat mendengar penuturan gadis remaja itu. Cih! Memang dia mau mempunyai istri seperti Viola? Ya, walaupun gadis itu cantik, dan seksi tapi bagaimana ya?
"Gue terlalu tampan," ujarnya sambil memotong wortel.
Dasar duda ini, sangat kepedean sekali! Tapi memang sih, Arkan tampan bahkan nyaris sempurna. Pria itu bisa menjadi CEO di usia muda, pintar, sangat menyayangi keluarga apalagi anak dan istrinya, ditambah lagi dia pintar memasak, tapi sayangnya duda.
Lalu, jika ia menikah dengan gadis yang hampir setiap malam pergi ke club, kobam, dan tidak bisa memasak. Beruntung sekali gadis itu mendapatkan Arkan yang nyaris sempurna, sedangkan tidak untuk Arkan.
"Eh tapi kalau dia jago di ranjang, boleh juga," ucapnya tiba-tiba saja, saat otak kotornya mulai berimajinasi.
"Lama banget si!"
Arkan menatap Viola yang berdiri di dekat bar sambil menggendong anaknya. Mata nakal Arkan melihat kearah bibir ranum milik Viola yang sedang mengerucut.
"Heh!" Sentak Viola saat Arkan tak kunjung membalasnya.
"Ini udah selesai, saya masakin sup," Arkan ditarik kembali dari imajinasi kotornya.
Pria itu segera menyajikan sup yang ia buat ke dalam sebuah mangkuk. Sup panas itu disodorkan di depan Viola yang saat ini sudah duduk sambil menatap sup itu dengan ganas.
"Masi panas, tunggu dulu," peringat Arkan sambil menjauhkan sup itu.
"Gue udah lapar banget," ujar Viola sambil menatap Arkan dan sup bergantian.
"Siniin anak saya, kamu makan," ujar Arkan sambil mendorong kembali mangkuk tadi ke hadapan Viola dan mengambil Raka yang berada di gendongan gadis itu.
"Enak, lo bisa masak juga ternyata."
"Iya, gak kaya kamu."
"Gue nyesel muji lo," ujar Viola sambil menatap Arkan.
"Mau kemana kamu?" Tanya Arkan saat melihat Viola yang beranjak dari duduknya.
"Mau buat susu, gue setiap pagi selalu minum susu."
"Kamu gak kekenyangan?"
"Engga."
"Biar saya aja yang buat, kamu lanjut makan saja."
Viola pun kembali duduk lalu melanjutkan makannya yang tertunda. Viola sesekali menatap punggung Arkan yang saat ini mengisi gelas dengan air hangat. Viola jadi tersenyum saat otaknya berkhayal jika Arkan itu suaminya.
"Nih," ujar Arkan yang memecahkan lamunannya.
"Aduh, kenyang gue," ucap Viola sambil mengelus perutnya pelan setelah menghabiskan sup dan susunya.
"Kamu gak bisa minum susu yang bener ya?" Tanya Arkan sambil menimang Raka yang tertidur dalam gendongannya.
Viola mengerutkan keningnya, apa maksud pria ini?
Lalu sedetik kemudian Viola membelalakkan matanya saat wajah Arkan yang semakin dekat dengan wajahnya. Lalu ia bisa merasakan lidah hangat milik Arkan menyapu bibirnya dengan lembut.
Sedangkan Arkan, terkekeh melihat Viola yang masih terdiam kaku. Sedetik kemudian Arkan dibuat terkejut oleh teriakan Viola yang disusul tangisan anaknya.
"FIRST KISS GUE! GIMANA KALAU GUE HAMIL?!"
"HUWAAA!!! GUE GAK SIAP NIKAH MUDA!!"
Arkan berdecak pelan melihat tingkah Viola, lalu pria itu menepuk-nepuk pelan pantat anaknya agar kembali tertidur.
Ngomong-ngomong, bibir Viola manis.
—
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN
Teen FictionAda beberapa part yang sudah di revisi. *** Lalu sedetik kemudian Viola membelalakkan matanya saat wajah Arkan yang semakin dekat dengan wajahnya. Lalu ia bisa merasakan lidah hangat milik Arkan menyapu bibirnya dengan lembut. Sedangkan Arkan, terke...