01

2.7K 219 3
                                    

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan di pintu membuatku membuka mata. Aku melirik ke jam dinding, pukul 5 pagi.

"Siapa?" tanyaku masih dengan suara serak.

"Gue," jawab seseorang di luar sana, suara seseorang yang sangat kukenal, karena kami sudah saling mengenal sejak dari dalam rahim.

"Yaudah masuk," ucapku kemudian.

Pintu terbuka, menampilkan sosok laki-laki tinggi dengan rambut yang sedikit berantakan. Matanya belum terbuka lebar karena tampaknya dia juga baru bangun dari tidurnya. Ia mendekat, kemudian duduk di pinggir tempat tidurku.

"Apaan?" tanyaku langsung.

"Lu udah siap PR Sejarah belum? Liat, dong, gue lupa ngerjain tadi malem, ketiduran," ucapnya.

"Yaelah, Min. Lu subuh gini gangguin tidur gue cuma buat nanyain PR Sejarah?" tanyaku.

Ia mengangguk.

"Itu ambil di tas gue. Langsung balikin kalo udah selesai," ucapku.

Ia tersenyum kemudian bergegas menuju tasku yang terletak di atas meja belajar.

"Siap, nyonya! Mandi gih sana! Mulut lu bau baru bangun tidur!" ucap Minhee kemudian bergegas lari keluar kamar dan menutup pintunya, meninggalkanku dengan wajah melongo dan hati yang kesal.

"Minhee rese!"

Benar. Itu adalah Kang Minhee. Seperti yang kukatakan tadi, kami sudah saling mengenal sejak dari dalam rahim, karena kami adalah saudara kembar.

Aku adalah cucu perempuan satu-satunya di keluarga ini. Uniknya, ayahku dan Minhee adalah anak laki-laki satu-satunya juga. Dia memiliki 4 saudara perempuan, dialah yang termuda.

Aku memiliki 1 saudara kembar dan 8 sepupu laki-laki. Kehadiranku di dunia ini tentunya sudah dinantikan di keluarga ini. Uniknya, tidak ada yang tahu jenis kelaminku bahkan hingga aku lahir. Jenis kelamin Minhee sudah diketahui lebih dulu, namun tidak denganku. Hal itu membuat semua orang gugup, mengingat persentase kelahiran bayi kembar beda jenis kelamin cukup rendah, banyak yang pesimis dan berpikir aku adalah bayi laki-laki. Namun, takdir tampaknya hanya sedang bercanda dengan keluargaku. Aku lahir sebagai bayi perempuan 9 menit setelah Minhee dilahirkan, membuat semua orang bersorak gembira atas kelahiran cucu perempuan pertama di keluarga ini. Oleh sebab itu, aku diberi nama Yunhee, yang berarti tepat atau pas.

***

"Si cantik kok cemberut gitu mukanya?" tanya Bang Serim padaku, masih dengan pakaian lengkap sehabis berolahraga. Bang Serim biasanya lari pagi di halaman belakang rumah kami. Dan ya, para sepupuku ini sering memanggilku cantik, karena memang akulah cucu tercantik di keluarga ini.

"Itu, ada slenderman nyebelin banget, subuh-subuh udah gangguin orang tidur plus ngajakin ribut mulu," aduku pada Bang Serim. Bang Serim hanya tersenyum sambil meminum susunya.

"Anak kembar 2 cekcok mulu kalo ketemu, tapi pisah sehari doang pada kecarian," komentar Bang Woobin.

"Minhee tuh yang nggak bisa hidup tanpa aku," sahutku.

"Masa? Yakin lu bisa hidup tanpa gue?" sambut Minhee yang baru saja masuk ke ruang makan.

"Bi--"

"Udah. Jangan pada ribut. Ayo cepetan sarapan, ntar kalian telat ke sekolahnya," potong Bang Serim menengahi. Kami langsung diam. Bang Serim adalah sepupu tertua kami. Bisa dibilang, dia abang paling besar. Dia biasanya begitu lembut, meski kadang jail. Dia selalu bisa menengahi setiap masalah dengan jiwa kepemimpinannya.

Family Time!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang