Setelah dijemput Akanen, Kira dan ketiga temannya beserta Uemura dan juga Rika yang toko rotinya tutup hari ini pergi ke pasar dengan mobil Yuuka yang dibawa Akanen. Duitnya nggak jadi di kasihin ke Endo, jadinya ke Uemura aja biar lebih aman dari palakan Kira. Mereka ke bank dulu bentar buat ngambilin duit, baru akhirnya ke pasar.
Benar-benar rame ygy. Ya namanya juga pasar, kalau sepi kuburan.
Setelah turun dari mobil, Uemura dan Rika langsung ngambil langkah tegak masuk pasar dengan cepat. Panas soalnya. Sedangkan Kira, Marino, Endo, dan juga Akiho ngekor di belakang kayak anak ayam ngikutin induknya. Ya bingung juga mereka, tadi harusnya yang belanja mereka berempat, tapi karena dirasa pasti nggak bakal selesai plus nggak bisa nawar harga, akhirnya Uemura inisiatif ngambil alih belanja. Terus ngajakin Rika yang bengong doang di kamar.
Sementara dua ibu-ibu itu belanja, Endo dan juga Marino sedang pasang kode jagain anak orang. Kira sama Akiho nggak bisa diam, jadinya jaga masing-masing. Marino sebagai pawang Kira dan Endo sebagai pawang Akiho. Selama lima belas menit perjalanan sih nggak ada masalah, nggak tau nanti kalau mereka berdua tiba-tiba ngereog. Sekarang paling banter cuma tiba-tiba tiba lari terus berhenti ngeliatin hewan-hewan yang mau di potong doang. Lanjutannya teriak waktu yang jualan mau mutilasi ikan nila pembeli lain.
"25 sekilo bang." Endo yang tadinya ngeliat ikan bareng tiga temannya itu langsung ngalihin perhatiannya ke belakangnya. Ada kakak Ue yang lagi perang harga rawit merah di sana.
"Makan apa gue kalau sekilo 25. Modalnya aja 45." Tolak si Abang. Ya nggak wajar amat, nawar rawit merah ampe 25 ribu.
"28."
"40 dah."
Uemura dengan sangat gencar minta harga cabenya di kisaran 30 kebawah. Tapi dengan sangat ngotot pula abangnya bilang kalau dengan harga segitu nggak bisa nutupin modal dia beli cabe ke si petani.
Selama perang terjadi, Endo benar-benar merhatiin gimana ketawa kesal abangnya ngelayanin kakak satu itu. Karena nggak ada pembeli lain disitu, jadi mereka berdua dengan sangat bebas untuk terus-terusan debat. Rika yang di sampingnya cuma megangin cabe-cabe itu.
"15 sekilo." Kata Uemura.
"Yang benar aje lu!"
Habis itu Uemura pergi karena tawarannya nggak disetujui. Dia ngajak Endo yang ngerasa malu dan juga bersalah ke abang yang tadi. Dengan cepat Endo narik tangan Akiho dan Marino untuk segera pergi dari sana.
Selama Uemura dan Rika debat dengan banyak penjual supaya harga bisa diturunkan seturun-turunnya, Endo dengan cermat merhatiin orang-orang di sini. Yang paling menarik perhatian dia sih gimana sadisnya ibu-ibu kalau nawar harga. Ngerasa takjub, kok berani banget nawar harga sejatuh itu. Karena dia biasanya kalau beli barang, berapa yang disebut segitu juga nominal yang dia bayar.
"Ndo, biasa aja ngeliatinnya." Tangan Akiho yang sedari tadi dia pegang itu bergoyang. Marino dan juga Kira yang dengar ucapan Akiho itu jadi nengokin Endo yang sekarang natapin mereka bertiga.
"Hebat."
"Apanya?" Heran Marino.
"Orang-orang."
*
*
*"Gini deh. Kotak pos warnanya apa?" Yui mindahin posisi handphonenya, yang tadi di sisi kiri jadi ke sebelah kanan.
"Merah." Jawab Koike di seberang telepon sana.
"Darah warnanya apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Saku House
FanfictionCerita mengenai anak-anak Sakurazaka yang tinggal bersama dalam satu rumah!