Dua bulan berlalu semenjak pernikahan, tidak ada hal yang berarti. Kecuali, insiden Axel beberapa waktu lalu.
Cinta menyebutnya aneh. Kenapa bisa begitu? Sebab, Axel yang notabene hewan liar yang selalu memburu Cinta di manapun keberadaannya di kampus, mendadak peranannya hilang dalam sekejap. Jika dipikir-pikir hal itu dimulai jauh sebelum pernikahan. Lebih tepatnya pasca fitnah foto dirinya dengan om duda sebagai simpanan tersebar. Axel tidak lagi mengabsen wajahnya di depan hidung Cinta. Tapi apa pun alasannya, Cinta tak ambil pusing. Dirinya sekarang lebih menikmati fase kehidupannya yang paling tenang dan bahagia sepanjang hidupnya.Sedikit cerita tentang insiden Axel. Itu hanya pembicaraan sebentar dan normal. Bukan perkara yang fatal. Pada waktu itu, kebetulan mereka berpapasan di sekitar taman fakultas komunikasi. Axel bersikap tak acuh. Padahal jelas-jelas Axel melihatnya. Ia melenggang begitu saja melewati bahu Cinta dalam langkah buru-buru.
Seharusnya Cinta bersyukur. Kenyataannya justru menarik Cinta pada rasa penasaran. Sehingga ia memotong jalan Axel dengan berlari menghadang lelaki tertampan di kampusnya. Tertangkap jelas bahwa lelaki itu menjengitkan bahu. Jelas-jelas Cinta sempat menangkap ekspresi terkejut. Sebelum akhirnya Axel menghindar. Cinta pantang menyerah sebelum apa yang diinginkannya terlaksana. Jadi, ia menghadang lagi Axel. Dua kali berturut-berturut proses mengejar-menghindar. Muak, Axel pun menyerah. Lantas meladeni Cinta upaya ia bisa pergi secepatnya.
"Apa!" Axel membentak. "Bukankah ini yang lo penginin?! Gue yang gak lagi mengusik lo. Jadi minggir!" Usaha Axel menghindar sia-sia saja karena kemarahannya saja sulit meruntuhkan pendirian Cinta yang gigih menghadang Axel.
"Kasih alasan dulu kenapa Kak Axel menghindariku?! Baru Cinta menyingkir."
Napas kefustrasian terembus lewat lubang hidung. Bukti kemenangan Cinta. Axel mengernyit saat menguliti keseluruhan penampilan Cinta yang kini berubah drastis. Tak lagi ada tanktop di balik kemeja kebesaran. Juga celana jeans ketat. Apalagi leher jenjang yang diumbar seksi selagi rambut diikat kuda secara longgar. Yang ada sekarang gamis bunga-bunga norak dilapisi kardigan ungu pucat. Serta hijab lebar yang tak kalah jelek.
Tapi anehnya kenapa aura kecantikan dan keanggunan Cinta terpancar gila-gilaan? Sungguh siksaan berat untuk Axel yang mencoba untuk tidak cari gara-gara.
Tentu pria berkuasa yang telah menjadi suami Cinta-lah yang mengubah segala aspek kehidupan Cinta. Bukan cuma dari segi penampilan saja. Mengingat bagaimana pria itu mendatanginya dengan ancaman. Tidak perlu diragukan lagi untuk Axel yang tak ingin jatuh miskin kalau tetap nekat mengusik Cinta di kampus. Pria itu yang hanya menanyakan nama orang tuanya saja, sudah cukup untuk menghancurkan bisnis keluarganya di bidang pertambangan batu bara.
"Tanyakan saja pada suami lo itu yang mengancam gue untuk tidak mengganggu lo lagi." Selepas kejujuran itu, Axel cepat-cepat menyingkir. Kalau terlalu lama berada di dekat Cinta, khawatir bisa-bisa seseorang ada yang melaporkannya kepada suami Cinta lalu perusahaan papanya jatuh seketika dalam sehari.
Cinta membiarkan kepergian Axel semudah itu setelah mendapatkan alasan yang mencengangkan. "Om Duda mengerikan. Apakah Naomi juga bernasib sama?" ocehnya. Karena Naomi juga tidak lagi cari perkara setiap kali tak sengaja mereka bertatap muka. Lalu gadis itu enyah begitu saja seakan ketakutan.
Bahkan orang itu yang telah menjadi suaminya bukan hanya sekadar suami yang bertanggungjawab, melainkan menjadi pelindung. Menyingkirkan segala orang-orang yang telah menyakiti Cinta.
Meskipun Adrian belum mengatakan cinta secara eksplisit. Bolehkah Cinta angkuh sedikit kalau suaminya mencintainya secara ugal-ugalan dengan caranya bertindak sebagai seorang super hero untuk Cinta.
Perempuan itu cengengesan sepanjang langkah menuju fakultas teknik. Niatnya ingin menyambangi Dika. Orang itu selalu kabur-kaburan dan setiap pesan yang Cinta kirimkan tak ada satupun yang dibalas. Tanpa perlu ditanya kenapa, Cinta sudah tahu kalau Dika sengaja menghindar karena mungkin ia masih menyimpan rasa terhadap Cinta. Dan bagusnya, Cinta pengin mengusik pemuda itu karena merasa mengganggu Dika sangat menghibur kegabutannya. Maka bermodalkan tanya kepada beberapa mulut seangkatan Dika, Cinta menemukan pemuda itu sedang makan di kantin teknik.
"Sekarang kamu gak bisa kabur dariku!" Kemunculan Cinta duduk di seberang bangku panjang, cukup menggelindingkan bakso di sendok yang sebentar lagi mau di-hap.
Dika praktis kesal memandangi baksonya yang menggelinding jauh. Tidak mungkin Dika mengejar makanan yang sudah jatuh ke lantai yang telah dilumuri ratusan jejak kotor sepatu setiap harinya. Lagipula Dika hanya ingin melihat sejauh mana nasib baksonya yang ternyata berakhir diinjak sepatu orang ketimbang meladeni perempuan gila ini.
"Lo salah." Dika sudah setengah berdiri hendak pergi tapi Cinta keburu menarik tangan Dika.
Tindakan impulsif Cinta justru menambah dongkol. Tapi siapa yang mengira kalau hanya sepasang mata bulat menatap memelas saja sudah bikin Dika lemah.
"Lo mau apa, sih?" Meski berkata ketus, Dika kembali duduk. Siap tidak siap Dika terpaksa melayani apa pun omong kosong Cinta.
"Kamu belum juga move on?"
Sambil menghabiskan sisa bakso, Dika ogah-ogahan membalas. "Kita saudara sekarang. Menjaga jarak dari Lo adalah cara gue buat move on. Jadi jangan protes atau berusaha untuk sok akrab."
Tepat sekali perkiraan Cinta. Dia angguk-angguk saja.
"Tapi bukan berarti harus jadi musuh kan?"
"Lo terlalu jauh berspekulasi." Semula enggan menatap Cinta, Dika akhirnya mendongak dari bakso untuk melihat ekspresi Cinta.
"Aku bersyukur menikah dengan Mas Adrian. Axel atau bahkan Naomi tidak lagi menggangguku. Tapi jika membuat kita renggang begini, aku makin tidak nyaman."
Cinta terlihat anggun. Tidak menyangka kakak sepupunya akan mengubah Cinta sedrastis ini. Mau tak mau Dika akui Adrian memang beneran jodoh Cinta yang tepat. Kalau dipikir Cinta tidak cantik sebelum ini, itu benar adanya. Dika memandang Cinta sebagai cewek gila dibatas ambang kewarasan. Tapi sekarang rasanya berbeda. Kesannya Cinta berusaha menjaga dirinya menjadi wanita sejati. Andai tidak ingat ia istri dari kakak sepupunya, barangkali Dika bakal jadi terobsesi mengejar Cinta sampai jadi miliknya.
"Tidak semua orang bisa kembali ke keadaan normal kalau sudah menyangkut soal perasaan, Cinta. Butuh waktu, paham?"
"Tapi jangan lama-lama."
Dika mengedikan bahu "Lihat saja nanti." Ia memakan mienya sebentar. Lalu bertanya. "Gimana, lo udah jenguk ibu Lo?" Dika mengangkat topik sensitif. Berhasil bikin wajah Cinta mendung.
Cinta menggeleng.
"Jangan pernah Lo lakukan. Orang seperti itu tidak pantas dimaafkan." Dengan gestur mengangkat sendok berisi bakso, Dika menawari. "Mau?"
Baksonya menggiurkan, tapi entah kenapa baunya bikin kedua alis Cinta menyatu. Lambungnya mulai begah. Air liurnya berproduksi banyak saat ia mual dan ia berusaha untuk menahan mulutnya untuk tidak muntah.
Tentu saja Dika panik. Mereka saudara sekarang. Kekhawatiran Dika wajar sebagai seorang sepupu.
"Gue anter Lo balik. Atau mau ke rumah sakit?"
Cinta tidak sanggup berpikir di antara kedua opsi itu yang lebih baik. Yang dipikirkan ia pusing sekali dan serangan mual tak tertahankan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Om Duda
RomanceCinta Azalea, gadis 18 tahun miskin yang butuh pekerjaan. Annisa Azahra, anak 6 tahun yang membutuhkan sosok Bunda. Muhammad Adrian, Duda 30 tahun yang tidak berniat beristri lagi karena masih mencintai mendiang istri. Bagaimana kisah mereka dalam...