11. Gara-gara Pulang Malam

3.2K 664 15
                                    

Arga point of view

Sudah pukul delapan malam saat seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang tengah rumah Kakung, dan orang yang ditunggu-tunggu kehadirannya sejak tadi belum juga menampakkan batang hidungnya. Risa belum pulang sejak terakhir kali aku dan dia bertemu di Masjid sekolah tadi.

Pukul lima sore tadi saat aku baru saja sampai di rumah dan memarkirkan motor di halaman depan, saat Uti sedang menyapu halaman rumah, beliau bertanya tentang keberadaan Risa. Kenapa Risa nggak pulang bersamaku. Aku pun kebingungan. Aku pikir setelah melaksanakan sholat ashar tadi, Risa langsung pulang ke rumah bersama Lucas karena mereka berdua pun sama sekali nggak mengatakan kepadaku kalau mereka mau pergi atau mampir ke suatu tempat. Tapi ternyata sampai sekarang mereka berdua masih belum sampai ke rumah. Parahnya mereka berdua bahkan pergi dengan membawa motor Kakung.

Aku sudah berkali-kali mencoba untuk menghubungi Risa tapi nomornya sampai sekarang masih nggak aktif, pesan yang kukirimkan juga belum terkirim sampai sekarang. WhatsApp-nya saja terakhir dilihat pukul tiga sore tadi. Mau menelpon Lucas pun nggak bisa karena aku nggak punya nomornya.

Aku duduk di salah satu sofa sebelahnya Renjun, setelah mencoba menghubungi Risa untuk yang kesekian kalinya. Kebetulan sejak selepas isya tadi Renjun sudah berada di sini, mengobrol berdua dengan Kakung. Biasanya juga sering begitu. Kan sudah pernah kukatakan kalau Renjun itu memang salah satu murid ngajinya Kakung. Di antara murid-murid yang lainnya, Renjun ini memang yang paling dekat dengan Kakung, bahkan sepertinya dia ini murid kesayangannya Kakung yang sudah dianggap seperti cucunya sendiri. Nggak heran sih, Renjun memang laki-laki yang baik dan sholeh, dia juga disukai oleh banyak orang. Dan kalau dipikir-pikir sepertinya memang lebih baik kalau yang jadi sepupuku itu Renjun daripada Risa. Anak itu kalau nggak mengangguku, kerjaannya merepotkanku.

"Masih nggak diangkat, Ga?" tanya Bunda.

"Nggak, Bun. Nggak nyambung. HP-nya mati kayaknya."

Bunda dan Uti tampak menghela napas, cemas. Sedangkan Kakung sejak tadi masih duduk dengan tenang. Beliau tahu kalau Risa belum pulang sejak tadi, tapi Kakung mengatakan untuk menunggu kira-kira sampai pukul sembilan malam dulu. Baru nantinya akan dicari kalau Risa masih belum pulang juga.

"Sudahlah. Risa juga sudah gede, dia paling lagi jalan-jalan sama Lucas." ucap Ayah menenangkan.

Ayah memang dekat dengan Risa, anak dari almarhum kakak semata wayangnya itu. Apalagi setelah Tante Zaynab meninggal, Risa itu sudah dianggap layaknya anak sendiri oleh Ayah. Beliau paham dan maklum dengan semua perilaku kurang baiknya Risa. Ayah bahkan nggak pernah marah ke Risa, beliau selalu membela Risa setiap kali ada yang memarahinya atas semua perilaku buruknya itu. Sekalipun itu Kakung atau bahkan Om Malik sendiri. Ayah pernah mengatakan kepadaku kalau Risa itu seharusnya diberikan pemahaman dan pengertian sampai dia perlahan-lahan paham dan mengerti, bukan malah dimarahi atau bahkan disalahkan.

"Tapi ini sudah malam, Yusuf. Dan dia pergi sama yang bukan mahramnya." jawab Uti cemas.

"Lucas itu anak baik-baik, Bu. Yusuf percaya sama dia dan Yusuf yakin kalau dia akan jagain Risa. Mungkin mereka cuma temu kangen karena nggak bertemu beberapa hari." ujar Ayah sambil mengusap bahu Uti dengan lembut memcoba untuk menenangkan.

Sejak sore tadi, Uti yang paling khawatir diantara yang lainnya. Dia sangat takut Risa kenapa-napa karena sejak tadi nggak memberikan kabar apapun. Jujur, aku juga khawatir dengan dia. Meskipun dia anaknya menyebalkan dan suka membuatku naik darah, tapi mau bagaimanapun juga dia tetap sepupuku. Aku percaya kalau Lucas itu anak yang baik, dia nggak akan aneh-aneh. Bahkan bisa dibilang dia jauh lebih alim daripada Risa meskipun dia itu seorang mualaf. Tapi nggak bisa dipungkiri, instingku sebagai seorang laki-laki juga menghawatirkan dia yang sedang bersama Lucas saat ini. Mau sebaik apapun Lucas, dia itu tetap laki-laki normal. Dia bukan mahramnya Lucas. Jangankan dengan Lucas, pergi denganku saja sering nggak diberi izin oleh Kakung dan Uti kalau bukan kepentingan mendesak.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang