39

375 67 7
                                    

Seongmin meringis sambil mengusap-usap kepalanya. Minhee baru saja menjitaknya dengan penuh kasih sayang lalu menyuruhnya minta maaf padaku. Aku tidak tega, tentu saja, menyakiti Seongmin bagaikan menyakiti balita yang baru saja bisa berjalan.

"Kakak udah maafin aku, kan?" tanya Seongmin dengan mata berkaca-kaca. Hati mana yang tak luluh melihat tatapan mata seperti itu?

"Iya, udah Kakak maafin," jawabku.

Seongmin tersenyum lebar, tapi masih terus mengusap kepalanya.

"Sakit banget dijitak Minhee?" tanyaku kemudian.

"Sakit. Tapi nggak papa, soalnya aku yang salah," jawabnya sambil tersenyum.

Aku akhirnya ikut mengusap kepalanya, terutama bagian yang sakit. Sedikit gemas dengan rambutnya yang baru saja berganti warna, Putih. Tentu saja ia sudah dinasehati oleh Ayah karena merubah warna rambut seesktrim itu. Sekolah pun sebenarnya melarang siswanya untuk mengecat rambut seperti itu. Namun, setelah menjelaskan bahwa ia adalah "pengecualian", Ayah akhirnya mengerti.

Seongmin akan mengikuti kompetisi teater dalam satu minggu ke depan, dan ia kebetulan berperan sebagai ice prince. Oleh sebab itu, sekolah mengizinkannya mewarnai rambutnya dengan warna putih--yang ia klaim bisa menyala dalam gelap--namun hanya sampai kompetisinya berakhir.

"Dongyun udah nunggu, Yun. Temuin gih, kasian," ucap Minhee. Aku mengangguk, lalu pergi menemui Dongyun yang sudah menunggu di ruang keluarga. Hana dan Jian pun ada di sana, menemani Dongyun yang kebingungan melihat kekacauan tadi.

"Yun, sorry ya," ucapku saat menemui Dongyun.

"Eh, nggak papa, Yun. Sorry banget nih kalo lu nggak nyaman gue liat muka bangun tidur lu," balas Dongyun.

"Yaudah lupain aja, hapus aja muka gue yang tadi dari memori lu," ucapku.

"Nggak mau ah. Dibuang sayang. Tetep cantik juga." Dongyun nyengir.

"Smooth," gumam Jian.

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala. Karena sudah berteman dengan Minhee sejak kelas 1 SMA, aku tahu Dongyun memang suka menggoda seperti itu.

"Jadi lu kenapa nemuin gue?" tanyaku, segera mengalihkan situasi.

"Oh, ini, Yun. Ada kompetisi duet gitu. Cewek sama cowok, nah, gue mau lu jadi partner gue. Lu kan jago nyanyi, Yun, biar gue jadi rapper-nya," jelas Dongyun.

"Yah, gue gak tertarik gimana, dong? Lagian, gue nggak suka nyanyi di depan umum," balasku.

"Please dong, Yun. Gue nggak punya lagi temen cewek yang bisa nyanyi. Ya? Ya? Bantuim gue, ya?" bujuk Dongyun.

"Iya, Yunhee ikut." Suara Minhee mendadak muncul. Ia berbicara sambil berjalan lalu kemudian duduk di samping Dongyun.

"Minhee!" protesku.

"Apa? Lu juga sesukanya aja nyuruh gue nyanyi di acara sekolah," balas Minhee.

Aku mengerucutkan bibirku.

"Saran gue sih, terima aja, Yun. Kasian Dongyun butuh bantuan," ucap Jian.

"Gue juga setuju. Sayang banget juga kalo suara lu cuma bisa dinikmati di karaoke doang," sambut Hana.

"Tapi gue--"

"Pleaseeee," Dongyun memohon dengan tatapan seperti anak anjing. Aku mengangguk tanpa sadar. Sial.

"Nah, gitu dong! Biar impas!" ucap Minhee.

"Nyebelin ntar gue aduin Ayah," balasku.

"Aduin aja. Gue yakin Ayah bakal dukung gue, kok," ucap Minhee percaya diri.

Family Time!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang