#Cinta_Om_Duda
[26] CintaOtot raganya mengejang, ketika Cinta berusaha menggerakkan tubuh yang dibelenggu oleh sesuatu yang ilusi, tapi mengikat erat.
Cinta gelagapan. Berteriak minta tolong saat bayangan seram dengan mata kucing yang menusuk menawarkan teror kematian, namun suaranya tak keluar sekeras apa pun ia mencoba. Seolah lidahnya juga dirantai halusinasi.
Doa-doa apa saja ia rapal, seingatnya. Makhluk seram tetap enggan enyah. Ketakutannya mengakumulasikan seluruh tenaga untuk melawan.
Hingga akhirnya ... Cinta megap-megap. Berhasil bangun bersimbah keringat. Napasnya putus-putus, berusaha keras meraup oksigen banyak-banyak di tengah mampat hidung. Seirama adrenalin jantungnya yang tak terkontrol.
Cinta tahu, tadi itu semacam ketindihan yang orang kuno yakini sebagai gangguan jin jika lupa berdoa sebelum tidur. Pada kasus sama, istilah ketindihan di dunia medis disebut sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Terganggunya fase tidur dengan gerak mata cepat, tidak sejalan dengan bangun. Gampangnya otak dalam kondisi tidur, tetapi tubuh ingin bangun.
Apa pun itu, Cinta benci berada dikondisi ia terancam dan ia tak bisa melawan. Seperti tadi itu dan nyaris membuatnya mati menyerah.
Sekelilingnya masih sama, sebelum ia tertidur. Ruang tengah. Bedanya teve telah dimatikan. Tandanya pemilik rumah telah kembali.
Benar saja dengan kedatangan Bi Sum yang menawarkan air panas. "Neng Cinta mandi, ya udah ashar. Bibi udah siapkan air panas."
Cinta mengangguk lesu. Senyum tipisnya pengganti ucapan terima kasih.
"Abis itu, Bibi kerokin sama pijat, ya. Dijamin sakitnya minggat."
Darimana si bibi tahu Cinta sakit, kalau bukan Rian atau Kakek Hartono, pelaku paling potensial. Pasti Om Duda pun sudah diberitahu. Cinta mendelik. Berpacu dengan adrenalin lagi. Ia harus melancarkan aksi minggat dari rumah ini.
***
Adrian bertandang sebentar ke rumah Kakek Hartono, bermaksud meminta maaf atas perbuatan Cinta yang merepotkan. Bersamaan dengan buah tangan bolu susu yang dibawanya, tidak jua mengendorkan intensitas ketegangan pria enam puluh tahun itu.
Adrian serasa tidak bersilaturahmi, melainkan justru menyerahkan diri untuk dicaci maki.
"Cinta itu perawan. Kau biarkan sendirian menjaga rumah kau yang mentereng itu, ada maling bagaimana. Mau kau lihat dia diperkosa?"
Adrian beristighfar dalam hati.
"Lagipula rumah kau itu tak akan lari ke mana-mana, ngapain dijaga pula. Kau bisa titipkan pada Rian, bukan perawan nakal itu."
Kakek Hartono berhenti sebentar untuk mencomot bolu susu. Sambil angguk-angguk menikmati enaknya. Adrian menunggu pria tua itu selesai mengunyah. "Enak betul, sering-sering kau bawakan aku makanan ini."
"Kalau saya pergi lagi ke Lembang, Kek."
"Heh, sampai mana tadi aku marahnya?"
"Perawan nakal," sahut Adrian dengan senyum melekuk sabar.
Kakek Hartono angguk-angguk lagi. Membeo kemudian. "Pria harusnya pengertian. Laki macam apa kau ini, tidak punya belas kasih sama perempuan, banci kau. Lihat Cinta sakit, itu salah kau tidak ajak dia ikut. Jadi pria itu yang jantan, tugas pria itu melindungi perempuan. Tak jantan kau ini, malulah sama senjatamu!"
"Kakek pernah berdebat dengan Cinta?" Giliran Adrian yang menyeletuk setelah diam mendengarkan dengan tawaduk.
Pria itu angguk-angguk. "Pusing kali kepalaku sampai dua ratus tensiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Om Duda
RomanceCinta Azalea, gadis 18 tahun miskin yang butuh pekerjaan. Annisa Azahra, anak 6 tahun yang membutuhkan sosok Bunda. Muhammad Adrian, Duda 30 tahun yang tidak berniat beristri lagi karena masih mencintai mendiang istri. Bagaimana kisah mereka dalam...