Dua puluh

422 28 14
                                    

Besok kemah. Nggak kerasa waktu berlalu begitu cepat. Semua penghuni sibuk nyiapin barangnya masing-masing. Yang dari tadi pagi nyiapin barang ada, yang dari siang ada, bahkan yang baru nyiapin barang malam ini juga ada.

Uemura dari kemarin sibuk dengan dunia perwotaanya, karena ada hal-hal yang perlu ditangisi dia nggak sanggup mau nyiapin barang-barang. Makanya, sepulang dari teater sore ini, dia langsung siap-siap dan masukin semua barangnya dibantu Rika.

Lain Uemura, lain Endo. Mbak cahaya ini sebenarnya udah selesai packing dari siang tadi, barangnya nggak banyak jadi beban, yang dibawa nggak berat-berat amat. Tapi ada beban lain yang ada di diri Endo.

Minta maaf.

Dia sampai saat ini masih belum minta maaf ke Rena untuk kejadian beberapa minggu yang lalu. Endo bingung gimana, mau ngomong apa. Dia udah siap kalau permintaan maafnya ketolak, tapi berhadapan dengan Rena yang masih belum berani.

Endo awalnya mau minta saran ke Koike seperti biasa, tapi setelah baca berita tentang bahtera rumah tangga kakak konselingnya itu sedang berantakan Endo jadi mengurungkan niatnya. Dia jadi beralih lagi minta saran ke abangnya. Dan yang seperti Endo duga, pasti disuruh, "Gas aja terus dek, minta maaf aja. Gas gas, kamu pasti bisa, semangat!"

Duduk diam di ruang depan mengharapkan Rena tiba-tiba datang itu mustahil rasanya. Karena, Rena sejak pagi tadi diam dikamarnya. Rei juga nggak kelihatan masuk ke kamar Rena kayak hari-hari sebelumnya. Dan itu malah buat Endo jadi makin kepikiran.

Hubungan mereka berdua juga berantakan, dan itu karenanya.

Nyalinya langsung ciut saat memikirkan hal tersebut. Tapi notif dari abangnya yang terus-terusan ngasih semangat buat minta maaf itu ngebut Endo sedikit termotivasi. Apalagi chat terakhir abangnya yang bilang kalau dia akan pergi mengunjungi Endo bulan depan. Endo dengan penuh paksaan pergi berjalan ke kamar Rena.

Mengetuk pintu untuk memberitahu ada orang di luar, Endo kemudian membuka knop pintu tersebut. Dan Rena ada di hadapannya berdiri menenteng baju yang mungkin akan ia masukkan ke dalam tas.

"Iya?" Endo diam, masih sibuk merangkai kata yang sekiranya cocok untuk meminta maaf, "Hikarin?" Rena mengerutkan keningnya tatkala Endo tak kunjung bersuara.

"Mau... minta.... maaf." Lirih Endo.

"Minta maaf untuk apa?"

Pandangan Endo yang sedari tadi menatap lantai beralih pada Rena, ditatapnya perempuan satu itu dengan tanda tanya besar. Rena tak marah padanya?

"Untuk kejadian tempo hari, yang di kampus." Jelas Endo.

"Ah, nggak apa-apa kok. Cuma salah paham." Rena tertawa kecil. Dia tidak menyangka jika kejadian itu masih diingat Endo hingga sekarang, "Rena juga minta maaf, Hikarin jadi kepikiran terus."

Endo menggeleng pelan, karena menurutnya ini memang kesalahannya dan Rena tak perlu minta maaf.

Ada perasaan lega yang datang di diri Endo. Ternyata minta maaf tidak seburuk yang dia pikirkan. Rena tak menolak permintaan maafnya, dan juga Rena masih menganggapnya teman.

Namun, untuk menghindari kesalahpahaman dimasa yang akan datang, Endo akan membatasi diri dengan Rei. Walaupun dia tahu Rena telah menerima maafnya untuk kejadian sebelumnya, Endo akan menetapkan batasan untuk dirinya dan juga Rei.










*

*

*







Saku HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang