4. Renjun Lokal

4.9K 879 28
                                    

Another point of view.

Pagi tadi, selepas pelaksanaan upacara bendera, kelas kami kedatangan siswi baru dari Jakarta. Dia adalah gadis yang kutemui kemarin pagi di depan gazebo Masjid, yang katanya sepupunya Mas Arga, dan ternyata kini menjadi teman sekelasku. Dia bilang namanya Risa. Entah kenapa insiden kemarin pagi yang terus berputar di kepalaku itu langsung membuatku enggan untuk dekat-dekat dengan dia, meskipun aku memang tak akan dekat-dekat dengan perempuan manapun. Sudahlah lupakan, jangan dibahas lagi. Sepertinya dari tadi dia juga tak menyadari keberadaanku di kelas ini. Lebih baik aku segera pergi ke kantor guru saja. Tadi Pak Shidiq meminta ketua kelas untuk membantu membawakan beberapa buku milik beliau ke ruang guru. Aku ketua kelas, jadilah perintah itu jelas ditujukan untukku.

Setelah memastikan tidak ada satupun buku yang tertinggal, aku langsung berjalan menuju ke arah pintu kelas. Mungkin karena hari ini kurang fokus, aku sampai tak sengaja menabrak seseorang dari samping, yang baru kusadari beberapa detik kemudian bahwa dia adalah gadis yang kumaksud tadi.

"Lo?!"

"Kamu?!"

Beberapa detik berlalu, aku langsung berdiri dan mulai membereskan buku-buku milik Pak Shidiq yang mulai berserakan. Aku tak sempat melihat ke arah gadis itu, yang kutahu hanyalah ternyata dia tadi berjalan sambil bermain handphone. Jadi sudah jelas, ini bukan murni kesalahanku. Yang kukesalkan cuma satu, dia bukannya ikut berdiri dan mulai membantu membereskan buku-buku ini, malah masih terdiam dan terduduk di lantai. Iya, aku tahu kalau aku tampan, tapi bisakah untuk berhenti menatapku seperti itu?

"Kamu mau terus duduk disitu sampai nanti?" ucapku setelah beres mengambil semua buku.

"Eh? Maaf maaf, gue nggak sengaja." ucapnya kaget dan langsung refleks berdiri.

Aku nggak menjawab ucapan dia dan memilih untuk langsung keluar kelas begitu saja. Pak Shidiq pasti sudah menunggu bukunya, pikirku.

"Eh, gue minta maaf ya soal kemarin?" Tiba tiba saja dia sudah berjalan di sampingku dan mulai mensejajari langkahku.

Saat ini pikiranku langsung tertuju kepada ingatan kemarin pagi pada kejadian di depan gazebo itu. Sungguh memalukan banget, kenapa aku bisa berpikir kalau hal seperti itu namanya indirect kiss? Ah, entahlah. Aku benci pikiranku sendiri.

"Soal apa?" tanyaku ke dia. Aku pura pura lupa untuk menutupi rasa malu sekaligus mau membalas menjahili dia.

"Itu.. soal air minum lo itu," ucap dia agak gugup. Lucu juga melihat wajah merah dan paniknya itu.

"Oh, kenapa kamu harus minta maaf? Kan yang salah aku karena udah bikin kamu keselek." Aku sebenarnya dari tadi sudah mati-matian menahan untuk nggak tertawa sejak melihat muka kagetnya dia.

"E-eh? Udah lah, lupain aja. Gue cabut." ucapnya kemudian langsung kabur ke arah kantin.

"HAHAHAHAHA 1-1 ya sepupunya Mas Arga!" Monologku beberapa detik setelah gadis itu menjauh. Dia bahkan berlari ke arah kantin. Ya Allah maaf, tapi aku puas banget menertawakan dia.

---

Back to Risa point of view.

Gue sampai di kantin dengan keadaan napas yang ngos-ngosan. Capek dan malu bercampur menjadi satu. Gue langsung mencari keberadaannya Arga yang katanya dia tadi ada di meja nomor 21. Sumpah ya, gue masih benar-benar sebal dengan laki-laki tadi, bisa-bisanya dia balas dendam ke gue.

Lima detik kemudian, mata gue menangkap keberadaan Arga di ujung sana, melambaikan tangan berkali-kali. Gue pun bergegas menuju ke mejanya Arga.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang