13

659 92 3
                                    

"Hahahahaha!" Suara tertawa Taeyoung terdengar ketika aku melewati kamar Bang Allen.

Aku memutuskan untuk mengintip, karena memang pintunya terbuka sedikit. Aku melihat Bang Jungmo yang sedang memegang gitar kesayangannya, Bang Allen dan Bang Serim yang sedang melakukan rap, dan Taeyoung yang tertawa terbahak-bahak.

Tiba-tiba, mataku dan mata Bang Jungmo bertemu. Ia menghentikan permainan gitarnya, membuat Bang Serim, Bang Allen dan Taeyoung ikut diam dan mengikuti arah pandang Bang Jungmo.

"Yunhee? Ngapain di situ? Ayo masuk," ajak Bang Allen.

Aku tersenyum, lalu melangkahkan kakiku masuk ke kamar Bang Allen.

"Seru banget kayaknya?" ucapku sembari ikut duduk di tempat tidur.

"Itu, lagi ngehibur Taeyoung," ucap Bang Jungmo. Aku langsung menoleh ke arah Taeyoung yang juga menoleh ke arahku. Aku baru menyadari bahwa mata Taeyoung merah dan bengkak, seperti habis menangis.

"Loh, dek, itu matanya kenapa kok bengkak gitu?" tanyaku panik.

"Habis berantem sama Seongmin. Tadi waktu kita dateng, mereka udah tabok-tabokan, jambak-jambakan sama tendang-tendangan," jelas Bang Serim.

Aku menghela napas. Bukan informasi baru kalau 2 bungsu ini sering bertengkar.

"Kalian kenapa lagi?" tanyaku.

Taeyoung cemberut.

"Kita sepakat lomba lari dari dapur, yang kalah berarti pecundang. Aku menang, tapi Seongmin nggak terima. Katanya aku curang karena kakiku lebih panjang, padahal kan kita udah sepakat dari awal. Akhirnya aku suruh dia terima aja kalo dia pendek, eh, dia nggak terima, terus nendang aku. Aku balas, terus kita berantem," jelas Taeyoung. Bang Allen mengelus-elus punggung Taeyoung yang hampir terisak lagi.

"Seongminnya dimana sekarang?" tanyaku.

"Udah diculik sama Minhee sama Wonjin. Nggak tau dibawa kemana sama mereka," jawab Bang Jungmo.

"Kalian itu--"

"Kak!" Taeyoung memotong omonganku. Aku mengernyit.

"Aku masih sebel sama dia. Jangan nasehatin sekarang, nanti jadinya aku ngelawan Kakak," lanjut Taeyoung.

Aku tersenyum. Tingkah adikku yang satu ini memang sangat menggemaskan. Melihat tingkah polosnya, terkadang aku lupa bahwa usia kami hanya berbeda 4 bulan. Aku mengacak-acak rambutnya. Taeyoung hanya menatapku masih dengan wajah cemberut.

"Makanan datang!" seru Bang Woobin sambil membawa sebuah piring berisi beberapa potong sandwich di tangannya.

"Loh, Abang buat makanan?" tanyaku.

"Iya. Tadi Abang lewat sini, terus denger ada yang nangis, pas Abang liat ternyata Taeyoung. Jadi Abang tawarin mau dibuatin makanan dan dia mau," jelas Bang Woobin.

"Woobin emang paling tau tuh seleranya Taeyoung," puji Bang Serim.

"Emang obat paling ampuh buat mood yang jelek kan makanan," tambah Bang Jungmo.

Aku dan Bang Woobin mengangguk setuju.

"Anu, itu, sandwich-nya udah boleh dimakan belum?" tanya Taeyoung dengan wajah polosnya. Sepertinya ia sangat lapar.

"Boleh, dong! Ayo makan!" jawab Bang Woobin sambil tersenyum lebar.

"Duh, laper banget ya kayaknya habis nangis. Enernginya udah terkuras habis ini," ucap Bang Allen sambil mengusap rambut Taeyoung.

Mendengar itu, aku dan yang lain hanya tertawa. Ditambah lagi, Taeyoung sama sekali tidak peduli dengan apa yang kami katakan. Ia hanya fokus pada sandwich-nya dan makan dengan lahap. Sangat menggemaskan.

Family Time!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang