Bagi Cinta membuang makanan sama saja membunuh orang kelaparan. Ia memang mengantongi dua ratus ribu dari Gia. Ia bisa membeli 40 bungkus nasi kucing. Jika dibagi tiga kali makan dalam sehari, itu artinya ia bisa bertahan hidup selama 13 hari.
Meski begitu, ia tidak akan membiarkan orang lain seenaknya membuang makanan. Ia berlari ke arah pria bersetelan necis tersebut dan merebut kantong kertas humburger di tangannya.
"Hei, makanan tidak boleh dibuang sembarangan. Mubazir, tauk. Temannya setan. Sini buat aku aja!"
Begitu makanan itu berpindah tangan, Cinta mengendus isinya. Menjilatnya dan mengangguk. "Masih enak!" pekiknya kesenangan. Sungguh keberuntungan yang langka.
"Terima kasih, Om." Cinta segera enyah dari sana. Melompat-lompat riang sambil mengunyah humburger tersebut.
Seakan ada yang mengingatkan tujuannya, ia geming di tengah trotoar. Sebelum akhirnya menoleh cepat ke tempat pria itu yang baru saja masuk ke Alphard mewah.
Cinta berlari ke arah kap mobil tersebut. Untungnya si sopir belum menginjak gas dan terkejut menemukan Cinta memeluk kapnya dan berteriak. "Om! Om!"
"Astaghfirullah!" Si asisten memanjangkan kepala keluar dari jendela. Tangannya mengibas marah, menyuruh Cinta menyingkir. "Bocah gila, minggir!"
"Gak mau! Aku mau bicara sama Om yang ada di dalam!"
Adrian mendesah setelah kesiapnya mereda. Tidak menduga gadis itu berani berbuat nekat.
"Tabrak saja, Rez." Adrian mengintruksikan dengan acuh tak acuh.
"Tapi, Pak. Nanti mati bagaimana?"
"Kubur."
Reza, si asisten tertawa garing dengan wajah memucat. "Bapak tidak serius, kan?"
"Saya bercanda." Tidak ada jejak humor mencetak wajah maskulin itu sampai Reza ragu bosnya apakah benar-benar bercanda?
"Eh, Pak ngapain?" Reza panik melihat gestur Adrian hendak mengungkit pintu mobil.
"Saya akan mengurusnya. Kamu di dalam saja."
Rasa khawatir tidak membuat Reza patuh. Ia tidak mungkin membiarkan bosnya menghadapi sendiri bahaya yang menghadang. Jadi, ia ikut turun dan berjaga-jaga di sisi kanan Adrian.
"Apa mau kamu?!"
Cinta menjauhi kap mobil lantas memandang pria jangkung itu yang menatapnya senewen.
"Aku butuh pekerjaan, Om. Apa saja mau," katanya dengan wajah bersemangat.
Adrian mengernyit makin tak bisa berpikir. Tebakannya memang benar, gadis ini depresi sampai bertindak di luar akal manusia normal. Mungkin penyebabnya masalah finansial. Atau karena ditolak kerja setelah menyerahkan puluhan kali CV ke banyak tempat kerja. Biasanya itu yang membuat sebagian anak muda frustrasi.
"Tidak ada pekerjaan untuk orang yang tidak waras."
"Aku waras. Om, mau bukti? Aku bisa buktikan." Ia mengeluarkan sesuatu di belakang ranselnya. Dompet tipis yang isinya tinggal struk indoapril, dan alfaapril saja. Lantas menarik sebuah kartu sebesar e-KTP.
Adrian menerimanya. Kartu mahasiswa. Cinta Azalea. Nama yang indah. Sayang, tidak sesuai dengan attitude.
"Aku mahasiswa komunikasi, Om. Baru semester tiga. Aku bisa kayang. Bisa pasang gas elpiji, bisa makan pakai tangan kanan, bisa ngerokin, bisa ajak jalan-jalan anjing, bisa benerin genteng bocor, bisa ngejar maling, bahkan aku bisa mengalahkan kecoa terbang." Cinta menjelaskan keahliannya dengan menggebu-gebu.
Adrian menyesal mendengar gadis itu kalau yang ia ucapkan cuma omong kosong.
"Kamu sudah membuang waktu berharga saya untuk mendengar hal yang non sense." Adrian mengeluarkan dompetnya, menarik beberapa uang merah. Lantas menarik tangan Cinta untuk memaksanya menerima lembaran-lembaran itu serta mengembalikan kartu mahasiswa Cinta.
"Simpan dan menyingkir sekarang." Adrian mendorong kasar Cinta ke pinggir untuk memberi ruang luas bagi roda mobilnya untuk pergi.
"Om, aku gak minta uang! Aku cuma minta pekerjaan. Gak digaji juga gak apa-apa, asalkan diberi makan sama kuota full!"
Namun, teriakannya cuma disahuti deruman knalpot mobil itu.
Cinta mendesah. "Apa salahnya dengan keahlianku sampai om itu tidak mau memberiku pekerjaan. Padahal, kan gak semua orang bisa kayang."
Cinta melirik gepokan uang lima ratus ribu di tangannya setelah ia hitung-hitung.
Rezeki anak solehah. Sekarang ia memiliki tujuh ratus ribu. Ia bisa membeli 140 bungkus nasi kucing untuk bisa menyambung hidup selama 46 hari. Wah! Luar biasa! Ia tidak perlu lagi mengkhawatirkan nasib perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Om Duda
RomanceCinta Azalea, gadis 18 tahun miskin yang butuh pekerjaan. Annisa Azahra, anak 6 tahun yang membutuhkan sosok Bunda. Muhammad Adrian, Duda 30 tahun yang tidak berniat beristri lagi karena masih mencintai mendiang istri. Bagaimana kisah mereka dalam...