Dua puluh tiga

271 27 10
                                    

"Yo guys, Habu in the house!"

Sosok lebih tinggi diantara manusia lainnya disini itu melambaikan tangannya ke arah kamera. Ia berceloteh ria dengan asyik sembari mencoba mengajak yang lain untuk ikut masuk ke dalam frame kameranya. Selain itu, ada beberapa kali Habu memperlihatkan objek-objek yang ada disekelilingnya.

"Hikari, say Hi ke kamera." Endo tersentak saat Habu tiba-tiba merangkul pundaknya. Ia lalu menuruti perkataan yang katanya 'buaya' ini, Endo melambaikan tangannya serta mengucapkan kata "Hi" seperti yang diminta Habu. Kemudian, model tersebut pergi lagi setelah mengucapkan terimakasih padanya.

Endo sampai sekarang masih bingung, hubungan Habu serta Koike hingga saat ini masih sedang tidak baik-baik saja. Yang dia lihat adalah, Habu seakan acuh tak acuh dengan pernyataan bahwa hubungan mereka berdua kandas begitu saja. Padahal menurutnya, rumor yang beredar itu hanya sekedar rumor, belum tentu benar. Namun Habu seakan tidak mau repot untuk menjelaskan kebenaran berita tersebut. Malah yang Endo lihat selama berselancar di sosial media milik Habu, gamers satu itu terlihat bergaul dengan banyak perempuan lain. Yang jelas Endo tidak mau melihat kolom komentar yang diisi oleh netizen-netizen julid, ia takut membacanya padahal bukan dia yang sedang bermasalah.

Untuk Koike sendiri, jelas-jelas dia masih terlihat suka pada Habu. Entah kenapa alasan kakak satu itu memutuskan Habu yang selalu jadi orang yang ia cintai. Sayang sekali, padahal mereka pasangan yang lucu.

Tapi balik lagi, dikhianati emang bukan hal yang bisa ditolerir. Endo tahu, karena dia pernah ada di situasi tersebut.

Dikhianati oleh orang-orang yang sudah ia anggap sebagai teman adalah hal yang membuatnya makin susah untuk berbicara. Dia sedari kecil memang sudah jadi anak yang malu untuk berbicara, tapi setelah kejadian tiga tahun lalu makin membuat penyakit tak mau bicaranya tersebut makin menjadi-jadi. Itu juga yang menjadi alasannya untuk berhenti dari kelas dance.

Singkatnya, ia diolok-olok dari belakang oleh beberapa orang 'teman' dance-nya. Mereka mengatakan, jika penampilan Endo dalam ajang Internasional yang mereka ikuti saat itu sama sekali tidak ada gunanya, gerakannya sama sekali tidak bagus dan tidak serapi dancer lainnya. Endo hanya mengandalkan wajah yang katakanlah sempurna dalam ajang tersebut hingga jadi perbincangan diantara grup dance lainnya. Ia juga difitnah bahwa mengemis pada coach mereka untuk diikutsertakan dalam perlombaan tersebut. Dan hal yang paling menyakiti hatinya adalah, saat mereka mengatakan bahwa ketika ia ikut bercerita dengan mereka saat rehat latihan, hal yang ia ceritakan sama sekali tak menarik dan tidak cocok untuk mereka. Hal yang ia ucapkan sama sekali tak mereka pahami, selalu berbelit-belit, dan ada beberapa perkataan yang katanya menyakiti mereka. Intinya mereka mengatakan bahwasanya ia lebih baik diam saja.

Endo tentu sedih dibilang seperti itu, padahal jelas-jelas mereka terlihat senang dengan pembicaraannya. Padahal mereka juga terlihat gembira saat coach mengumumkan jika namanya dimasukkan ke dalam line-up orang-orang yang pergi ke Amerika sana untuk berlomba. Ia kira semua itu adalah jalan untuknya agar dapat bersosialisasi dengan orang-orang, namun nyatanya malah makin menghambat pertumbuhan komunikasinya.

Perasaan tak enak hati untuk memulai pembicaraan makin muncul seiring berjalannya waktu. Tiap selalu tumbuh dengan terus mengingat peristiwa itu ia jadi takut kejadian yang telah berlalu itu akan terjadi lagi. Ia khawatir, ucapan yang ia lontarkan memang menyakiti hati seseorang tanpa ia sadari.

Endo tentu ingin sembuh, karena ia tahu jika masih berada dalam zona seperti ini pasti akan berdampak untuk kehidupannya di masa yang akan datang. Karenanya, ia sebisa mungkin untuk mencoba bercerita dengan orang-orang yang ia anggap dapat menolongnya. Salah satunya adalah Koike. Meski tidak sepenuhnya dapat menjalankan nasihat dari Koike, Endo ingin bercerita kembali dengan Koike. Karena, orang yang sudah ia labeli sebagai kakak konselingnya tersebut sangat berbeda dengan psikolog-psikolog yang dulu pernah ia temui.

Saku HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang