Empat puluh tiga

228 19 25
                                    

"Lo mau makan apa?" Tanya Akanen yang nyembulin mukanya di pintu mobil.

Yuuka keliatan mikir. Dia masih asing sama makan makanan pinggir jalan. Waktu itu pernah hampir aja makan, tapi nggak jadi karena ada urusan mendadak.

Btw Yuuka baru pulang dari rumah sakit, seperti biasa selalu minta bantuan Akanen untuk jemputin dia kalau kecapekan dan takut bawa mobil disaat dia ngantuk. Nabrak orang kan nggak lucu, bukan cuma mobil yang hancur, badannya juga bisa-bisa remuk.

"Sate mau kagak? Enak kok." Tawar Akanen yang kemudian ngambil kunci mobilnya yang masih kegantung.

"Bagus nggak?"

"Hah?"

"Sehat nggak?"

"Sehat lah anjir. Lo kira yang jual si mawar tukang boraks. Lebay amat ah sini turun!"

Yuuka akhirnya kepaksa turun dengan muka ngantuk beratnya. Dia tuh pengen cepat pulang tapi Akanen mau makan dulu katanya. Mau nggak mau ya harus mau ngikutin, orang dia numpang.

Pas dia duduk udah ada dua piring sate. Kesan pertama Yuuka, bentukannya aneh. Ada kental-kental pucat begitu. Setahu dia sate nggak gini, maksudnya nggak ada yang kentalnya ini. Sate yang dia kenal  dagingnya ditusuk terus ada bawang-bawangan, tomat, timun  sama kayak ada saus kecap yang disediain di sebuah piring khusus. Nggak ada tuh nih yang diguyur yang kental kayak begini. Ini daun pisang buat alas piring bersih nggak ya...

"Kok aneh?"

"Apaan sih. Emang gitu. Makan aja udah." Akanen makan itu sate. Yuuka masih was-was, tapi baunya enak.

"Ini yang ditusuk apaan?"

Akanen muter bola matanya. Harap maklum, makanan kanjeng ratu ga begini. Kanjeng mesan gopud makanannya yang branded, pokoknya punya merek dagang 🤌

"Udah jelas bacaannya sate ayam, ya pasti ayam lah!" Terang Akanen. Gemes dia, masih aja nanya-nanya. Mana mereka diliatin sama pembeli lain.

Nih, meskipun tinggal bareng anak-anak yang tergolong sarapan, makan siang, bahkan makan malam pakai mie instan, Yuuka tetap aja kalau mau makan ke langganan dia. Kalau terdesak aja sih kadang minjam mie mereka.

"Mbaknya baru keluar dari goa ya?" Celetuk mbak jaket merah. Lucu aja gitu kesannya. Baru kali ini ngeliat ada orang aneh sama sate.

"Bangsawan dia mbak. Gak pernah makan makanan rakyat jelata kayak kita."

Hei Kisanak, sadar diri. Anda juga keturunan bangsawan.

Yuuka malu. Akanen tuh seneng banget ngejahilin dia. Mentang-mentang Yuuka nggak pernah makan dipinggir jalan diejek-ejek begitu.

Si mbak sama pembeli lain malah ketawa.

"Coba aja mbak. Enak." Kata mbak-mbak yang tadi lagi.

"Noh, mbaknya aja bilang enak. Udah, enakan sate daripada Steak."

"Gausah dibanding-bandingin." Sungut Yuuka. Dia akhirnya makan tuh sate. Terus nyobain kuahnya. Enak ternyata. "Kok enak?" Tanya Yuuka antusias.

Saku HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang