49

362 74 5
                                    

"Seongmin, liat sini."

Cekrek!

"Fotonya harus berapa kali sih, Kak?" tanya Seongmin kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fotonya harus berapa kali sih, Kak?" tanya Seongmin kesal.

"Nggak tau tuh Bang Serim dari tadi heboh banget, setiap aktivitas kamu harus di foto," balasku.

"Ya kalo dia penasaran kenapa nggak bolos kelas dan ikut aja, sih?"

"Katanya ada presentasi penting jadi nggak bisa."

"Yaudah cuekin aja kalo dia ngubungin."

"Tadinya mau gitu, tapi nih liat." Aku menunjukkan 18 panggilan tak terjawab dari Bang Serim ketika aku lupa mengaktifkan nada dering dan tak tahu bahwa ada telepon masuk tadi pagi.

"Posesif banget."

Aku mengangguk setuju.

"Eh, udah bisa masuk tuh, ayo," ajak Bang Jungmo pada kami berdua. Kami pun memasuki ruang audisi.

Seongmin akan mengikuti audisi drama yang pemerannya adalah anak sekolah. Mereka sedang membutuhkan wajah baru dan membuka audisi. Awalnya Bang Wonjin juga mau ikut, tapi tidak jadi karena... malas saja.

Aku dan Bang Jungmo yang bertugas mengantarkan Seongmin. Tadinya Minhee dan Hyeongjun mau ikut, tapi tidak diizinkan Seongmin. Dia tidak mau terlalu ramai orang yang mengantarnya. Taeyoung saja tadi sudah merajuk dan mengunci diri di kamar karena ditolak mentah-mentah saat mengajukan diri untuk ikut.

Seongmin masuk ke ruang audisi, sementara kami menunggu di luar. Ternyata selain peserta dilarang masuk.

"Cari kopi enak kayaknya, Yun. Sambil nungguin Seongmin," ucap Bang Jungmo.

"Boleh deh, Bang. Kayaknya di depan ada coffee shop, kita kesitu dulu, yuk. Ini juga kayaknya bakalan lama," balasku.

"Yaudah, tapi kamu jangan lupa chat Seongmin, takutnya dia kecepetan keluar terus nyariin kita," balas Bang Jungmo.

Aku mengangguk lalu mengirimkan pesan ke Seongmin.

***

"Makasih, Mbak," ucap Bang Jungmo ketika menerima kopinya. Ia langsung memberikan satu cup padaku, lalu langsung berbalik.

Bruk!

Seorang perempuan menabrak Bang Jungmo.

"Eh, maaf. Aduh, kotor," ucap perempuan itu panik.

Kopi yang dipegang Bang Jungmo tumpah ke bajunya ketika tertabrak tadi, membuat baju Bang Jungmo kotor.

"Baju Abang kotor, gimana tuh?" ucapku, lalu menoleh ke perempuan tadi. Perempuan itu semakin panik.

"Maaf, biar saya cucikan ke laundry, atau saya kasih uang untuk--"

"Nggak perlu," potong Bang Jungmo.

Family Time!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang