25. End to Start

2.6K 642 17
                                    

Setelah melewati dua pekan penuh dengan kertas lembar ujian, akhirnya hari libur yang sudah gue tunggu-tunggu pun tiba. Jangan menanyakan tentang nilai raport gue, menurut gue sudah lumayan bagus dan yang jelas gue naik ke kelas dua belas.

Dulu gue selalu jadi yang paling semangat kalau mendengar kata liburan semester karena kami akan pulang dan berlibur ke Jogja. Waktu liburan semester adalah sesuatu yang selalu gue tunggu-tunggu karena gue akan mengunjungi kota istimewa ini bersama Papa dan Mama. Kota yang selalu gue rindukan. Sekarang justru kebalikannya, yang biasanya gue nggak pernah mengatakan rindu dengan ibukota penuh polusi berserta segala isi dan makhluk yang ada di sana itu, sekarang gue malah sangat merindukannya dan ingin bergegas sampai ke sana. Gue kangen Papa. Maka dari itu, liburan semester kali ini gue memutuskan untuk pulang ke Jakarta setelah hampir setengah tahun gue berada di Jogja.

Siang ini ditemani dengan langit yang sedikit mendung gue memutuskan untuk pergi keluar. Meskipun sejujurnya kondisi seperti ini akan sangat nyaman dipakai untuk tidur, tapi karena gue baru saja sampai empat jam yang lalu sedangkan Papa masih di kantor, alih-alih tidur gue pun memutuskan untuk ikut main dengan teman-teman lama gue. Mereka janjian untuk bertemu di salah satu kafe di tengah kota. Dan sudah sejak 15 menit yang lalu gue hanya diam berdiri di depan lemari pakaian karena terlalu bingung mau memakai baju apa. Lebih tepatnya gue bingung nanti mau pakai hijab apa enggak.

Kehidupan gue di Jogja akhir-akhir ini sudah sangat akrab dengan hijab, gue sudah terbiasa kemana-mana memakai hijab. Tapi kalau di Jakarta ini akan menjadi sesuatu yang baru untuk gue. Tetangga gue saja bahkan kaget saat melihat gue yang datang tadi pagi memakai hijab, apalagi teman-teman gue nanti.

Gue meletakan dua setel baju di atas kasur setelah sekian lama memilih. Pikiran gue masih sibuk menimang-nimang hari ini mau memakai yang mana. Setelan rok plisket dengan kaos panjang dan hijab, atau celana jeans sama kaos panjang saja tanpa hijab?

"Pakai hijab aja kali, ya? Mendung gini pasti adem."

Setelah berpikir panjang, gue pun akhirnya memutuskan untuk memilih setelan rok plisket, kaos panjang, dan hijab. Sebenarnya bukan masalah style ini yang mungkin terlihat norak atau bagaimana, hanya saja gue nggak siap atas tanggapan teman-teman gue nantinya. Jakarta dan Jogja itu jelas berbeda.

Bukan Jakarta buruk lantas Jogja baik, hanya kebetulan circle pertemanan gue di Jakarta memang nggak sepositif seperti di Jogja. Sudah terlalu banyak respon negatif yang gue terima atas penampilan gue yang baru dari orang-orang di lingkungan lama gue. Dan yang gue takutkan pun masih sama, yaitu reaksi teman-teman gue di Jakarta yang bahkan mungkin akan jauh lebih mengerikan dari itu. Ya begitulah.. overthingking memang selalu menjadi penghambat perubahan.

Gue segera turun dari ojek online ini setelah bapak pengemudinya menghentikan motornya tepat di depan sebuah kafe yang dulu sering banget gue kunjungi. Kafe ini adalah salah satu tempat pelarian gue sama Adel kalau sedang jengah dengan tugas-tugas sekolah. Mungkin karena terlalu sering mampir ke sini, baristanya saja sampai hapal sama gue dan Adel.

Setelah mengembalikan helm dan membayar jasa ojek online tersebut, gue segera masuk ke dalam kafe ini. Gue yang masih berdiri di ambang pintu sudah bisa melihat dengan jelas teman-teman gue yang tampak asyik berbincang di meja paling ujung ruangan ini. Hari ini suasana kafe cukup ramai, ditambah dengan suara gelak tawa sepuluh orang di ujung ruangan itu yang jadi menambah kesan hidup di sini. Gue tersenyum melihat bagaimana mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama, ternyata nggak ada yang berubah. Semuanya masih sama.

"Assalamualaikum," ucap gue dengan santai saat sudah berada di samping meja. Meskipun kebiasaan sederhana ini dulunya terlihat sangat nggak mungkin gue lakukan, tapi untuk sekarang mengucap salam sudah menjadi kebiasaan untuk gue.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang