71

260 57 2
                                    

"Halo cantik."

Seongmin menatap sinis pada Minhee yang sedang menggodanya sambil tersenyum manis.

"Kalo Abang lagi latian buat deketin cewek, mending ke Kak Yunhee aja, deh. Aku ini cowok tulen! Sehat dan sangat jantan, nggak cocok kalo dianggap cewek," omel Seongmin.

"Kalo Yunhee rasanya beda. Mana bisa godain kembaran sendiri. Lagian Yunhee nggak pernah Abang anggap cewek. Ayo dong Min, bantuin Abang," bujuk Minhee.

"Nggak mau pokoknya! Cari aja cowok lain sana!" tolak Songmin sambil berlalu meninggalkan Minhee.

"Yah... Min! Seongmin! Ahn Seongmin! Abang kasih imbalan, deh! SEONGMIN!" Minhee berdecak sebal kala Seongmin terus menjauh dari hadapannya. Aku yang masih duduk sambil melihat drama itu hanya menatapnya datar.

Tidak lama kemudian pandangan kami bertemu. Minhee tidak mengatakan apapun, dan dia terlihat frustasi. Ia teridam sebentar setelah mengacak-acak rambutnya, lalu kembali menoleh ke arahku.

"Yunhee--"

"Jadi gue nggak pernah dianggap cewek, nih?" potongku.

Minhee menghela napas.

"Lu itu lebih ke... apa aja available. Kalo gue butuh lu jadi cewek lu bisa, kalo gue butuh lu jadi cowok juga bisa," jelas Minhee.

Aku memutar mataku.

"Terserah," ucapku lalu berlalu pergi.

"Yunhee," panggil Minhee sambil menarik tanganku.

"Apa?" tanyaku kesal.

"Gue udah mutusin," ucap Minhee.

"Siapa?"

"Harusnya tanyanya apa, dong!"

"Ya kan gue kira kan lu mutusin orang!"

"Lah gue kan jomblo, Yun!"

"Ya siapa tau lu diem-diem punya pacar!"

"Aish Yunhee nggak jelas, ih! Gue mau ngomong serius ini!"

"Yaudah ngomong aja kenapa bertele-tele?"

"Lu--" Minhee menghentikan ucapannya. Ia menarik dan menghembuskan napas berulang kali, lalu menatapku.

"Gue mau nembak cewek yang gue suka."

"Hah? Seriusan?"

Minhee tidak membalas. Ia menatapku lekat sambil tampak berpikir. Ia kembali menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya kuat, tampak siap mengatakan seeuatu yang serius, tapi entah kenapa rasanya tidak akan seperti itu.

"Ya enggak lah! Hahahahaha!" Minhee tertawa kuat sambil mencolek daguku. Aku memutar mataku sambil menghela napas.

Ia terus tertawa tapi entah kenapa ekspresinya tidak bahagia. Jadi sepertinya aku harus sedikit menghiburnya.

"Ya iyalah lu kan sukanya sama cowok."

"HEH!"

***

"Bang Jungmo tidur?" tanyaku pada Bang Woobin yang duduk di sofa sambil menonton TV.

Bang Woobin menoleh ke arahku, lalu melirik Bang Jungmo sebentar.

"Iya. Kecapekan kayaknya," jawab Bang Woobin.

"Emang Bang Jungmo habis ngapain?" tanyaku sambil duduk ditengah-tengah Bang Woobin dan Bang Jungmo.

"Tadi katanya dia survei lapangan ke pasar gitu, terus liat nenek-nenek bawa belanjaan kayak berat banget, dia nawarin buat bantuin. Dia kira si nenek cuma perlu bawa belanjaan sampai halte bus atau pakai kendaraan lain, ternyata neneknya jalan kaki terus sampe rumahnya. Mana rumahnya lumayan jauh terus naik tangga banyak banget," jelas Bang Woobin.

Family Time!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang