Lima puluh sembilan

158 15 27
                                    

"What are you doing?"

"Astaga, ngagetin." Koike terlonjak saat tiba-tiba ada orang yang masuk ke kamarnya dan berbicara padanya. Setelah itu ia menyambut uluran tangan orang yang ada dibawahnya. Dengan bantuan Habu, Koike turun dari meja yang dinaikinya tadi.

"Ngapain naik keatas meja?" Tanya Habu disela-sela ngebersihin debu yang ada di rambut Koike.

"Mau bersihin bagian itu..." Ditunjuknya bagian dekat ventilasi, "... Karena nggak nyampai makanya pakai meja." Jelas Koike.

Ya... Nasib kalau bertubuh mungil, meskipun dia udah pakai bantuan meja, tetap aja bagian yang ingin ia bersihkan di ventilasi kamarnya tetap nggak sampai untuknya.

"Kan bisa panggil aku." Habu mulai menaiki meja yang dipakai Koike tadi, sedangkan Koike memegangi meja itu agar tidak bergoyang. Setelah menyuruh Koike untuk berpindah ke sisi satunya, dengan pelan dibersihkanlah debu yang terlihat di matanya. Selain itu, ia berhati-hati agar debu tidak masuk ke hidungnya.

"Udah, kamu nggak nyaut." Koike menjawab ucapan Hanya barusan. Ia mendongak melihat Habu yang membersihkan bagian ventilasi itu. "Yang disampingnya masih ada debu tu." Kata Koike menunjuk bagian yang dimaksud.

"Really? Kenapa aku nggak dengar kalau kamu manggil?"

Koike cuma mengangkat bahunya. Dia juga nggak tahu kalau Habu nggak dengar suara dia, kenapa juga malah nanya ke dia. Setelah dirasa bersih baik di sisi yang ini dan yang sisi satu lagi, barulah Habu turun dari meja. Lalu, meja yang ada di kamar Koike ini dibawanya ke balkon.

"Kamu hari ini ada jadwal nggak?" Koike yang berada di belakang Habu bertanya.

Tak langsung menjawab, Habu mengambil handphone yang ada di sakilu celananya. Diceknya jadwal yang tertera di note handphonenya dulu sebelum akhirnya menjawab pertanya Koike. "Ada, mau briefing di agensi."

"Sampai jam berapa?"

"Harusnya sore udah selesai, tapi kayaknya lanjut ke lokasi." Koike nampak menimbang jawaban dari Habu. "Kenapa?"

"Mau ngajak kamu dinner." Koike mempautkan bibirnya. Liat itu Habu jadi gemas sendiri, udah lama nggak liat pemandangan kayak gini. Dirangkulnya Koike untuk duduk di balkon.

"Emangnya udah reservasi?" Koike menggeleng. Lanjut Koike bahwa ia bertanya jadwal Habu besok biar jelas hari ini bisa reservasi tempat atau nggak. Nyatanya Habu ada jadwal, terus nggak tahu selesainya kapan kan. Udah bisa dipastikan kalau besok nggak jadi dinnernya.

Senyum Habu melebar. Hihihihihi gemas BANGET. "Besok aja gimana? Aku yang pesanin tempatnya." Tawar Habu ke Koike. Sebagai tanda maaf juga karena bikin Koike kecewa gemas kayak tadi.

"Deal."

















*
*
*














Sesuai dengan janjinya waktu itu, Risa nunggu di cafe dengan bosan dan khawatir. Tiap sebentar ditatapnya jam yang ada di ponselnya. Sejak empat puluh menit lalu ia duduk disini, belum ada tanda-tanda keberadaan orang tersebut sampai di tempat ini. Katanya emang ada urusan, tapi nggak nyangka bakal selama ini.

Risa lalu ngelihat menu-menu yang terletak di atas meja. Dibaliknya kertas tersebut tanpa mau memesan apapun makanan yang tertera disana. Sesaat kemudian dilihatnya lagi ke arah luar, ada orang bermasker lengkap topi hitamnya yang dengan buru-buru masuk ke dalam cafe. Dengan itu, Risa ngerasa lega karena ia tahu betul dari perawakannya. Orang itu yang dia tungguin dari tadi.

Saku HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang