53. Back to You

2.9K 617 677
                                    

Hiruk pikuk yang terjadi di rumah makan sederhana ini selalu membuat gue nggak bisa merasakan ketenangan. Semuanya serba sibuk dan ramai. Tapi detik ini rasanya waktu tiba-tiba berhenti. Keadaan di sekitar gue mendadak menjadi sunyi senyap, sesaat setelah gue melihat wajah dan senyum laki-laki itu setelah sekian lama. Tapi gue masih sulit untuk percaya karena semuanya terasa serba mendadak.

Muhammad Renjun Alfansa, laki-laki itu menoleh kearah gue sambil terseyum manis dan menyapa seolah-olah tak pernah terjadi apapun. Dia, orang yang selama empat tahun ini mati-matian gue hindari keberadaannya, meskipun itu hanya kabarnya lewat sosial media, sekarang ada di hadapan gue. Dan rasanya.. poros dunia gue seketika berhenti.

"Hai Risa, apa kabar?"

Kalimat yang diucapkannya beberapa menit yang lalu, kini membuat gue mau tak mau harus ikut berdiam diri di meja ini. Tentunya setelah dia meminta izin kepada Ibu dan Abah yang baru saja datang.

Tak usah ditanyakan lagi betapa hebohnya Abah saat mengetahui fakta bahwa gue mengenal anak temannya ini. Iya, dia si laki-laki yang sejak beberapa waktu lalu Abah sebutkan sebagai anak temannya itu. Laki-laki yang katanya jauh-jauh datang dari Kairo untuk mengisi kajian sore ini. Ah iya, lebih tepatnya Abah bilang dia memang sedang ada urusan di Korea, dan gue ngga mau tahu urusan apa itu. Gue memilih untuk ngga mau tahu lagi segala hal tentang laki-laki ini.

"Nggak makan?" ucapnya setelah beberapa saat masih belum ada obrolan di antara kami berdua.

Sejujurnya gue juga masih bingung kenapa gue harus ikut duduk di sini untuk sekedar menemaninya menghabiskan makanan. Memangnya ngga masalah ya kalau gue duduk satu meja sama suami orang tanpa ada keperluan yang penting?

"Aku udah. Kamu habisin dulu aja makananmu, pasti capek kan Njun habis perjalanan jauh." Akhirnya hanya kalimat itu yang mampu gue ucapkan. Gue masih terlalu kaget sampai nggak tahu mau menjawab apa.

Lagi pula memang benar bukan, perjalanan dari Kairo ke Seoul itu sangat jauh. Memakan waktu hampir 14 jam perjalanan, belum lagi perbedaan waktunya yang sangat jauh. Meskipun katanya Renjun sudah tiba sejak pagi tadi, tapi apakah dia nggak lelah dan merasakan jet lag?

Renjun mengangguk dan melanjutkan acara makannya sedangkan gue sibuk dengan pikiran sendiri sambil mengaduk-aduk jus mangga yang sempat dipesankan tadi. Saat ini jus mangga yang biasanya bisa gue minum sehari sampai tiga kali bahkan tidak terlihat menarik sama sekali. Ada objek di depan gue yang jauh lebih manis untuk dipandang lebih dari sekedar jus mangga ini.

Diam-diam gue mendongakkan kepala dan mendapati laki-laki yang saat ini duduk di depan gue sedang santai menikmati makanannya. Matanya teduh menatap piring nasi didepannya. Mendadak gue menjadi gugup. Kalau boleh jujur, gue kangen sama dia, kangen banget. Sudah hampir empat tahun gue ngga melihat dia, dan sekarang disaat gue belum bisa berdamai dengan keadaan, dia datang lagi di kehidupan gue. Dia datang dengan senyuman manisnya, senyuman favorit gue.

Secara fisik banyak yang berubah pada diri Renjun. Rambutnya sekarang jadi sedikit lebih panjang, mungkin belum sempat potong rambut atau mungkin memang sengaja ingin di panjangkan. Nggak tahu. Dia sekarang juga menggunakan kacamata, pantas saja tadi Laila bilang kalau si ustadz muda ini kelihatan cerdas. Aura cerdasnya jadi bertambah saat menggunakan kacamata. Badannya sekarang juga jadi sedikit lebih kurus, bahkan sedikit terlihat kantung mata di wajahnya, mungkin efek karena terlalu lelah belajar.

"Masih sama, masih tampan." batin gue tersenyum saat melihat dia sedikit membenarkan letak kacamatanya.

Di saat gue masih sibuk dengan segala pikiran tentangnya, dia sudah menenggak habis minumannya setelah menyelesaikan acara makan siangnya yang sudah terlalu telat untuk disebut sebagai makan siang.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang