22

538 84 4
                                    

"Tiga.. dua.. satu.. Action!"

Semua mulai berakting seperti sedang bercanda tawa.

"Cut! Maksa banget. Jelek!" komentar Sutradara Ma, maksudnya Bang Allen.

"Ngelawak dong satu orang, biar ketawanya lepas," saran Bang Wonjin.

"Abang aja gimana?" tawar Seongmin.

"Abang nggak jago ngelawak. Taeyoung aja." Bang Wonjin menunjuk Taeyoung.

"Ih. Aku mana jago ngelawak. Aku kan kalem," ucap Taeyoung dengan wajah polos.

"Dih. Kalo kayak lu kalem, pecicilannya gimana lagi coba?"

"Kayak lu kalo lagi jatuh cinta," ucap Taeyoung.

"Lah, Seongmin pernah jatuh cinta?" tanya Bang Wonjin.

"Pernah, dong! Masa Abang nggak tau sih?"

"Kapan gue jatuh cinta?" tanya Seongmin.

"Itu, sama aktris di drama apa tuh, yang ceritanya tentang anak sekolahan," jelas Taeyoung.

"Itu sih bukan jatuh cinta namanya, tapi ngefans!" cibir Seongmin.

"Lah iya. Hahaha!" Taeyoung tertawa.

Aku tersenyum.

"Taeyoung lucu ih!" godaku.

"Eh, iya. Lucu banget. Ahahahahaha!"

Semuanya benar-benar tertawa, sementara aku mengernyitkan dahi. Memangnya apa yang lucu? Bukannya kata-kataku tadi hanya menggoda? Tidak! Tidak! Aku mengejek, karena itu tidak lucu. Tapi kenapa semuanya tertawa begitu lepas?

"Cut! Oke! Bagus banget!" seru Bang Allen dari balik kamera.

Aku tidak mengerti dengan selera humor keluarga ini.

***

"Gue bilang berhenti!" teriak Bang Wonjin sambil tertunduk memegang lututnya, mengatur napasnya agar kembali stabil.

"Gak mau! Makanya rajin olahraga, biar nggak kayak kakek-kakek!" ejek Minhee dari pintu menuju halaman belakang.

"Kalo dapet habis lu gue buat!" ancam Bang Wonjin.

"Gak bakal dapet juga buat apa takut," ejek Minhee lagi sambil memasang wajah mengejek.

"Ini anak dua kenapa lagi, sih? Nggak pernah akur kayak Tom and Jerry," keluh Bang Serim yang berdiri di sampingku dan ikut memerhatikan semuanya.

"Padahal sih saling sayang banget itu dua," tambahku.

"Yun, kamu punya rekomendasi tempat yang bagus buat foto nggak?" tanya Bang Serim tiba-tiba.

"Foto buat apa, Bang? Di upload ke IG?" tebakku.

"Iya. Hehe." Bang Serim nyengir.

"Abang pengen jadi selebgram?" tanyaku.

"Iya nih. Tapi kayaknya Abang kurang ganteng, ya?"

"Mulut jahanam siapa yang ngomong kayak gitu? Abangku ini ganteng luar dalem!" tentangku tegas.

"Bentar, emang kamu pernah liat dalemannya Abang?"

"Daleman? Pakaian dalem?"

"Bukan. Daleman, hmm.. polosan, hmm.."

"Oke!" potongku cepat sebelum semakin jauh.

"Maksudku dalam hatinya, Bang. Hati. Abang baik, gitu," jelasku cepat. Bang Serim hanya tersenyum.

Family Time!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang