Majapahit |19

1.2K 153 3
                                    

"Nada!" Aku panggil namanya dengan lembut, dia menoleh kearahku.

"Hayam Wuruk, Kau disini?"

"Hm, boleh Aku duduk?"

"Iya silakan, maaf Aku tidak tahu Kau datang,"

"Tidak apa, Kau sudah makan?"

"Bahkan Aku tidak berselera untuk beranjak dari sini, apalagi untuk makan," dia menolehkan lagi kepalanya kearah jendela.

"Aku mengerti, Nada. Aku minta maaf untuk semua hal yang terjadi, Kau pasti sangat terluka dan ini semua adalah salahku, maafkan Aku!"

Dia tidak memberikan tanggapan apapun, bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari jendela itu, tapi tidak lama kemudian Aku mendengarnya terisak. Hatiku hancur saat itu juga.

Aku menarik tangannya dan menggenggam jemarinya, menyalurkan cinta dan kasih padanya.

"Nada, Aku tahu Kau hancur saat ini. Dan ini semua adalah kesalahanku, andai hari itu Aku tidak memintamu untuk melakukan kerja sama dagang itu hal ini pasti tidak akan terjadi. Maafkan Aku, Nada karena cintaku padamu membuatmu berada dalam masalah. Aku menyesal untuk itu, sangat menyesal." Aku menggenggam jemarinya erat, dan dia masih terus terisak.

"Tidak, Hayam Wuruk Kau tidak bersalah. Dalam setiap kehidupan pasti akan selalu ada orang yang membencimu bahkan tanpa alasan sekalipun. Jangan menyalahkan kesucian cinta dalam hal ini, itu sama sekali tidak dibenarkan,"

"Ya itu benar,"

"Hayam Wuruk, bisakah Aku pergi dari sini?"

"Apa yang kau katakan Nada?!"

"Iya, Hayam Wuruk. Rasanya memang tidak pantas Aku berada disini dengan status- em maksudku posisi yang tidak jelas, Aku bukan keluargamu, bukan juga anggota kerajaan,"

"Tapi Kau 'kan cintaku, Nada,"

"Hayam Wuruk, terima kasih telah mencintaiku sampai sedalam itu jujur saja Aku tersentuh, namun tetap saja dimata rakyat Aku ini bukan siapa-siapa tapi Aku tinggal di dalam istana, rasanya tidak adil,"

"Apa perasaanku tidak terbalaskan, Nada?" Aku berharap kamu mau mengatakan kalau kamu juga mencintaiku, Nada. Ku mohon!

"A-aku belum bisa menjawabnya sekarang, maaf."

"Tidak apa, Aku mengerti. Tapi, Kau tidak bisa pergi dari sini Nada, Aku mohon!"

"Lalu Aku harus apa Hayam Wuruk? Terus menulikan pendengaranku disaat semua orang akan membicarakan kita berdua? Aku tidak sekuat itu, Hayam Wuruk."

"Aku akan segera mencari jalan keluar yang terbaik, Kau tidak akan pergi kemanapun, tidak akan pernah!"

"Hm, mulai deh sisi Maharaja-nya keluar. Tidak bisa dibantah, baik Maharaja!"  Nada menunduk hormat sambil menyatukan tangannya didepan hidung.

"Hahaha, Aku diangkat menjadi Raja sedari usiaku masih belia, Nada. Makanya sikap ini sudah mendarah daging," Aku mengacak rambutnya, senang rasanya bisa melihatnya tertawa lagi.

"Kali ini Aku tidak akan marah karena Kau mengacak rambutku,"

"Kenapa? Biasanya Kau akan memukul bahuku,"

"Karena Aku belum mandi, belum berdandan rapi, jadi ya biarkan saja."

"Kalau begitu makanlah dulu, baru setelah itu mandi dan berdandan yang cantik. Siang nanti temui Aku di pendopo selatan istana,"

"Untuk apa? Aku sedang tidak ingin pergi kemanapun Hayam Wuruk,"

"Sekali ini saja, Aku mohon!"

Majapahit | Cinta Tanpa Akhir (Selesai - Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang