Majapahit |6

1.8K 193 0
                                    

"Terima kasih untuk hari ini ya, aku menyukai segalanya. Terima kasih banyak,"

"Termasuk diriku?"

"Hah? Bagaimana?" Maksud dia apa sih?

"Tidak, sudahlah lupakan saja. Selamat malam Nadaku,"
'Nadaku' hmm

"Selamat malam juga Maharaja!"

Aku melepas semua perhiasan yang tadi pagi dipasangkan oleh Ningrum, kecuali perhiasan yang baru saja diberikan oleh Hayam Wuruk. Aku juga melepas sanggul rambutku lalu naik ke atas ranjang.

Huh hari yang sangat melelahkan, aku memikirkan kata-kata Hayam Wuruk tadi. Maksudku 'aku menyukai segalanya' itu 'kan adalah tentang pendapatnya mengenai bulan dan juga perhiasan yang dia berikan. Bukan aku menyukai dirinya.

Ah sudahlah aku akan tidur, jangan overthinking besok aku harus bangun lebih awal.

***

"Nyimas, bangun!" Ah itu suara Ningrum.

"Ningrum, ini masih terlalu pagi lihat diluar masih gelap,"

"Nyimas akan sibuk sepanjang hari ini, Maharaja juga akan berangkat ke Daha,"

Oh iya! Aku langsung terduduk, duh hampir saja terlambat.

"Terima kasih telah mengingatkanku Ningrum, ayo antar aku ke pemandian!"

"Ayo Nyimas!"

Selesai mandi, Ningrum membantuku lagi untuk berpakaian dan menyanggul rambutku, tidak lupa ronce bunga kantil yang indah.

"Nyimas, kenapa kau memakai kalung dan gelang yang sederhana itu? Apa tidak mau dilepas saja? Saya akan pakaikan perhiasan emas ini,"  Ningrum pun  menganggap kalung dan gelang ini sederhana.

"Tidak Ningrum, aku sangat menyukainya ini dari Maharaja. Kau timpa saja dengan perhiasan emas itu, tidak apa. Tapi aku tidak akan melepasnya,"

"Maafkan saya Nyimas, saya tidak tau."

"Tidak apa Ningrum, sudahlah."

"Maharaja Sri Rajasanagara akan segera memasuki ruangan!" 

Hayam Wuruk? Mau apa dia datang sepagi ini?

"Salam Yang Mulia," ucapku dan Ningrum bersamaan.

"Ningrum kami ingin bicara berdua," Hayam Wuruk meminta Ningrum pergi.

"Baik Yang Mulia," Ningrum keluar dari kamar tapi ia membiarkan pintu sedikit terbuka.

"Hayam Wuruk, kenapa kau datang kesini pagi-pagi begini? Aku sedang bersiap, kau tidak perlu datang kemari aku yang akan menemuimu nanti,"

"Tidak apa Nada, aku akan segera berangkat ke Daha, sebelum pergi aku ingin bicara dulu denganmu,"

"Ah begitu, apa yang ingin kau bicarakan?"

"Nada, aku minta sekali lagi sabar dan berhati-hatilah. Kau sadar posisimu ini diinginkan oleh banyak orang apalagi para Rakryan, kau harus bisa menanganinya sendiri,"

"Ya Hayam Wuruk aku mengerti, terima kasih banyak,"

"Dan jangan lupa, untuk tidak pernah melepaskan kalung dan gelang ini ya! Berjanjilah padaku jika kau butuh bantuanku genggam perhiasan ini,"

"Baiklah Hayam Wuruk,"

"Gadis pintar!" Ucap Hayam Wuruk sambil mengacak rambutku.

"Hayam Wuruk, rambutku jadi berantakan nih!"

Dia hanya terkekeh manis, sangat manis. Terlalu manis.

Aku dan Hayam Wuruk berjalan menuju gerbang utama istana, disana sudah ada Nertaja, Ibu Suri Tribhuwana Wijayatunggadewi, Sudewi, Kusumawardhani dan banyak anggota kerajaan lain yang akan mengantar keberangkatan Hayam Wuruk beserta ibu dan adiknya. Mereka pergi bersama dengan 3 kereta kencana yang berbeda dipersimpangan jalan nanti baru mereka berpisah.

Majapahit | Cinta Tanpa Akhir (Selesai - Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang