Nada Point of View
Siapa yang bisa mengerti perasaanku sekarang? Aku bahkan tidak bisa mendeskripsikannya.
Entah, rasanya semua berjalan begitu cepat, pertama Aku naik, lalu dihempaskan begitu kencang, setelah itu tenggelam dalam tangis, dan sekarang naik lagi. Kalian mengerti tidak? Kalau tidak ya sudah, Aku juga tidak mengerti.
Saat kembali ke kamar seusai menemui Hayam Wuruk tadi, Aku langsung naik ke atas kasur dan merebahkan diriku. Awalnya Aku ingin mencatat semua persiapan pembelajaran di laptopku, tapi dikamar ada Ningrum yang sedang merapikan pakaianku.
"Nyimas darimana?" Tanya Ningrum.
"Aku, dari pendopo, menemui Maharaja,"
"Maaf, Nyimas. Aku tidak menemanimu, tadi Aku harus membantu Ibuku di dapur istana,"
"Tidak masalah, Ningrum. Oh iya, Ningrum kau tahu tidak?"
"Ada apa, Nyimas?"
"Ningruuuum!" Aku berteriak kegirangan, dan membuat Ningrum panik setengah mati.
"Nyimas katakan ada apa? Kau baik-baik saja?"
"Ningruuum, Aku diberikan pekerjaan sebagai Rakryan oleh Hayam Wuruk! Astaga, Aku senang sekali!"
"Benarkah?"
"Hm!"
"Wah, Nyimas! Selamat ya, Kau memang pantas untuk itu, Aku turut senang mendengarnya,"
"Terima kasih banyak, Ningrum. Tapi Kau harus membantu Aku melaksanakan tugas ini, ya?"
"Siap, Nyimas."
Setelahnya kami hanya terus mengobrol dan tertawa, Aku melupakan semua hal yang membuat hatiku sakit, dan hanya berfikir kalau Aku harus bahagia mulai sekarang.
...
Keesokan paginya, Aku sudah bersiap untuk ikut pertemuan di aula istana. Hari ini juga Aku akan dilantik sebagai Rakryan di bidang pendidikan. Kalau di masa depan seperti Menteri Pendidikan begitu. Sungguh tidak pernah disangka!
Ningrum membantuku bersiap, hari ini Aku mengenakan kemben hitam polos, selendang biru yang dibelikan Hayam Wuruk, jarik coklat keemasan, kalung emas yang menutupi dadaku, gelang-gelang emas, dan anting-anting emas berbentuk bunga. Ningrum juga mengasapi rambutku dengan uap bunga mawar, setelah itu Aku mengepang rambutku dibagian kanan dan kiri sementara Ningrum menyanggul rambut belakangku. Tidak lupa, menyematkan rangkaian bunga kantil.
(Kurang lebih visual rambutnya seperti ini.
Pict by : Pinterest)Okay, Hayam Wuruk, Aku siap untuk menjadi Menteri Pendidikan!
"Sungguh, Nyimas, Aku belum pernah melihat wanita secantik dirimu,"
"Ningrum, berhenti memujiku seperti itu, Aku jadi malu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Majapahit | Cinta Tanpa Akhir (Selesai - Diterbitkan)
Historical FictionTerlempar ke zaman Majapahit?! Ke masa pemerintahan Hayam Wuruk?! Bagaimana bisa? Itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Mahika Nada Swastika, atau biasa dipanggil Nada. Suatu hari ia muak dengan pertengkaran kedua orangtuanya, lalu memutusk...