29. Dive Into You

2.5K 584 56
                                    

Author point of view.

"Kok aku syok ya perkara ginian doang?" ujar Chandra dengan senyum jahilnya.

Jeje yang saat ini duduk tepat di samping Chandra pun ikut mengangguk sambil berkata, "Sama, Chan. Renjun udah nggak suci lagi." ucapnya mendramatisir.

Sedangkan Renjun yang sejak tadi menjadi bahan perbincangan hanya mampu menghela nafas. "Astaghfirullah. Kalian ini kenapa sih? Jangan su'udzon." 

"Aku juga kaget sih pas tahu kamu nyimpan nomor perempuan, Ren." Arjuna yang juga baru saja kembali dari meja Risa pun ikut menimpali. "Tapi aku lebih kaget lagi pas tahu kalau ternyata orangnya itu si Risa, mana cuma nomornya dia doang yang kamu simpan. Spesial bener." lanjutnya sambil terkekeh.

"Wah wah wah... apa nggak baper itu si Risa?" ujar Jeje menyeringai,

Tiba-tiba Chandra memutar badannya agar menghadap ke arah Jeje. "Je, misal nih... kalau kamu jadi satu-satunya cowok yang nomornya disimpan sama perempuan lain, kamu baper nggak?" tanya Chandra sambil terkekeh, lengkap dengan senyum jahilnya, hendak menyindir Renjun. 

Lagi-lagi Renjun hanya mampu menghela nafas. Teman-temannya ini kalau sudah menggoda nggak akan tanggung-tanggung. Makanya setiap kali dia dipasang-pasangkan dengan Risa, dia lebih memilih untuk diam. Bukan karena apa yang mereka ucapkan itu benar, tapi karena semakin dia menyangkal, mereka malah jadi semakin senang karena yang mereka sukai itu adalah melihat reaksi kesal dari orang yang sedang digoda. Toh, apa yang mereka tuduhkan itu tidak benar adanya. Jadi, apa yang perlu dikhawatirkan? Ya.. mungkin Renjun hanya sedikit risih.

"Ya kali nggak baper, Chan." tukas Jeje.

"Aku nyimpan nomornya Risa itu semata-mata karena ada keperluan sama Kakung, biar lebih mudah aja." ucap Renjun. Setelah beberapa menit membiarkan temannya mengoceh kesana kemari, akhirnya dia buka suara juga, seolah memberikan klarifikasi.

"Lah, Ustadz Ali kan ada HP sendiri." timpal Chandra.

"HP Ustadz Ali kata Risa waktu itu lagi rusak." Jawaban itu keluar bukan dari Renjun, melainkan dari mulut Juna yang sudah mengetahui fakta itu beberapa menit yang lalu. Sedangkan Renjun langsung mengangguk, mengiyakan ucapan Juna. Ia sedikit merasa lega karena setidaknya Juna tidak ikut-ikutan menggoda dia.

"Waktu itu?"

"Iya. Sekarang mah udah di servis."

Mendengar penjelasan dari Juna, Chandra langsung melirik ke arah Renjun dengan alis yang dinaik-turunkan. "Halah... modus, ya?" tanya ia semakin jahil. Just Chandra being Chandra, dia nggak akan semudah itu untuk langsung percaya.

"Yang udah direstuin sama keluarganya mah beda ya, guys." ucap Jeje, ikut mengompori.

Anak satu ini agaknya memang tidak akan pernah absen untuk mengganggu Renjun. Mungkin dia ingin meracuni Renjun agar ikut bobrok seperti dia, tapi nyatanya selama hampir tiga tahun berteman dengan dia, Renjun tetaplah Renjun. Ia tak terbawa sedikitpun dengan kelakuan aneh teman-temannya. Dia masih sama, tetap menjadi laki-laki yang tenang tapi tegas, tidak banyak tingkah, dan tidak pernah marah untuk hal-hal yang tidak penting.

"Ohhh... aku tahu." ucap Arjuna secara tiba-tiba. "Jangan-jangan kamu dijodohin ya sama Risa?" tuding Arjuna tepat di depan muka Renjun. Sedangkan yang dituduh bahunya langsung merosot. Orang yang sempat ia pikir tak akan ikut-ikutan menggodanya, ternyata sama saja. Malahan lebih parah.

"Wah.. iya kali ya? Diem-diem ta'aruf kayak Mas Dimas sama Mbak Fatim, nanti tahu-tahu langsung nikah aja. Lulus SMA mau nikah muda kalian?" ujar Chandra semakin jahil.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang