Enam puluh satu

102 13 10
                                    

Berhubung baru gajian, Ozeki mau narik uang di ATM dekat kantornya. Sebelum jalan ia menunaikan kebaktiannya dengan mengirimkan beberapa hasil upah yang ia dapatkan kepada orang tuanya nan jauh di kampung sana. Setelah itu berjalan kaki lah ia menuju ATM. Selain emang dekat bensinnya juga lebih hemat. Lagipula itung itung olahraga, karena beberapa hari ini dia banyak duduk sama rebahan doang.

Antriannya lumayan panjang kalau dilihat-lihat, tapi mau nggak mau harus ikut antri. ATM terdekat cuma ini aja, kalau mesti pindah ya bensinnya juga ikut kepake dong.

Tiba-tiba ada seorang ibu yang nepuk lengan Ozeki.  "Saya duluan ya, mau ngambil uang." Katanya.

"Lah ya sama, ibu pikir saya mau ngambil jemuran?" Balas Ozeki enteng. Muka ibu-ibunya langsung ditekuk. Dia terpaksa ngantri di belakang Ozeki sembari nyerocos kalau mamank ojek kita satu ini nggak sopan.

Dia yang salah yak, minta masuk duluan. Enak aja, udah lama nunggu antrian nih masa mau nyela antrian orang. Dikata kagak capek apa ya nungguin yang di depan. Nih orang yang ada di dalam juga lama banget buset dah. Ada kali 15 menit belum keluar-keluar. Orang belakang juga udah misuh-misuh daritadi.

Ozeki mau aja masuk ke dalam dan negur bapak yang ada di dalam, tapi dia selangkah lebih cepat. Udah ada mbak-mbak yang inisiatif buat melangkah maju dan nyamperin orang di dalam. Dibukanya pintu itu dan langsung ngegas bilang, "Pak, kalau mau ngambil uang banyak di teller aja jangan di sini!! Kita udah lama ngantrinya!"

"Iya sabar dong!"

Malah galakan dia.

"Kita udah sabar ya pak! Udah banyak juga tuh yang ngantri di belakang!"

Bagus, lawan terus mbak.

"Sebentar lagi sebentar lagi." Karena dirasa mbak ini emang kepalang kesal bapak itu bilang begitu.

Mbak yang tadi kemudian menutup pintu itu dengan wajah galaknya. Dia pun kembali mengantri di belakang sana. Selang beberapa saat kemudian bapak yang ada di dalam benar-benar keluar sambil disorakin sama orang yang ngantri.

"Uuuuuuu" ni Ozeki ni ikut-ikutan teriak. Sebel juga dia.

Akhirnya setelah nunggu beberapa saat, giliran Ozeki lah yang menarik uang. Hal paling ditunggu. Hal yang membuat dirinya ngerasa kaya dan banyak duit. Serta bangkrut disaat yang bersamaan.

Dia narik uang gini mesti mikirin biaya servis motor dia lah. Skin-care dia yang entah kenapa tiap gajian habis disaat yang bersamaan lah. Belum lagi uang untuk kebutuhan sehari-hari dia kayak makan, minyak motor, baju baru, foya-foya— nggak dong karena selebihnya untuk dana daruratnya. Sebagai warga negara kaum menengah alias pas-pasan UMR gini, gajinya nggak bisa diharapkan terlalu banyak. Ada bersisa 100 ribu buat ditabung aja bersyukur banget dia. Dana darurat ini penting, karena kedepannya nggak tau apa yang bakal terjadi. Entah motor bututnya itu di kemudian hari nggak bisa dipakai lagi dan mengharuskan dia beli motor baru. Atau mana tau ada peristiwa besar yang mengharuskan dia mengeluarkan seluruh dana daruratnya kan nggak ada yang tau.

Ozeki sebenarnya lagi nyari kerjaan yang setidaknya diatas gajinya yang sekarang ini. Sedikit tapi pasti pun nggak masalah, yang penting ada kemajuan. Dia udah minta bantuan beberapa kenalannya. Beberapa Minggu ini udah coba juga ngirim CV ke beberapa perusahaan. Mudah-mudahan dia dipanggil deh sama perusahaan yang dia lamar. Mengingat dia bakalan dilengserin dari rumah yang dia huni sekarang, jadi rasanya nggak mungkin juga terus tetap di pekerjaannya saat ini.

Ya itu deh, mudah-mudahan kehidupannya bakalan lebih baik kedepannya.














*
*
*

















Saku HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang