50. Welcome to My Playground

2K 511 112
                                    

Dingin. Itu yang pertama kali gue rasakan saat keluar dari Bandara Seoul Incheon Internasional Airport. Dengan langkah santai gue menarik koper menuju pintu keluar. Belum terlalu malam, sekarang baru pukul tujuh dan suasana sekitar juga masih cukup ramai.

Setelah penerbangan kurang lebih selama tujuh jam, gue yang baru pertama kali melakukan penerbangan sejauh ini—sendirian, cukup merasakan kelelahan. Maka gue berniat untuk duduk sebentar di kursi tunggu guna beristirahat sejenak sambil memberikan kabar ke Papa bahwa gue sudah sampai dan menginjakkan kaki di negeri ginseng ini.

Selepas memberi kabar ke Papa, gue meletakkan secara asal handphone di bangku sebelah. Lantas merentangkan kedua tangan guna meregangkan otot-otot kemudian menghirup udara banyak-banyak, "Hahhh.. udara Korea Selatan." ucap gue sambil terkikik geli.

Setelah sampai di sini rasanya gue bisa sedikit lupa dengan semua kesedihan gue. Yang ada cuma rasa antusias untuk segera memulai perkuliahan. Untuk segera merasakan hidup di negara yang sudah gue idam-idamkan sejak beberapa tahun yang lalu. Seperti mimpi, tapi nyatanya saat ini gue memang sudah menginjakkan kaki di tanah ini. Korea Selatan.

"Ke asrama naik apa ya? Taksi aja kali ya. Nggak pa-pa mahal, sekali-sekali. Capek banget mau naik bus." monolog gue.

Setelahnya gue beranjak dari tempat duduk dan menarik koper menuju ke luar pelataran bandara, hendak mencari taksi. Baru beberapa langkah keluar dari bandara, saat gue melihat ada sebuah minimarket di sana, gue memutuskan untuk mampir guna membeli minuman dan makanan ringan. Perut gue sedikit lapar karena sejak tujuh jam yang lalu gue tak menyentuh makanan apapun.

Seolah tak ada beban, gue duduk santai di depan minimarket sembari menyantap sebungkus roti dan sebotol air mineral. Malam ini pelataran bandara cukup ramai dan mata gue mulai menyisir ke sembarang arah. Beberapa orang sibuk lalu-lalang, beberapa lagi duduk santai di kursi depan minimarket—sama seperti gue, dan beberapa lagi memilih berdiam diri di tempat tertentu, mungkin sedang menunggu jemputan.

Saat tak sengaja melihat ibu-ibu tengah mengetikkan sesuatu pada ponselnya, saat itu juga gue tersadar bahwa gue telah meninggalkan handphone di kursi ruang tunggu tadi. Tanpa aba-aba gue langsung melesat masuk kembali ke bandara guna mengambil handphone.

Bahu gue seketika merosot saat menyadari bahwa kursi tempat gue duduk tadi sudah kosong. Gue berkali-kali memeriksa kolong kursi, sekitar kursi, bahkan ke tempat sampah dekat sana juga gue periksa. Tapi hasilnya nihil. Tolonglah, handphone gue bentukannya sudah hancur kayak gitu, masa ada yang berminat mengambil, sih?

Sudah lima belas menit gue berusaha mencari keberadaan handphone gue, bahkan sudah bertanya kepada orang-orang sekitar dan satpam bandara, juga sudah dibantu mencari tapi ternyata hasilnya tetap nihil. Akhirnya setelah percakapan panjang lebar dengan satpam bandara, gue memutuskan untuk kembali ke depan minimarket tadi dengan langkah gontai.

Baru hari pertama di sini dan gue sudah kehilangan handphone? Ya Allah itu benda paling berharga milik gue saat ini. Gue sendirian di sini, tanpa handphone gue bisa apa? Semua kontak dan data-data penting ada di handphone itu. Kalaupun mau dicek CCTV-nya juga percuma, kebetulan yang menyebalkan adalah nggak ada CCTV yang mengarah persis ke tempat duduk gue, jadi nggak akan terlihat.

"Ya Allah.. ini beneran hilang ya?" Badan gue tiba-tiba rasanya jadi kayak jelly. Gue sampai nggak kuat berdiri.

Gue juga sempat meninggalkan tas dan koper gue di sini saat mencari handphone lima belas menit yang lalu, beruntungnya barang gue masih aman di sini. Tak ada yang kurang satupun. Tapi handphone tadi? Kalau gue kehilangan handphone itu, artinya gue juga kehilangan kontak Papa, keluarga gue, dan teman-teman gue. Bahkan gue juga kehilangan kontak ibu asrama kampus. Gimana caranya gue bisa ke sana sekarang?

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang