"Adanu, aku akan kembali pergi untuk membersihkan diri dulu, setelah selesai temui aku lagi di lapangan itu ya,"
"Ya Nyimas, memang sebaiknya Anda mandi tubuhmu sudah berbau asam dari tadi," Adanu mengejekku sambil tertawa
"Heh kurang ajar sekali kau ini! Kau yang bau tahu!" Aku memukul pundaknya, dan dia hanya terus tertawa, menyebalkan!
"Ayo Ningrum kita pergi, kita tinggalkan manusia bau busuk ini!"
...
Setelah menyegarkan diri dan berganti pakaian, aku bergegas kembali ke tanah lapang tempat pemanggang itu dibuat, aku harus segera mulai memanggang cengkehnya agar bisa dikirim tepat waktu, aku tidak ingin mengecewakan Ibu Suri dan Hayam Wuruk.
"Salam Nyimas," Ternyata Adanu sudah ada disana.
"Ya Adanu, kau sudah disini ternyata, sejak tadi?" Tanyaku.
"Tidak Nyimas, Saya baru saja sampai,"
"Baiklah mari kita mulai, mintalah 2 orang prajurit untuk menyalakan api dengan kayu bakar yang ada disebelah sana! Biarkan kayunya menjadi arang bukan abu!"
"Prajurit! Cepat nyalakan apinya!"
"Ningrum, Adanu! Mari bantu aku memindahkan cengkeh basahnya kepiring,"
"Kau tidak perlu Nyimas, biar kami saja," kata Adanu.
"Iya Nyimas, biar kami saja," Ningrum ikut menyahuti.
"Tidak apa, ayo!" Aku ingin ikut campur juga, bukan cuma memerintah.
Kami bertiga memindahkan cengkeh basah dalam karung ke piring-piring logam yang lebar, tidak butuh waktu lama semuanya selesai.
"Nyimas, arangnya sudah siap!" Salah satu prajurit memberitahuku.
"Bagus, angkat piring-piring ini dan masukkan kedalam pemanggangnya, hati-hati!"
"Tutup pemanggangnya dan diperiksa setiap lima menit sekali! Mengerti?"
"Mengerti, Nyimas!"
"Maaf Nyimas, butuh berapa lama waktu untuk memanggangnya?" Ah pandai sekali, prajurit itu menanyakannya sebelum aku menjelaskan.
"Semalaman, kau bergantianlah dengan yang lain untuk menjaganya semalaman ini ya!"
"Laksanakan Nyimas!"
Aku kembali mengobrol ringan dengan Adanu saat ada seseorang menghampiriku.
"Nada!" Itu Paduka Sori.
"Iya Yang Mulia," aku memberi salam takzim.
"Apa semuanya baik-baik saja?" Ah dia peduli?
"Iya Yang Mulia, tentu saja."
"Aku merasa ada hal buruk yang akan terjadi, Nada."
"Mungkin itu hanya perasaan Yang Mulia saja,"
"Ya semoga saja begitu, kalau kau butuh bantuan katakanlah padaku Nada, jangan sungkan!" Wah dia baik sekali ternyata. Aku sama sekali tidak melihat kebencian dalam matanya sekarang, beda seperti sebelumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/260771857-288-k462932.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Majapahit | Cinta Tanpa Akhir (Selesai - Diterbitkan)
Tiểu thuyết Lịch sửTerlempar ke zaman Majapahit?! Ke masa pemerintahan Hayam Wuruk?! Bagaimana bisa? Itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Mahika Nada Swastika, atau biasa dipanggil Nada. Suatu hari ia muak dengan pertengkaran kedua orangtuanya, lalu memutusk...