Epilog

3.4K 501 127
                                    

Hai, kenalin. Nama gue Risa, Marisa Rahma Alifa. Gue nggak pernah menyangka kalau ternyata akan menikah secepat ini, di usia gue yang bahkan baru mau memasuki 23 tahun. Sama Renjun lagi. Iya, Muhammad Renjun Alfansa. Bukan Huang Renjun, ya. Pada kenal kan kalian sama Mas Alfa gue? Kebangetan sih kalau nggak kenal Mas Alfa.

Dulu, gue selalu menekankan pada diri sendiri, kalau calon suami gue nanti harus persis seperti Huang Renjun tapi dengan versi yang seiman. Agaknya itu kelihatan cukup ngelunjak, ya? Haha. Maklumi saja, namanya juga manusia korban budak cinta idol yang kurang tahu diri.

Dan ternyata tanpa disangka-sangka doa gue benar-benar dikabulkan oleh Allah. Gue dipertemukan dengan laki-laki yang bernama Renjun dengan kepribadian yang menurut gue juga cukup unik. Terus gue langsung senang gitu? Enggak. Bahkan saat itu gue menyebutkan bahwa pertemuan gue dengan Mas Alfa adalah sebuah kesialan. Sebab dia bukanlah sosok Renjun lokal yang selama ini gue idam-idamkan. Dia jauh dari kriteria itu, cuma namanya saja yang kebetulan sama.

Dari sana gue tersadar, bahwa gue memang nggak pernah benar-benar mengharapkan sosok Renjun lokal, karena yang gue inginkan itu sebenarnya Huang Renjun yang beriman. Benar-benar Huang Renjun yang beriman.

Maka ketika gue dipertemukan dengan seorang yang memiliki nama serupa dan alhamdulillahnya beriman, gue tetap menolaknya. Karena lagi-lagi itu bukan Huang Renjun yang beriman. Itu bukan Renjun lokal yang gue cari. Sebenarnya bukan hanya sekali dua kali saja gue bertemu dengan laki-laki seperti Mas Alfa, ada banyak laki-laki dengan kepribadian seperti dia di sekitar gue. Tapi karena dia satu-satunya laki-laki yang memiliki nama Renjun, makanya dia jadi cukup menarik di mata gue.

Dan ternyata takdir Allah jauh lebih indah. Pertemuan yang pernah gue anggap sebagai kesialan itu malah bebuah manis. Orang yang pernah gue benci dan selalu gue hakimi karena sudah merusak imajinasi gue soal sosok Renjun lokal itu sekarang malah menjadi bagian dari hidup gue. Begitulah, kita nggak pernah tahu takdir hidup kita akan seperti apa.

Gue di sini sebenarnya mau mengakhiri cerita ini sekaligus mengucapkan banyak-banyak terima kasih untuk kalian semua. Sudah sejak tujuh atau enam tahun lalu cerita ini di mulai, ya? Entahlah gue lupa. Yang jelas mulai dari kepindahan gue ke kota istimewa ini sampai akhirnya sekarang gue sudah menikah, gue cuma mau mengucapkan terima kasih kepada kalian yang sudah bersedia membaca kisah hidup gue yang acak-acakan ini. Kepada kalian yang turut merasakan manis pahit dalam perjalanan hidup seorang Marisa Rahma Alifa, sekali lagi terima kasih.

Gue berharap apa yang selama ini gue alami dan sudah gue ceritakan bisa bermanfaat untuk kalian semua. Segala hal baik yang ada di hidup gue semoga kalian juga bisa mendapatkannya, bahkan kalau bisa yang jauh lebih baik dari gue. Dan segala hal yang buruk di hidup gue, kalian jangan sampai merasakannya, semoga semuanya cukup berhenti di gue saja.

Dan gue mau mengingatkan satu hal. Kalian jangan kayak gue yang meninggalkan Huang Renjun lalu berharap bisa mendapatkan sosok Renjun lokal. Jangan.

Jangan berharap setelah kalian meninggalkan idola kalian, lantas akan dipertemukan dengan versi lokalnya. Bukan itu poin penting yang mau gue bagikan lewat cerita perjalanan hidup ini ke kalian semua. Gue harap kalian bisa paham kalau tujuan utama gue membagikan kisah ini bukan supaya kalian jadi kepengin atau bahkan iri dan berharap bisa bertemu dan mendapatkan idola kalian dengan versi lokal yang seiman juga. Karena tanpa gue suka dengan hal-hal berbau Korea pun, pertemuan gue dengan Mas Alfa semuanya sudah ditakdirkan oleh Allah.

Tapi bukan berarti gue bilang kalau nggak akan ada sosok Renjun lokal lain yang seperti Mas Alfa di dunia ini. Semua kemungkinan itu bisa saja terjadi. Ya, kan?

Daripada sibuk mengurusi itu, mending fokuskan untuk memperbaiki diri saja. Cukup percaya sama janji Allah, kalau kalian meninggalkan sesuatu karena Allah, insyaAllah nanti akan di ganti dengan yang lebih baik lagi oleh Allah. Jadi, jangan merasa lelah berjuang untuk menjadi yang lebih baik lagi, ya? Jangan lupa niatkan semuanya hanya untuk beribadah kepada Allah, bukan untuk mendapatkan atensi dari manusia. Semangat!

Gue Risa, dan sampai jumpa di lain waktu. Atau sampai jumpa di surga-Nya Allah? InsyaAllah.

The End.

---



Hai, kenalin saya ozainstory! Kamu bisa panggil saya Oza atau Alien. Nggak pa-pa santai saja, teman-teman saya biasa memanggil saya dengan nama panggilan seperti itu. Daripada kamu memanggil saya "Thor", kan saya bukan karakter fiksi yang suka bawa-bawa palu, hehe.

Wah, sudah selesai, ya?

Saya cuma mau mengucapkan terima kasih kepada kamu pembaca Renjun Lokal. Terima kasih karena sudah mendukung dan memberi saya semangat sampai sekarang. Terima kasih karena sudah bersedia menjadi salah satu pembaca karya pertama saya yang masih jauh dari kata 'baik' ini. Terima kasih karena sudah mau bersabar menunggu setiap update cerita ini yang terkadang suka bikin emosi karena terlalu lama dan nggak jelas, hehe. Atau bahkan karena sudah terlalu lama, banyak yang sudah lupa sama alurnya juga, nggak pa-pa saya maklum. Pokoknya terima kasih untuk semua cinta dan kasih yang sudah diberikan untuk Renjun Lokal.

Saya nggak bisa membalas kebaikan kamu selain dengan doa. Sekali lagi, saya meminta maaf kalau selama saya menuliskan cerita ini, saya banyak melakukan kesalahan, pernah menyinggung dan menuliskan kata-kata yang mungkin menyakitkan untuk kamu, atau apapun itu saya minta maaf. Saya cuma berharap bahwa apa yang saya sampaikan ini bisa bermanfaat untuk kamu. Ambil segala hal yang baik dalam cerita ini, dan buang yang buruknya. Kalau ada satu atau banyak hal yang salah dalam penyampaian saya, kamu bisa banget untuk menegur saya lewat DM. Saya nggak ada niat untuk menggurui, karena saat ini saya juga masih belajar. Jadi, ayo kita belajar bareng-bareng.

Saya harap apa yang ingin saya sampaikan dalam cerita ini bisa kalian tangkap dengan baik. Saya nggak bermaksud untuk membuat kamu berharap bahwa dengan meninggalkan segala sesuatu dalam korean waves, lantas membuat kamu bisa mendapatkan versi lokalnya. Nggak, saya nggak bermaksud seperti itu. Pertemuan Risa dengan sosok Renjun lokalnya ini cuma bonus saja. Pemanis dalam sebuah cerita.

Oh iya, saya sebenarnya berat hati ingin menyampaikan hal ini, apalagi melihat antusiasme dari para pembaca Renjun Lokal yang menginginkan adanya sequel cerita ini. Tapi sekali lagi saya minta maaf, karena poin utama dari cerita ini bukan ada pada hubungan Alfa dengan Risa, dan saya juga sudah bilang kalau itu cuma bonus. Jadi, saya mau meminta maaf karena keputusan saya sudah bulat untuk nggak membuat sequel dari Renjun Lokal ataupun Renjun Lokal season 2. Jadi, saya tegaskan sekali lagi bahwa cerita ini cukup berhenti sampai di sini saja.

Saya maklum kalau kamu kecewa, tapi saya minta maaf, ya? Dan sekali lagi saya ucapkan terima kasih karena selama kurang lebih satu tahun cerita ini ditulis, kamu sudah mau menjadi salah satu pembaca dari cerita saya. Saya sangat menghargai itu. Semoga di lain kesempatan saya bisa membuat cerita lain yang jauh lebih baik dan bermanfaat dari ini. Jadi, sampai jumpa di lain cerita. Semoga kamu masih mau menjadi salah satu pembaca cerita saya yang lainnya, nanti.

Sebagai gantinya, kamu bisa mengajukan pertanyaan di sini. Pertanyaan apapun yang masih ada kaitannya dengan cerita ini. InsyaAllah kalau masih dalam kapasitas otak, akan saya usahakan untuk menjawab. Saya, Renjun, Risa, Chandra, Jeje, Juna, dan segenap keluarga dari Renjun Lokal siap menjawab pertanyaan kamu. Kalau ada pertanyaannya tulis saja di kolom komentar dan akan saya tunggu sampai tanggal 6 Januari 2021. InsyaAllah nanti akan saya jawab di chapter selanjutnya, chapter terakhir. Kalau nggak ada pertanyaan, berarti cerita ini sudah selesai sampai di sini.

Sekian dan terima kasih.

Salam manis dari Renjun, Risa, dan R kecil yang masih ada di dalam perut.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang