40. Life is Still Going On

2.2K 469 25
                                    

"As—"

"STOP! BERHENTI DI SANA! JANGAN MASUK DULU!"

Langkah gue seketika terhenti saat salah satu suara pemilik rumah itu langsung menginterupsi gue. Jangankan untuk melangkah masuk, sekedar mengucap salam saja gue gagal. 

"Eh? Kalian kenapa?" tanya gue kebingungan.

"STOP! DIEM DI SANA DULU POKOKNYA!" ujar Renjun berseru. Gue memutuskan untuk diam di tempat sesuai dengan instruksi.

Pintu rumah sudah terbuka lebar bahkan sejak sebelum gue datang. Padahal biasanya setiap gue datang untuk les privat si kembar, pintu rumah selalu dalam keadaan tertutup. 

Saat ini si kembar sudah berdiri di atas sofa dengan raut wajah yang sedikit tegang, sedangkan kakaknya masih dengan posisi siaga sambil membawa sapu ijuk di tangannya, matanya sibuk menyisir seisi ruang tamu.

"Kenapa sih?" ucap gue mencoba melongok ke rumah lebih dalam lagi meskipun hanya sekedar kepala saja. Stidaknya untuk menuntaskan rasa penasaran gue. 

Seketika mata gue terbelalak, keadaan ruang tamu jauh dari kata rapi. Bantal sofa tergeletak di lantai, buku-buku berserakan, karpet tergulung berantakan di ujung ruangan.

"Rumah kalian ada maling?" Di saat seperti ini tiba-tiba saja kemungkinan terburuk langsung terlintas dipikiran gue. "Malingnya masih di dalam?" bisik gue.

Renjun langsung mendengus sebal. "Siapa yang mau maling jam segini hah?!"

"Terus ini kenapa bisa berantakan gini? Kamu nyari apa sih?" tanya gue semakin penasaran.

"I-itu Mbak, ada kecoa tadi.." jawab Aisha.

Gue refleks tertawa terpingkal-pingkal di depan pintu. "Ya Alah.. kalian takut sama kecoa?" ucap gue masih dengan tawa yang tak bisa berhenti.

Aisha dan Faris yang berdiri di atas sofa hanya mengangguk kecil, dengan raut wajah yang memelas. Sedangkan Renjun masih sibuk menyisir bawah-bawah meja untuk mencari keberadaan kecoa itu, dengan kondisi yang sama takutnya seperti si kembar. Meskipun dia sok-sokan berani, tapi dari raut wajahnya gue bisa tahu kalau sejujurnya dia juga takut.

"Dibilang jangan masuk dulu, ngeyel!" tukas Renjun sat melihat gue melangkahkan kaki masuk ke rumah. Gue gemas melihat pergerakan Renjun yang sangat lambat.

"LAMA LO! Sini biar gue yang cari, kasian tuh si kembar udah ketakutan." ucap gue langsung mengambil alih sapu ijuk itu dari tangan Renjun.

Gue melongok ke bawah meja tamu untuk mencari keberadaan kecoa itu. Nihil. Kemudian beralih ke sudut ruangan. Tetap nihil. Terakhir gue mencoba untuk memeriksanya di tumpukan buku yang berserakan di lantai. Gue baru mengangkat sebuah buku paling atas tapi ternyata si tersangka yang dicari langsung melesat keluar dari tumpukan buku itu.

Si kembar refleks berteriak sedangkan Renjun langsung terperanjat karena kaget. Gue mengejar kecoa itu menuju pojok ruangan masih dengan sapu ijuk yang berada di genggaman tangan.

"KENA LO!"

Dengan sekali pukul, kecoa itu langsung mati seketika terkena hempasan sapu ijuk yang gue bawa. Agak kejam memang, tapi maaf ya kecoa gue harus melakukan ini.

"Udah, cuma satu ini aja kan?" tanya gue.

Si kembar dan Renjun masih terdiam dengan ekspresi kagetnya. Kemudian Faris dengan agak gemetar mencoba untuk mengacungkan kedua jempolnya sebagai jawaban. Setelahnya gue langsung menyapu 'mayat' kecoa itu keluar dari rumah.

"Mbak Risa berani banget.." ucap Aisha.

Untuk sejenak gue terkekeh. "Kecil."

"Mas Alfa kalah berani sama Mbak Risa!" sindir Faris.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang