Empat puluh dua

304 22 14
                                    

Sesuai dengan suruhan Akanen yang bilang untuk segera ngambil mobil Yuuka di rumah sakit, Rei berangkat ke rumah sakit dengan mesan taxi. Setelah turun dia segera pergi ke lobby untuk minta kunci mobil Yuuka, kemudian lanjut jalan ke parkir yang ada di lantai bawah tanah dan berusaha nyari mobil sedan yang selalu dipakai Yuuka.

Rei kaget waktu Akanen nelpon dia buat bawa mobil Yuuka yang ditinggal di rumah sakit. Dia jadi mikir, emangnya ada apaan sampai minta tolong bawa balik mobil Yuuka sementara Yuuka sebenarnya bisa nyetir mobilnya sendiri.

Tapi yaudah lah, yang penting sekarang bawa kembali si silver ini pulang ke rumah... Kayaknya nggak sekarang. Rei baru ingat kalau Rena pulang ke rumah orang tuanya dari siang tadi. Katanya sih ada arisan keluarga dan malam ini pulang. Rei sebelumnya udah nanya, baliknya diantar atau gimana. Jawaban Rena sore tadi, dia bakalan diantar papanya.

Tapi, karena sekarang dia pakai mobil Yuuka dan mau balik ke rumah, kenapa gak sekalian sekalian aja. Begitulah pikirnya dan langsung nelpon Rena yang untungnya segera diangkat. Setelah setuju kalau dia yang akan jemput, Rei melaju ke kediaman orang tua Rena.

Butuh waktu empat puluh lima menit lamanya, karena selain jalanan yang cukup padat, itu kali pertamanya Rei datang ke rumah dimana Rena dibesarkan. Orang tua Rena nawarin untuk mampir, tapi dengan alasan bahwa besok ada jadwal kuliah pagi dan harus bangun lebih awal, Rei cuma keluar sekedar ngeliatin wajahnya sepintas sambil izin bawa Rena.

Dan itu alasan. Rei malah ngajak Rena untuk makan jagung bentar. Katanya buat ganti makan-makan jagung bakar waktu kemah, dia nggak ada. Makanya, mumpung sedang diluar ya sambilan saja.

Dipilihlah makan di pinggir jalan, cukup ramai karena ada di alun-alun.

"Kamu sejak kapan bawa mobil?"

"Sejak tadi."

"Aku nanya serius."

"Aku jawabnya lebih serius." Rena cemberut setelah dijawab gitu.

"Maksudnya, dari kapan dapat SIM?"

"Kapan yaaaaa."

"Bercanda terus."

"Bagus dong, dibanding akunya serius terus."

Rei terkekeh saat Rena langsung diam dengar jawabannya.

Si pemilik warung datang untuk nanya pesanan mereka. Setelah mesan, Rei minta secarik kertas dan minjam pena yang nggak tahu gunanya untuk apa. Yang bisa Rena lihat adalah, di atas kertas tertulis beberapa angka yang nggak tahu juga buat apaan.

"Gimana acaranya?" Rei mengapit kertas yang ditulis tadi di sela-sela jarinya.

"Nggak semeriah pesta ulang tahun mama waktu itu. Eh ngomong-ngomong cokelat yang aku minta beliin itu, tadi banyak yang makan, habis semua."

"Ohya? Nanti tahun baruan dibeliin lagi."

"Pengen nyoba ke sana."

Rei senyum, "Bentar ya." Selanjutnya dia dengan cepat berdiri dan berjalan melewati beberapa meja.

Beberapa saat kemudian tangannya nyentuh kamera belakang punya seseorang. Sang pemilik handphone yang sedaritadi cekikikan langsung kaget dengan kejadian tersebut.

"Apa-apaan!?"

"Berhenti ngambil gambar!" Suruh Rei.

Sejak mereka duduk tadi, Rei perhatiin dua orang yang duduk jauh di depan dia ini ngarahin handphonenya ke arah mereka. Ah, lebih tepatnya ke Rena. Awalnya Rei pikir dia salah, mungkin dua orang ini lagi ngambil gambar objek yang ada di belakang mereka. Tapi, setelah pura-pura lewat di belakang mereka dan juga berhenti untuk merhatiin dua orang ini diam-diam, dugaannya benar. Kedua manusia ini ngambil gambar yang nggak pantas dengan Rena sebagai objeknya.

Saku HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang