Dua puluh dua

277 29 10
                                    

"Ah lama."

Risa berdiri kemudian nuangin minyak tanah ke gelas bekas, lalu dia bawa ke perapian. Kesal, Akanen dari tadi nyalain api kagak besar-besar. Karena ngerasa minyak tanah bisa bikin api langsung gede, jadi dia langsung nuangin gitu aja.

"RISA GOBLOK ANJING KENA MUKA GUE ASUUU!!!!" Akanen reflek jauhin badannya. Ditatapnya Risa lagi anteng ngeliat api yang mulai membesar. "GUE HAMPIR MATI TOLOL!!!" Teriaknya lagi ke Risa.

"Lagian apinya nggak besar-besar daritadi. Sekarang udah besar tuh. Yaaaah kecil lagi." Ucap Risa kecewa. Benar aja dong, apinya cuma besar sebentar doang.

"YA NGGAK GITU CARANYA!" Akanen majuin badannya lagi. Dia sedang usaha buat ngebesarin apinya. Untung nyawanya nggak melayang karena ulah Risa, "Cari apa aja yang bisa buat dibakar sana!" Suruh Akanen.

"Lo aja. Simulasi sebelum dibakar api neraka." Risa langsung kabur sambil ngakak.

"BANGSAT!"

Masih dalam keadaan ngakak, dia ketemu sama Yuuka yang daritadi merhatiin mereka berdua, "Sorry Akanennya." Ucap Risa yang dibalas anggukan oleh gadis didepannya. Takut aja gitu, mana tahu habis ngejahilin anak orang besoknya dia udah nggak ada. Kan serem.

"Tapi jangan diulang, bahaya." Peringat Yuuka. Risa ngangguk-ngagguk aja. Habis itu langsung lari ketika dengar Akanen teriak ke dia lagi, nyuruh cepat nyari kayu.

Risa ngeluarin handphonenya, lalu ngidupin senter yang ada di seluler itu. Dalam hati ngumpat kecil, dia kurang berani pergi malam-malam sendiri.

Catat!

Kurang berani ya.

Bukan takut.

Sekarang malah disuruh nyari kayu. Kurang ajar emang Akanen, sengaja banget nyuruh dia pergi sendiri gini.

Risa narik nafas dalam-dalam lalu dia keluarin pakai teriakan. Nggak sadar, ada yang lagi merhatiin dia dengan senyum.

Sambil mikir, Risa gila.

"Bodoh amatlah, gue hilang juga Akanen yang salah." Monolog Risa. Lebay sih sebenernya, padahal tempat yang mereka datangi juga nggak sepi-sepi amat. Lurus beberapa meter dari sini ke depan juga ketemu banyak rumah warga.

Risa mikir-mikir lagi, kalau dia balik sekarang ntar dimarahin Akanen. Sumpah, males banget dengar Akanen teriak-teriak nggak jelas. Kalau pergi, dianya kurang berani. Lagian nih kalau kebetulan dapat banyak kayu ntar kan bawanya susah.

Sementara itu, orang yang daritadi merhatiin Risa cuma naikin alisnya bingung. Mikir, ngapain napak diatas tanah nggak jelas gitu. Mana tadi teriak-teriak sendiri. Sekarang malah kayak setrikaan, bolak-balik.

Selang berapa kemudian dia gelagapan sambil pura-pura naikin resleting jaketnya saat tiba-tiba Risa ngehampirin dia. Goblok banget sih, ngapain juga daritadi ngetem disini sendiri.

"Koba~" Jantungnya mau copot. Lemah adek bang, suaramu itu loh. Lembut kek bolu kukus.

Yui dengan cepat ngondisiin wajahnya, jangan sampai Risa tahu kalau dia lagi blushing.

"Koba?" Panggil Risa lagi.

"Iya.... Risa." Risa ketawa kecil dengar Yui manggil namanya. Lucu, masih ada yang manggil namanya pakai suara lembut gitu. Biasanya juga Akanen yang manggil namanya diselingin sama umpatan.

"Bantu nyari kayu yuk, disuruh Akanen soalnya."

"Sekarang?"

"Iyalah masa nunggu tahun baru. Ayo Keburu diamuk Akanen." Ucap Risa gemes. Dia langsung narik tangan Yui.

Saku HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang