58. Dari Renjun untuk Risa

3.1K 520 115
                                    

Hai, kenalin. Namaku Renjun, lengkapya adalah Muhammad Renjun Alfansa. Kalian bisa panggil aku dengan nama Renjun saja, jangan ikut-ikutan memanggil Alfa. Itu panggilan spesial hanya untuk istri dan keluargaku saja, oke?

Haha enggak kok, sejujurnya aku hanya bercanda perihal panggilan itu. Siapapun boleh memanggilku dengan sebutan apapun. Hanya kebetulan panggilan 'Alfa' itu dulu muncul karena Aisha sulit menyebutkan huruf R untuk memanggilku dengan nama 'Mas Renjun', maka akhirnya panggilanku diubah menjadi 'Mas Alfa'. Memang lebih banyak dari kalangan keluarga besar yang memanggilku dengan panggilan itu karena teman-temanku lebih sering memanggilku dengan panggilan 'Renjun'.

Meskipun dulunya panggilan Alfa itu terasa biasa saja, sekarang rasanya jadi luar biasa saat Risa yang memanggilku dengan nama itu. Apalagi diimbuhi dengan sapaan 'Mas', rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di perut.

Ok, back to topic. Sejauh ini mungkin kalian selalu mendengarkan semua cerita itu dari sisi Risa saja, ya? Tentang bagaimana hari-harinya berjalan, tentang dia dengan idola kesukaannya, tentang segala struggle-nya, atau bahkan tentang rasa sukanya padaku? Entahlah, aku juga nggak banyak tahu. Maka dari itu izinkan aku untuk meminjam satu bab milik Risa ini agar aku bisa bercerita dari sudut pandangku.

Atau anggap saja ini adalah sebuah cerita dari Renjun untuk Risa, istriku.

---

Saat ini usiaku sudah 23 mau jalan ke 24 tahun. Iya, aku lebih tua beberapa bulan dari Risa, bahkan sepertinya hampir satu tahun. Sama seperti Risa, aku nggak menyangka kalau akan menikah di usia segini. Karena sejujurnya aku sudah siap menikah bahkan sejak memasuki usia 20 tahun. Jadi wajar-wajar saja kalau pada saat itu aku sudah memulai untuk ta'aruf. Kalau sudah siap secara lahir dan batin, bukankah akan lebih baik untuk disegerakan? Tapi ternyata takdir Allah berkata lain, aku digariskan untuk menikah tiga tahun lebih lambat dari ekspektasiku. Nggak apa-apa, karena menikah juga bukan tentang seberapa cepat, tapi seberapa tepat.

Soal pasangan ta'arufku yang sebelumnya nggak perlu diceritakan, ya? Karena bab ini khusus untuk menceritakan tentang istriku saja. Kalian cukup tahu kalau aku dan temanku itu pernah menjalani masa ta'aruf tapi ternyata kurang cocok. Aku juga hanya pernah menjalani ta'aruf dua kali, dan alhamdulillah untuk yang kedua kalinya bersama Risa itu berhasil.

Dulu, pertama kali kenal dengan Risa, aku sebal sama anaknya. Kalau bahasa gaulnya itu first impression. Jujur kalau first impression-ku sama dia itu kurang bagus. Gimana nggak kesal, kalian ingat sama tragedi air mineral di depan gazebo masjid waktu itu? Tiba-tiba ada perempuan asing yang dibawa Mas Arga, sudah jelas bukan mahramku, lalu dengan santainya malah minum dari botol bekasku. Ya.. kalian tahu lah apa yang aku pikirkan, sealim-alimnya prasangka orang lain terhadapku, aku ini tetaplah laki-laki normal.

Semenjak saat itu, entah kenapa aku terus-terusan sebal dengan dia. Hawanya seperti negatif terus kalau berdekatan dengan Risa. Mana dia ini mudah sekali untuk dekat dengan laki-laki manapun. Jujur aku sebal banget melihatnya, apalagi kalau dikasih tahu suka ngeyel. Kalau nggak ingat dia itu cucunya Kakung, kayaknya sudah aku hindari dari jauh-jauh hari. Tapi ternyata takdir Allah malah semenakjubkan itu, orang yang pernah aku benci sekarang malah jadi istriku, haha.

Tiga tahun sebelum aku bertemu dengan Risa di Seoul, saat Chandra nggak sengaja keceplosan menyebutkan perihal Risa yang katanya menyukaiku, waktu itu aku jelas kaget. Aku bahkan nggak pernah berpikir bahwa dia benar-benar menyukaiku sebagai seorang laki-laki, maksudku dengan sikapnya yang mudah bergaul dengan siapapun tanpa adanya rasa canggung seperti itu maka aku pikir dia kepadaku juga begitu, hanya menganggapku sebagai seorang teman. Bahkan kata Chandra, pas Risa tahu aku ta'aruf dengan teman SMP-ku waktu itu, dia sampai galau bertahun-tahun dan cepat-cepat berangkat ke Korea supaya nggak bertemu lagi denganku. Haha, lucu banget istriku.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang