Memang segalanya terlihat berjalan normal. Hanya saja kepala Adrian isinya badai.
Selain kehamilan Cinta yang sedikit berat, karena mual dan pusing pada trimester pertama. Itu tidak dihitung masalah berat, bukan? Sebab umumnya ibu hamil seperti itu. Seperti Aira dulu saat Adrian belajar mendampingi istri pertamanya itu.
Kekhawatiran Adrian justru terhadap hal lain yang dapat memicu masalah besar. Masalah yang dapat mempengaruhi kesehatan mental Cinta. Jika dibiarkan akan berimbas pada janin juga.
Seperti halnya dengan ibu Cinta. Yang terbaring tak berdaya mengandalkan alat-alat medis pasca operasi. Tidak mungkin dibiarkan begitu saja.
Sesuatu yang dibiarkan tanpa penyelesaian, akan menumpuk dan akan datang hal besar lain di ujungnya.
Tetapi Adrian tidak bisa memaksa Cinta untuk datang sekadar menjenguk. Apalagi kondisi Cinta yang hamil, rentan stres. Sungguh serba salah untuk Adrian yang menginginkan Cinta mendengar pandangan Adrian mengenai masalah ibunya. Meski demikian, Adrian tidak tega mengatakan Cinta bisa saja terlambat berdamai dengan dirinya sendiri sebelum kemungkinan ibunya meninggal. Menyesalkah Cinta jika itu terjadi?
Adrian hanya takut Cinta menyalahkan dirinya sendiri dan menyesal tidak bertemu ibunya selagi bisa.
Belum lagi ayah kandung Cinta yang beberapa waktu lalu bebas setelah mendekam di penjara selama lima tahun. Terlilit kasus penipuan dan perjudian.
Adrian telah menyelidiki Herman. Seandainya Herman tidak berusaha mencari Cinta ataupun mantan istrinya, Adrian pasti akan membiarkannya begitu saja.
Masalahnya, Herman mencari tahu mereka. Terpaksa Adrian bertindak.
Sebelum mendatangi Adrian, pria itu mengaku mencari suaka pada Lila ketika ia diancam dibunuh oleh para rentenir yang masih mengincarnya agar hutangnya dilunasi. Ancaman demi ancaman mungkin yang membuat Lila stres dan drop sampai sekarang.
Gagal mendapatkan perlindungan dari Lila, Herman mengincar Cinta. Untungnya Cinta lebih dulu bertemu dengan Adrian. Sehingga ketika Herman mengincar Cinta, Adrian bisa melindungi Cinta dan menjauhkannya dari bajingan itu.
Ketika itu Herman mendatangi Adrian di kantor. Wajahnya sangat kumal dan berpenampilan menyedihkan. Andai pria itu mau sungguh-sungguh bertobat, Adrian dengan segala kemurahan hatinya pasti akan mempertimbangkan untuk memberikan Herman hidup yang layak.
Sayang sekali pria itu hanya mementingkan uang dan pelunasan hutang saja.
"Tidakkah Anda kasihan kepada anak kandung Anda sendiri?"
Bajingan itu terkekeh. "Anak haram itu bernasib sangat beruntung. Hidup enak dengan menikahi pria kaya sepertimu, untuk apa aku harus kasihan."
Jika tidak memandang nilai moral, memukuli pria itu sudah terjadi begitu Adrian melihatnya. Dia yang terlatih mengontrol emosi hanya bisa sekadar berdecak dan menyembunyikan kepalan tangan di saku celana.
"Istri saya hidup tersiksa dengan ulah Anda yang tidak bertanggung jawab. Lalu sekarang Anda datang seperti parasit. Tidakkah Anda malu? Tidakkah Anda tahu bahwa saya bisa bertindak sesuka hati saya? Mungkin tidak masalah jika Anda dipenjara sekali lagi karena saya tidak melihat ada penyesalan sedikitpun dari Anda."
"Kau sedang mengancamku, menantu sialan." Akting ramah dan penjilat, drastis berubah gelap menyeramkan.
"Mengancam adalah perlindungan terakhir saat terdesak. Anda dulu yang mengancam ketika Anda sudah tidak memiliki apapun selain status hubungan darah sebagai senjata andalan. Sah-sah saja jika saya juga mengikuti jejak Anda ketika saya merasa keluarga saya sedang terancam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Om Duda
RomanceCinta Azalea, gadis 18 tahun miskin yang butuh pekerjaan. Annisa Azahra, anak 6 tahun yang membutuhkan sosok Bunda. Muhammad Adrian, Duda 30 tahun yang tidak berniat beristri lagi karena masih mencintai mendiang istri. Bagaimana kisah mereka dalam...