43. Tentang Renjun

2.1K 507 33
                                    

Author point of view.

Banyak yang berpikir bahwa sosok laki-laki bernama Muhammad Renjun Alfansa adalah orang yang nggak pernah melakukan kesalahan sekecil apapun. Mereka yang berpikir seperti itu agaknya lupa kalau setiap manusia itu nggak akan luput dari yang namanya kesalahan. Sehebat-hebatnya manusia, dia tetap tempatnya salah. Pasti ada saja hal yang bisa membuat kalian nantinya kecewa sama manusia. Termasuk Renjun. Makanya, jangan berlebihan kalau kagum sama manusia, secukupnya saja. Tapi bukan berarti karena manusia itu tempatnya salah lantas kita jadi nggak mau berbenah. Manusia memang kodratnya bengkok, tapi kita bisa lawan kebengkokan itu dan berusaha menjadi lurus. Pelan-pelan saja biar nggak patah.

Soal laki-laki yang akrab dipanggil Renjun itu, mungkin belum banyak yang kalian ketahui mengenai dia. Renjun adalah satu-satunya anak Abi dan Umi yang sejak SD bersekolah di sekolah negeri, berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. Mbak Fatim sendiri bahkan sejak SMP sampai SMA memilih untuk masuk ke pesantren. Bukan karena Abi dan Umi yang membedakan sistem pendidikan untuk anak-anaknya, tapi ini murni karena kemauan dari Renjun sendiri. Renjun yang memilih untuk bersekolah di sekolah negeri sejak dia SD sampai saat ini. Lagi pula Abi dan Umi nggak pernah mempermasalahkan hal ini. Asal anaknya nyaman nggak apa-apa, ujar mereka.

Keseharian Renjun saat kecil juga hampir sama seperti anak-anak lainnya yang ada di kompleks rumah. Renjun suka bermain sepak bola dan bulu tangkis, bahkan hingga saat ini. Renjun pun suka jajan sembarangan di abang-abang jualan, meskipun saat ini kalau dia melihat si kembar jajan sembarang dia akan marah-marah. Renjun juga suka main di sungai untuk sekedar mencari ikan bersama Chandra dan teman-temannya. Semua yang dilakukan Renjun masih sama seperti anak-anak pada umumnya.

Bedanya, di saat anak-anak yang lain bisa seharian penuh bermain, Renjun harus pulang lebih dulu untuk mengaji di mushola bersama Kakung. Di saat anak-anak yang lain bisa bersantai di waktu maghrib sampai isya' sekedar untuk menonton serial di televisi, Renjun harus setoran hafalan bersama Abi. Dan di saat anak-anak yang lain bisa bergerak sebebas dan semau mereka, Renjun tetap diawasi pergerakannya oleh Abi dan Umi. Itu konsekuensi yang harus dibayar karena Renjun enggan masuk pesantren.

Renjun nggak mau masuk pesantren itu ya karena dia nggak mau saja. Dia tahu seperti apa ketatnya aturan di pesantren. Jadi, kalau kalian berpikir bahwa Renjun adalah laki-laki yang "suci" dari lahir, kalian salah. Renjun itu sama saja seperti laki-laki pada umumnya. Kepribadian Renjun saat ini terbentuk melalui proses yang sangat panjang. Bahkan kalau dipikir-pikir, ada banyak orang yang jauh lebih baik dan lebih alim daripada Renjun. Hanya saja hal yang membuat Renjun tampak istimewa di mata orang-orang adalah lingkungannya. Di lingkungannya, Renjun itu terlihat seperti "berlian" karena jarang sekali ada laki-laki yang punya pemikiran dan pendirian seperti dia.

Melaksanakan hal-hal yang bersifat wajib seperti sholat dan puasa saja akan terlihat sangat istimewa di mata sebagian orang. Padahal itu adalah suatu kewajiban, yang seharusnya dilakukan oleh semua orang. Apalagi melihat dia yang enggan berpacaran, enggan berjabat tangan dengan yang bukan mahram, atau ketika melihat dia yang berusaha untuk menjauhi hal-hal yang dilarang oleh syariat tetapi dinormalisasi oleh masyarakat, itu akan jauh lebih spesial lagi di mata orang-orang. Ah, enggak, lebih tepatnya mungkin akan dipandang aneh oleh orang-orang. "Mabok agama" atau "Ngga usah fanatik-fanatik banget deh sama agama", kiranya begitu ucap mereka.

Coba bayangkan kalau Renjun berada di lingkungan pesantren, dia akan tampak biasa saja. Karena mayoritas laki-laki di pesantren bisa menjaga apa yang harusnya dijaga, sama seperti Renjun. Atau mungkin ketika dia berada di lingkungan yang mayoritasnya melaksanakan syariat, taat pada aturan agama, dia akan tampak biasa saja. Bukan bermaksud membandingkan, tapi kalian tahu sendiri sekejam apa kehidupan di dunia luar. Jadi apa yang spesial dari Renjun? Tidak ada.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang