Majapahit |16

1.3K 148 7
                                    

Setelah kemarin berdiskusi panjang lebar dengan tiga tokoh hebat dalam sejarah, akhirnya pagi ini tiba. Pagi yang cerah dan seisi istana tengah sibuk mempersiapkan perayaan ulang tahun Puteri mereka. Istana dihias dengan kain-kain warna-warni, bunga-bunga yang indah dan menambah keharuman di tiap sudut istana.

"Oh jadi seperti ini ya dekorasi untuk acara besar zaman dulu?" Monologku.

Aku berjalan-jalan saja melihat para pelayan yang sedang sibuk menghias istana, sambil sesekali membantu mereka.
Hari ini Ningrum juga sibuk, dia bilang dia harus membantu ibunya di dapur istana, karena banyak hidangan yang harus disiapkan untuk menyambut para tamu.

"Nyimas!"

Aku terhenyak saat suara itu menginterupsiku yang sedang memandang bunga mawar putih dalam vas besar dipojok ruangan.

"Astaga, Adanu! Kau membuatku jantungan,"

"Haha, maaf Nyimas!" Dia malah tertawa, menyebalkan sekali!

"Katakan! Kenapa kau menggangguku hah?!"

"Tidak, Nyimas. Saya melihat Nyimas sedang berjalan sendirian, jadi saya berniat untuk menemani. Tidak baik seorang perempuan berjalan sendiri, bagaimana kalau ada mata jahat yang mencelakaimu?"

"Ya, dan mata jahat itu berasal darimu!"

"Astaga, Nyimas! Kau ini tega sekali pada manusia paling tampan di Nusantara ini!"

"Kalau ini bukan diistana, sudah dipastikan kau akan babak belur," benar-benar menyebalkan!

"Hahaha! Ampun, Nyimas! Sudahlah mari saya temani berkeliling!"  Tidak buruk juga tawaran manusia ke-pdan satu ini.

"Baiklah, ayo temani Aku berkeliling!" Aku berjalan duluan, diikuti oleh Adanu dari belakang.

Sementara itu, ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasi gerak-gerik Adanu dan Nada. Memperhatikan betapa mereka berdua terlihat begitu dekat, dan bahagia satu sama lain.

...

Acara perayaan ulang tahun Kusumawardhani sedang berlangsung, banyak tamu undangan yang datang. Aula istana yang dihias sedemikian rupa kini telah ramai dengan orang-orang yang sedang menikmati sajian, mulai dari makanan ataupun kesenian yang ditampilkan. Meriah sekali.

Hayam Wuruk duduk di singgasana nya, memangku Kusumawardhani yang tampak sangat cantik dan menggemaskan.

Setelah persembahan tarian, tiba saatnya untuk memberikan hadiah pada Sang Puteri. Semua tamu maju menghampiri Kusumawardhani yang duduk di pangkuan Ayahnya dan memberikan hadiah mereka. Ada yang memberikan koin emas dalam jumlah banyak, ada yang memberikan baju berlapis emas, ada juga yang memberikan selendang dari sutra murni, dan banyak lagi. Hadiah yang mereka berikan sangat mewah dan mahal, apalah hadiahku itu, sangat sederhana.

"Ini hadiah dari Ibunda, untuk Tuan Puteri yang cantik dan pemberani. Sebuah belati berlapis emas dan berlian, belati ini melambangkan ketajaman. Artinya Puteriku adalah perempuan yang kuat, tangguh, cekatan, dan pemberani. Emas dan berlian nya melambangkan kemilau dan kecantikan yang dimiliki olehmu, sayang. Hadiah ini akan Ibunda simpan, sampai Kau sudah cukup dewasa untuk bisa menggunakannya. Semoga Kau akan terus bersinar dan memancarkan kebaikan."
Itu adalah Sudewi, Ibunya Kusumawardhani. Hadiah yang diberikannya sangat indah dan tak ternilai.

"Terima kasih banyak, Ibunda. Aku menyayangimu!" Balas Kusumawardhani.

"Tuan Puteri Kusumawardhani yang mempesona, ini adalah hadiah dari Bibi untukmu. Ini adalah tiara berbentuk sulur daun dan bunga, bentuk ini melambangkan kekuatan yang terbentuk ketika sesuatu yang tercerai-berai menjadi satu kesatuan yang utuh, maka akan sulit untuk menghancurkannya. Mutiara berwarna merah muda ini melambangkan kecantikanmu, menggambarkan rona merah pipi gembilmu itu ketika kau tersipu. Warna putihnya melambangkan seorang perempuan yang begitu suci, lembut, dan polos sama seperti dirimu. Semoga kejayaan menyertaimu selalu,"  Aku tidak tahu darimana datangnya semua filosofi itu, astaga!

Majapahit | Cinta Tanpa Akhir (Selesai - Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang