28. Feel Special

2.5K 621 29
                                    

Semenjak duduk di kelas dua belas, gue sudah terbiasa untuk pergi dan pulang sekolah naik motor sendirian. Sejujurnya semenjak kelas sebelas juga sudah beberapa kali gue berangkat dan pulang sendiri, tapi tentunya lebih sering bareng dengan Arga. Sekarang, 'adik' yang sering gue anggap sebagai 'kakak' itu sudah menjadi mahasiswa, sudah bukan siswa SMA dengan seragam lagi. Hanya dengan melihat Arga saja rasanya gue juga pengin cepat-cepat lulus SMA dan merasakan kuliah. Dan kuliah di Jurusan Bahasa Korea masih tetap mejadi impian gue. Cepat-cepat gue langsung bergumam pada diri sendiri, "Sabar Risa, tinggal beberapa bulan lagi."

Pagi ini gue tiba di sekolah sepuluh menit lebih awal dari biasanya. Gue segera memarkirkan motor tepat di samping motor milik Chandra. Anak laki-laki itu selalu parkir di tempat yang sama setiap harinya, sampai gue pun ikut hafal posisi motornya.

Setelah itu, gue langsung melangkahkan kaki menuju kelas gue yang sekarang berada di dekat perpustakaan dengan langkah santai. Sesekali ada adik kelas yang menyapa gue dengan ramah. Kabar baiknya, sekarang gue sudah menjadi kakak kelas sepenuhnya dengan dua generasi adik kelas. Ternyata begini ya rasanya menjadi anak kelas dua belas yang nggak perlu merasa segan ke kakak kelas?

"Mbak Risa,"

Langkah gue langsung terhenti tatkala seorang perempuan yang tengah duduk di bangku depan kelas memanggil, seolah-olah sudah menunggu kedatangan gue sejak tadi. Gue terperanjat sebab gue nggak mengenali perempuan ini, tapi dia sepertinya mengenali gue. Melihat dari badge nama yang nampak di atas saku bajunya, gue bisa tahu kalau namanya adalah Ditta, dari Kelas X IPA 1.

"Ya?" jawab gue seramah mungkin.

"Mbak Risa ada nomornya Mas Renjun nggak?" tanya gadis itu to the point.

Gue menghela nafas gusar. Lagi-lagi hal ini.

"Ada, buat apa?" tanya gue menyelidik.

Memang akhir-akhir ini ada beberapa perempuan dari kalangan siswi baru kelas sepuluh yang sering meminta nomor handphone Renjun ke gue. Kalau nggak salah hitung sepertinya ini sudah yang keempat kalinya. Yang gue bingungkan cuma satu, kenapa mereka mintanya ke gue? Kenapa bukan ke teman-temannya Renjun yang lain atau ke orangnya langsung? Memangnya gue ini siapanya Renjun?

Mata perempuan itu langsung berbinar, lalu cepat-cepat langsung menyodorkan ponselnya ke depan gue. "Minta ya, Mbak?" pintanya.

Alis gue seketika menukik. Melihat dari bagaimana cara dia meminta nomornya Renjun, gue bisa memastikan kalau dia hanya ingin modus. Gara-gara itu mata gue langsung memindai perempuan ini dari ujung kaki sampai kepala, sedang yang dilihat acuh tak acuh dan masih menunjukkan raut wajah memohonnya yang dibuat seramah mungkin. Penampilan perempuan bernama Ditta ini benar-benar membuat gue nggak bisa berhusnudzon. Dia masih kelas sepuluh tapi penampilannya begitu jauh dari kata rapi dan tertib. Memakai hijab tapi rambutnya keluar-keluar, dan ujung hijabnya juga disampirkan ke kiri dan kanan pundaknya. Belum lagi saat gue melirik pada rok abu-abunya yang sudah telihat sangat ketat dan cingkrang, ditambah lengan seragamnya yang juga di gulung jadi 3/4. Gue hanya bisa menggelengkan kepala karena miris.

Tapi cepat-cepat gue beristighfar utuk mengusir pikiran buruk itu. "Astaghfirullah Risa, nggak boleh nge-judge orang dari penampilan. Lagipula dulu juga kamu lebih buruk dari ini." batin gue.

"Minta ya, Mbak?" ucapnya, memohon sekali lagi.

"Ya buat apa dulu?" 

Dulu, waktu pertama kali ada yang minta nomornya Renjun, gue langsung memberikannya tanpa izin terlebih dulu kepada yang punya karena gue pikir mungkin mereka ada keperluan yang penting dengan Renjun. Ternyata besoknya Renjun langsung marah-marah ke gue, bilang kalau ada perempuan yang spam chat nggak jelas ke dia dan berkata kalau dapat nomornya dari gue. Semenjak itulah gue diperingatkan oleh Renjun untuk lebih hati-hati lagi kalau memberikan nomornya kepada orang lain. Tanyakan maksud dan tujuannya dengan jelas, kalau tujuannya nggak jelas jangan diberikan.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang