"Nada!" Aku terhenyak saat Ibu Suri memanggilku.
"Iya Yang Mulia,"
"Aku ingin kau yang melakukan perdagangan ini Nak!"
Boom!! Semua orang diruangan ini terkejut, apalagi aku!!"A-apa? T-tidak Yang Mulia, hamba tidak bisa mengemban tugas sebesar ini,"
"Kau bisa Nada, aku yakin kerja sama ini akan sukses dibawah tanggung jawab mu." Ibu Suri masih terus memaksa.
"Iya Nada, kau 'kan juga bisa berbicara Bahasa Inggris, jadi kau pasti juga bisa melakukan perdagangan ini," Nertaja juga sama seperti ibunya, memaksa.
"Nada, aku mohon bantulah aku. Kau tidak akan sendirian ada banyak menteri yang bisa kau mintai bantuan," kini Hayam Wuruk yang memaksaku.
"T-tapi Yang Mulia, bagaimana jika aku gagal?"
"Kesuksesan atau kegagalan adalah hal yang biasa, selagi kau mau berusaha maka tidak ada yang tidak mungkin,"
"Baiklah kalau begitu Yang Mulia, hamba siap mengemban tugas ini," aku putuskan untuk melakukannya, semoga aku berhasil.
"Syukurlah,"
"Kalian semua kembali keruangan kalian, beristirahatlah besok akan menjadi hari yang cukup sibuk untuk kita semua, terutama kau Nada,"
"Baik Yang Mulia,"
Semua orang sudah pergi dari aula istana, aku tidak kembali ke kamar tapi memutuskan untuk pergi ke taman yang hari itu Aku datangi bersama Hayam Wuruk. Aku duduk di bawah pohon Kantil sambil menikmati harumnya aroma Kantil yang disapu lembut oleh angin menuju hidungku.
"Apa aku bisa melakukan ini? Kalau gagal bagaimana?" Batinku.
"Sudah ku duga kau ada disini," aku tidak melihat siapa yang bicara karena mataku terpejam, tapi aku tahu siapa itu.
"Hayam Wuruk, kenapa kau disini?" Aku menjawabnya tapi masih dengan mata terpejam, aku terlalu nyaman dengan aroma kantil ini.
"Memangnya aku tidak boleh berada disini? Ini 'kan istana ku," ck!
"Ya ampun Maharajaaaa! Bukan itu maksudku," dia ini terkadang sangat manis, terkadang menyebalkan.
"Lalu apa?" Wajahnya sangat tidak berdosa huh.
"Maksudku, kau seharusnya bersiap besok kau akan pergi ke Daha 'kan?"
"Ah ya kau benar. Tak apa aku bisa bersiap dalam hitungan detik," sombong sekali Maharaja satu ini.
"Baiklah Maharaja, katakan kenapa kau menggangguku?"
"Nada, aku sangat berharap kau bisa melakukan perdagangan ini dengan sabar. Karena pasti akan banyak sekali rintangan yang terjadi, apalagi aku tidak ada disini,"
"Ya kau benar, akupun berharap begitu. Andai ada kau yang bisa membimbingku Hayam Wuruk." Aku benar-benar tidak tahu, apa aku bisa? Apalagi tanpa Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk mengeluarkan sesuatu dari balik kain yang tersampir dibahunya, Itu terlihat seperti tas kecil dari kain berwarna merah tua.
"Nada, lihat ini!" Hayam Wuruk membuka tas kecil itu, isinya sangat berkilauan.
"Apa itu Hayam Wuruk?"
"Ini adalah kalung dan gelang yang aku beli dari seorang kakek tua di daerah Pajang waktu itu,"
Kalung itu terlihat sederhana dengan batu berwarna biru, dimasa depan dikenal dengan nama blue sapphire, gelangnya dihiasi juga dengan batu yang sama hanya saja potongannya kecil-kecil melingkar indah. Indah sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Majapahit | Cinta Tanpa Akhir (Selesai - Diterbitkan)
Historical FictionTerlempar ke zaman Majapahit?! Ke masa pemerintahan Hayam Wuruk?! Bagaimana bisa? Itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Mahika Nada Swastika, atau biasa dipanggil Nada. Suatu hari ia muak dengan pertengkaran kedua orangtuanya, lalu memutusk...