Ibu kos membawa Adrian menuju salah satu kos miliknya. Ketika si ibu membuka pintu, terpampang tubuh berbaring di kasur lantai dengan gaya tidur berantakan. Cinta pemilik tubuh itu, dinyenyakan oleh dengkur keras. Rasanya Adrian ingin sekali menjewer kuping Cinta, saking kesalnya melihat Cinta bisa tidur nyenyak sedangkan pria itu bahkan terpikirkan tidur saja tidak sempat, sebab pikirannya penuh dengan kekhawatiran terhadap gadis nakal tersebut berhari-hari.
Namun, bagaimanapun kesalnya Adrian terhadap Cinta, Adrian patut bersyukur. Akhirnya ia bisa menemukan Cinta tepat waktu dalam keadaan baik-baik saja.
Bu kos mencegah Adrian sebelum mempersilakannya masuk. "Dengarkan, sebelumnya saya sudah terlanjur berjanji pada Cinta untuk tidak memberitahukan keberadaanya pada siapa pun. Tapi saya berkhianat sekarang."
Adrian dengan sopan, mendengarkan ibu paruh baya itu sampai selesai.
"Waktu itu, saya menemukannya subuh-subuh, tertidur di lantai beserta dengan koper. Saya membangunkannya dan bertanya apa dia diusir? Dia bilang berhenti kerja dan meminta menginap beberapa hari. Serta memaksa saya untuk tidak bilang pada siapapun andai ada yang mencarinya. Saya mengizinkannya tinggal. Sampai sekarang pun dia bertingkah pendiam, itu yang membuat saya cemas. Tidak pernah ia bertingkah seperti itu sebelumnya, bahkan ketika banyak orang membenci tingkahnya, ia akan tetap pasang tawa menjengkelkan. Tapi Cinta yang ini, berbeda. Saya berpikir pasti masalah yang dia hadapi sangat pelik sampai membuat Cinta yang biasanya ceria, hilang."
Adrian menghela napas. "Dia baru saja bertemu dengan ibu kandungnya setelah lama berpisah. Saya rasa ...." Adrian spontan melirik ke arah Cinta. "Cinta memilih kabur karena cuma itu yang ia pikir adalah solusi paling tepat."
Syok adalah reaksi pertama ketika Bu kos mendengar tutur pertama Adrian. Saat menerima Cinta kos di kos-kosannya, Bu kos tak pernah menanyakan asal usul setiap penghuni baru. Ia tak punya urusan dengan masalah orang lain, tapi kisah Cinta mengetuk hati nuraninya. Ia jadi paham bahwa si tukang recok, menyebalkan berkedok membantu ibu kos adalah cara Cinta merindukan sosok ibu kandung.
"Bu, saya datang kemari untuk memperbaiki semuanya."
Si ibu langsung membuka lebar pintu. "Bawa dia kembali dan bahagiakan dia."
Adrian mengangguk dan ketika ia sudah masuk sempurna, si ibu diam-diam mengambil kunci yang menancap pada pintu. Menutupnya, dan langsung menguncinya dari luar.
Sadar terperangkap lewat bunyi kunci terputar, Adrian berseru. "Kenapa dikunci?"
Lewat jendela Bu kos berkomunikasi. "Berjaga-jaga saja siapa tahu Cinta kebur. Cepat bangunkan dia, dan selesaikan masalah kalian. Tenang saja, saya akan tunggu di sini."
Melihat si ibu angkat alis beberapa kali, pakai ekspresi jenaka bikin Adrian menghela napas.
Ia harus membereskannya cepat. Mendekat, tak ada satupun kursi, Adrian jongkok akhirnya. Tinggal bagaimana cara membangunkan Cinta.
Menarik bantal yang ia tiduri? Tidak mempan. Menarik selimutnya? Gadis itu berguling sebentar sebelum melanjutkan dengkur. Adrian tidak kehilangan akal. Sebotol air mineral di meja kecil, Adrian ambil. Ia buka tutupnya, menuangnya dalam tangkupan kecil, lalu memercikkannya ke wajah Cinta. Ia lakukan berulang kali sampai gadis itu kelabakan.
"Hujan!"
"Banjir!"
Teriak Cinta sampai ia terbangun. Hal pertama yang matanya lihat adalah sosok hitam jongkok di sampingnya. Seketika adrenalinnya memacu. Merapat pada tembok. Bacaan tauhid dan istighfar melantun kepayahan.
"Hua ... sana hus ... pergi Izrail!!! Gak mau mati dulu. Cinta belum kawin!!!" Seraya mengibas tangan mengusir. Cinta menyembunyikan wajah pada lengan, ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Om Duda
RomanceCinta Azalea, gadis 18 tahun miskin yang butuh pekerjaan. Annisa Azahra, anak 6 tahun yang membutuhkan sosok Bunda. Muhammad Adrian, Duda 30 tahun yang tidak berniat beristri lagi karena masih mencintai mendiang istri. Bagaimana kisah mereka dalam...