10

761 113 0
                                    

"Aaaakkkk!!!"

Suara teriakan menarik perhatianku. Aku sedang berada di kamar, namun pintunya tidak ditutup. Tadi Hyeongjun masuk, mengatakan sesuatu, lalu pergi lagi tanpa menutup pintunya. Menyebalkan.

Tapi lupakan soal itu, teriakan yang kudengar seperti teriakan meminta tolong. Suaranya sayup-sayup tapi cukup terdengar, seperti hanya dibatasi satu dinding saja.

Tunggu. Satu dinding? Bukankah itu kamar Minhee? Kamarku berada di bagian paling sudut, jadi satu-satunya ruangan di samping kamarku adalah kamar Minhee.

Aku keluar dari kamar, lalu melangkah perlahan menuju pintu kamar Minhee. Benar saja. Suara teriakan itu terdengar semakin jelas.

"Lepasin aaaaaakkk! Ampun deh! Ampuuunn!!"

Aku mengernyit, itu suara Seongmin. Aku dengan cepat membuka pintu kamar Minhee.

Mataku membulat sempurna ketika melihat apa yang terjadi saat ini. Minhee sedang mengunci Seongmin di atas tempat tidur, membuatnya tidak bisa bergerak, dan pasti adalah alasan kenapa Seongmin meminta ampun. Wajah dan baju bagian atas Minhee basah. Yang lebih aneh lagi, ada Bang Woobin juga di sana, sedang merekam aktivitas Minhee dan Seongmin di tempat tidur.

"APA-APAAN INI!?"

"Yunhee! Kok lu bisa mendadak masuk?"

"Gue denger dari kamar ada yang minta tolong. Kalian lagi ngapain? Geliatan di tempat tidur terus direkam?!"

"Yunhee, bentar. Ini nggak kayak yang kamu pikirin."

"Emangnya apa yang aku pikirin, Bang?"

"Ini, bukan, itu..."

"KAK YUNHEE! TOLONG AKU!"

"Minhee! Itu lepasin Seongmin! Kalo enggak gue panggil Ayah!"

Minhee tampak terkejut lalu melepaskan kunciannya. Seongmin yang terlepas langsung turun dari tempat tidur lalu berlari ke arahku dan memelukku. Aku menangkup wajah Seongmin, memastikan ia baik-baik saja karena apa yang kulihat tadi begitu ambigu.

"Kamu gak papa? Kamu diapain sama Minhee?" tanyaku.

Seongmin memasang wajah sedih.

"Aku dinodai, Kak."

"WOY!!" protes Minhee.

"Seongmin!" Bang Woobin ikut protes.

"Keluarin aku dari sini, Kak. Tolong!" pinta Seongmin.

Aku menarik Seongmin dalam pelukanku, lalu menatap tajam Minhee dan Bang Woobin. Terutama Minhee.

"Lu apain adek lu sendiri, Minhee? Dosa!"

"Dia bohong, Yunhee! Tuh, liat mukanya lagi ngejekin kita!" Minhee membela diri.

Aku menoleh ke arah Seongmin yang kini sudah menenggelamkan kepalanya di leherku sambil memelukku lebih erat.

"Yun, kamu denger penjelasan kita dulu, ya? Ini Abang punya bukti videonya kalo kamu nggak percaya," ucap Bang Woobin.

"Sini," pintaku sambil mengulurkan tangan.

Bang Woobin berjalan ke arahku sambil membawa ponselnya.

"Kak! Jangan diliat! Ada adegan yang nggak pantes buat Kakak liat! Please, Kak, jangan!" Seongmin memohon.

Aku diam. Berpikir. Ada banyak adegan yang terlintas di pikiranku saat ini. Aku menggeleng kuat, menghilangkan pikiran-pikiran tak pantas yang baru saja muncul. Bukan saatnya memikirkan itu. Aku perlu melihat bukti sekarang.

Family Time!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang