Brak!
Aku terlonjak kaget ketika pintuku dibuka kasar secara tiba-tiba. Menampilkan sosok tinggi yang poninya sengaja dibiarkan jatuh dengan bibir yang dimajukan.
"Apa?" ucapku sinis.
"Tanggung jawab lu!"
"Kenapa lu? Hamil?"
Minhee langsung melompat ke atas tempat tidur, membuatku yang berada di atasnya berguncang sedikit.
"Apa sih?" protesku.
Minhee memiringkan tubuhnya, lalu mengangkat dan menopang kepalanya dengan tangan masih sambil merebahkan tubuhnya. Dia menatapku intens, dengan jarak yang begitu dekat, deru napasnya bahkan terasa di pipiku.
"Lu kenapa sih, maltese? Ini pipi gue gatel kena napas lu!"
"Biar aja. Gue sebel!" ucapnya.
Aku memalingkan tubuhku ke arahnya. Sekarang kami sudah saling bertatapan. Aku melakukan ini untuk menunjukkan padanya bahwa aku tidak takut.
"Gue salah apa emang?" tanyaku.
"Lu kan yang rekomendasiin gue buat nyanyi di acara perpisahan nanti? Padahal gue nggak mau."
"Iya, emang gue. Lu tuh jago nyanyi, sayang kalo disimpen buat sendiri."
"Nggak mau! Gue males jadi pusat perhatian."
"Kata orang yang selalu ada di peringkat 5 besar seangkatan. Udahlah, Min. Terima aja. Gue pengen liat lu di atas panggung."
"Pokoknya nggak mau. Lu harus tarik rekomendasinya!" Minhee mengerucutkan bibirnya lagi.
"Males!" ucapku lalu menutup wajahku dengan selimut.
"Yunhee ih! Buka nggak!"
"Nggak!" balasku masih dari dalam selimut.
"Kalo nggak, gue buka paksa terus gue cium nih!"
"Ogah!" ucapku kemudian menarik selimut hanya sampai mataku.
"Emang lu sanggup nyium saudara kembar lu sendiri?"
"Bisa aja." Minhee tersenyum jail.
"Mesum!" Aku menutup wajahku lagi dengan selimut.
"Yunhee ih! Batalin nggak?"
"Nggak! Akh!" Minhee mulai menggelitikiku.
"Batalin!"
"Enggak! Iya! Iya! Ampun! Ampun!"
Minhee akhirnya berhenti menggelitikiku. Akupun mulai mengatur napas.
"Sekarang keluar. Gue mau tidur," ucapku.
"Pokoknya kalo besok gue nggak denger kabar kalo lu tarik rekomendasi lu, gue gelitikin di tengah lapangan," ancam Minhee. Aku malah tertawa.
"Mana mungkin saudara Minhee yang sok kalem kalo di sekolah mampu melakukan itu," ejekku.
"Bisa aja kalo gue mau." Minhee menunjukkan wajah songongnya.
Aku tertawa lagi, kali ini lebih keras.
"Yunhee..." Minhee mencubit pipiku.
"Aaakhhh! Sakit bego! Gue aduin Ayah ntar!"
"Yaudah, gue ngadu sama Ibu." Minhee menjulurkan lidahnya.
"Ibu juga lebih sayang sama gue!"
"Bang Woobin lebih sayang sama gue."
"Beda server, bego!"
"Udah ah, gue mau tidur," ucap Minhee tiba-tiba lalu bangkit.
"Yaudah sana pergi!" usirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Time!
FanfictionBagaimana jika kamu menjadi cucu perempuan satu-satunya dengan 9 saudara laki-laki di keluargamu? . . . Cravity member cast