"Pengerajin tembikar? Tapi untuk apa Nyimas?" Tanya Adanu bingung.
"Sudah, cepat kau panggilkan saja. Kalau bisa yang sudah sangat ahli ya,"
"Baik Nyimas!"
Lihat saja keajaiban yang akan aku buat!
...
Perbincangan ditunda istirahat makan siang, setelah aku selesai makan Adanu menghampiriku yang sedang bercengkrama dengan Ningrum.
"Nyimas, saya sudah panggilkan lima orang pengerajin tembikar paling ahli di Trowulan, dan saya sudah meminta mereka menunggu di tanah lapang sesuai perintah Nyimas,"
"Baiklah Adanu, siapkan bahan-bahan untuk membuat tembikar, siapkan yang banyak ya!"
"Baik Nyimas,"
"Ningrum, kau pergilah kedapur dan bawakan piring-piring besar yang terbuat dari logam. Bawakan sebanyak yang kau bisa atau mintalah bantuan pada salah satu prajurit dan bawakan ke tanah lapang itu ya! Aku akan menunggu disana,"
"Iya Nyimas,"
"Mari Adanu kita pergi!" Aku dan Adanu pergi ke tanah lapang yang gersang dan tidak ada rumput sedikitpun ditanah ini.
Disana ternyata sudah ada lima orang pengerajin tembikar dan para Rakryan yang tadi ikut pertemuan dengan orang-orang Inggris.
"Itu mereka Nyimas, mereka sangat ahli dalam membuat tembikar," terang Adanu.
"Baiklah, Kisanak semua apa sudah menyiapkan bahan untuk membuat tembikar?"
"Sudah Nyimas, sesuai perintah." Jawab salah seorang diantara mereka berlima.
Aku mengeluarkan daun lontar yang dari tadi aku gulung dalam selendangku, tadi aku sudah menggambarkan design alat yang akan dibuat.
"Kisanak semua, lihatlah ini! Ini adalah benda yang harus kalian buat. Buatlah setinggi ini, selebar ini, lalu saya akan memasukan piring logam kedalamnya. Pastikan ada cukup ruang untuk kayu bakarnya. Mengerti?" Sampai disini apa kalian tahu apa yang akan Aku buat? Ya, oven dari tanah liat. Supaya cengkeh-cengkeh itu bisa cepat kering tanpa matahari.
"Ah mengerti Nyimas, ini mudah saja. Iya kan teman-teman?"
"Iya Nyimas, laksanakan!"
"Baiklah selamat bekerja, pastikan selesai secepat mungkin!"
Aku berjalan ke pinggir lapangan dan menghampiri 2 orang prajurit yang sedang berjaga.
"Kalian berdua, boleh saya minta tolong?" Tanyaku pada mereka, rasanya tidak etis saja kalau aku langsung memerintah mereka begitu saja.
"Nyimas tidak perlu bertanya, kami akan selalu siap membantu. Perintahkan saja Nyimas!"
"Kau bawakan kayu bakar yang banyak dan simpan disana! Kau ambilkan lima karung yang berisi cengkeh basah dari lapangan latihan pasukan Bhayangkara. Mintalah bantuan pada yang lain, mengerti?"
"Mengerti Nyimas!"
"Pergilah!"
Tepat setelah kedua prajurit itu pergi, Ningrum datang bersama tiga orang pelayan dapur. Mereka membawa piring logam yang kuminta tadi. Oh iya piring logam disini besar dan lebar seperti baki atau nampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Majapahit | Cinta Tanpa Akhir (Selesai - Diterbitkan)
Historical FictionTerlempar ke zaman Majapahit?! Ke masa pemerintahan Hayam Wuruk?! Bagaimana bisa? Itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Mahika Nada Swastika, atau biasa dipanggil Nada. Suatu hari ia muak dengan pertengkaran kedua orangtuanya, lalu memutusk...